RAPAT kerja mahasiswa ITB yang membicarakan masalah normalisasi
kampus berakhir 30 Juni kemarin. Pertemuan itu dihadiri oleh 21
himpunan jurusan serta 52 unit aktifitas yang terdapat di
institut itu. Hasilnya, terutama yang menyangkut masalah
struktur lembaga kemahasiswaan, hampir tak banyak beda dengan
bentuk yang lama -- yang dalam konsep pemerintah dinyatakan
tidak berlaku lagi.
Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) misalnya, sebagai
lembaga legislatif, masih ada. Bahkan lembaga eksekutif semacam
Dewan Mahasiswa, masih tetap dipertahankan. Hanya, "nama lembaga
eksekutif itu belum dibicarakan dalam pertemuan," kata
Hendrosangkoyo, sekretaris umum DM-ITB. Namun yang pasti
struktur itu masih tetap mengenal adanya jabatan ketua yang
dipilih MPM, dibantu beberapa deputy.
Apakah dengan begitu mahasiswa ITB menolak konsep Menteri P & K,
Daoed Joesoef? Memang diakui, tidak seluruh konsep itu diterima
mahasiswa ITB. Misalnya hadirnya pimpinan universitas maupun
fakultas dalam lembaga kemahasiswaan, dianggap berlebihan.
"Suatu pengawasan yang lucu dan tidak perlu. Bahkan itu
bertentangan dengan penalaran individu seperti yang sebenarnya
diminta oleh konsep itu sendiri," kata Hendrosangkoyo.
Referendum
Tapi rapat kerja yang berlangsung di kampus ITB itu bukan tak
memperhatikan maksud positif dari konsep pemerintah itu.
"Soalnya sekarang bagaimana mengembangkan konsep itu dalam
struktur yang kami inginkan itu," tambah sekretaris umum DM-ITB.
Karena itu di dalam struktur hasil rapat kerja tadi, dikenal
juga ketua-ketua departemen yang membawahkan misalnya kegiatan
kesenian, olahraga, pendidikan dan himpunan. Nampaknya pada
bagian inilah minat mahasiswa yang menyangkut kesenian, olahraga
dan kesejahteraan seperti yang diinginkan konsep Daoed Joesoef
bakal diterima dan dikembangkan.
Jadi, perbedaan struktur baru dari yang lama, menurut
Hendrosangkoyo, ialah: minat mahasiswa yang menyangkut
kesejahteraan dan kebudayaan lebih ditingkatkan. Juli ini
rencananya akan dilakukan referendum terhadap hasil rapat kerja
tadi. "Untuk memperoleh legitimasi akhir dari seluruh mahasiswa
ITB," kata Hendrosangkoyo.
Di IPB, Bogor, pertemuan yang hampir serupa juga dilakukan pada
tanggal 28-29 Juni yang lalu. Tim Normalisasi Kampus (TNK) yang
terdiri dari pimpinan IPB dan Keluarga Mahasiswa (KM)-IPB dalam
pertemuan yang dilakukan di Darmaga, Bogor, menyimpulkan bahwa
gambaran keadaan perguruan tinggi menurut Menteri P & K, tidak
seluruhnya berlaku bagi IPB.
Normalisasi kehidupan kampus tidak hanya mencakup redefinisi
dari lembaga-lembaga kemahasiswaan secara mendasar, fungsionil
dan bertahap. Ia juga meliputi segi pengajar, program perguruan
tinggi serta pengaruh situasi sosial, ekonomi dan politik di
luar kampus.
Untuk soal lembaga kemahasiswaan, TNK-IPB memberikan alternatif:
Badan kemahasiswaan yang bersifat eksekutif dan legislatif di
tingkat institut tetap ada, sebagai fase peralihan ke arah
tujuan normalisasi kampus seperti yang diinstruksikan
pemerintah.
Minta Ketemu Menteri
Namun tidak semua kampus bersikap seperti ITB maupun IPB. Di
Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang, sementara tim yang
dipimpin Purek III sedang bekerja untuk melaksanakan normalisasi
kampus, pihak mahasiswanya segera memberikan reaksi menolak.
Tapi rektor, Prof Amiruddin, segera melakukan dialog dengan
mahasiswa. Setelah kemudian diikuti dengan penjelasan
berikutnya, pembentukan lembaga kemahasiswaan sesuai dengan
konsep Menteri P & K pun berjalan lancar.
Di Yogyakarta, mahasiswa Universitas Gajah Mada yang telah minta
agar SK rektor untuk melaksanakan normalisasi kampus itu
ditinjau kembali, menuduh rektor kurang berdialog dengan para
mahasiswa. Tapi rektor, Prof. Sukadji Ranuwihardjo, yang masih
sakit setelah menjalani sebuah operasi menolak tuduhan tersebut.
Ia kirim surat kepada Senat-Senat Mahasiswa dan bekas
fungsionaris Badan Keluarga Mahasiswa (BKM) UGM 27 Juni yang
lalu. Rektor menyatakan, bahwa ia tidak bermaksud meninggalkan
para mahasiswa, karena garis besarnya sudah pernah didiskusikan
dengan semua komponen di lingkungan UGM. Tapi rektor berjanji
akan mengadakan pertemuan lagi dengan semua pihak yang
berkepentingan, pada minggu kedua Juli ini.
Rupanya, masih banyak yang perlu didialogkan berhubung dengan
konsep itu. Menteri P & K sendiri belum sempat langsung
berdiskusi dengan para mahasiswa. "Kami ingin berdialog dengan
Menteri, agar kami yakin betul bahwa konsepnya memang bisa kita
terima atau tidak," kata llendrosangkoyo menjelaskan maksudnya
untuk bertemu menteri setelah referendum di ITB dilaksanakan
bulan Juli ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini