Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Jalan dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Eddy Gunawan mengatakan minat masyarakat untuk bepergian pada masa libur Natal dan tahun baru lebih rendah ketimbang Lebaran lalu. Penurunan ini didorong kondisi cuaca yang tak menentu hingga pandemi yang masih berkepanjangan.
“Banyak faktor yang menyebabkan minat turun, yaitu karena cuaca ekstrem sampai kepercayaan diri masyarakat bahwa lebih baik tidak melakukan pergerakan. Banyak juga sekolah yang diubah aktivitasnya sehingga terjadi penundaan perjalanan,” ujar Eddy dalam diskusi daring bersama Masyarakat Transportasi Indonesia, Kamis, 23 Desember 2021.
Berdasarkan survei Kemenhub, sebanyak 7 persen masyarakat di seluruh Indonesia berpotensi melakukan perjalanan pada akhir tahun. Angka itu setara dengan 11 juta orang.
Sedangkan masyarakat yang keluar dari Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan Tangerang menuju provinsi lain diperkirakan mencapai 2,8 juta orang. Sementara itu survei Kementerian Perhubungan pada Mei 2021 menunjukkan minat masyarakat untuk bepergian mencapai 18 juta saat libur Lebaran.
Eddy mengatakan untuk mengantisipasi melonjaknya Covid-19 setelah libur panjang, Kementerian Perhubungan telah menyusun risiko mitigasi. Salah satunya memperketat pengawasan di titik-titik simpul angkutan umum, seperti terminal sampai pelabuhan penyeberangan.
Kementerian Perhubungan juga merencanakan skenario lalu-lintas yang akan diterapkan secara situasional, seperti ganjil-genap, bila kemacetan kendaraan mengular panjang. Eddy mengklaim pada dasarnya pengawasan terhadap disiplin protokol kesehatan di simpul-simpul transportasi telah membaik.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, berujar pemerintah akan sulit melarang mobilisasi masyarakat karena pada dasarnya manusia membutuhkan pergerakan. Karena itu berkaca dari antisipasi pada libur-libur panjang sebelumnya, kata Pandu, pemerintah hanya perlu mengedukasi masyarakat untuk tidak berkerumun dan tetap menggunakan masker.
“Tahun lalu kan (yang membuat kasus Covid-19 meningkat adalah) klaster keluarga, klaster ibadah, klaster merayakan tahu baru. Kalau itu dilakukan (dibatasi), enggak akan terjadi lonjakan. Memang menghadapi pandemi tidak terlalu sulit. tapi implementasinya seperti mendidik penduduk pakai masker itu saja yang susah,” ujar Pandu.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.