Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kendala Akses Obat Gratis

Kementerian Kesehatan terus berupaya mengoptimalkan pelayanan pemberian obat gratis untuk pasien isolasi mandiri Covid-19 melalui aplikasi kesehatan daring alias telemedicine. Meski demikian, di lapangan masih saja ditemukan sejumlah kendala.

12 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasien Covid-19 mengakes layanan telemedicine www.isoman.kemkes.go.id saat melakukan isolasi mandiri di rumahnya, Jakarta, 11 Februari 2022. TEMPO/Nita Dian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sebagian pasien Covid-19 kesulitan mengakses fasilitas obat gratis Kementerian Kesehatan.

  • Pengiriman obat gratis melalui aplikasi telemedicine terus meningkat.

  • Kementerian Kesehatan menyediakan dua jenis paket obat Covid-19.

JAKARTA - Kementerian Kesehatan terus berupaya mengoptimalkan pelayanan pemberian obat gratis untuk pasien isolasi mandiri Covid-19 melalui aplikasi kesehatan daring alias telemedicine. Meski demikian, di lapangan masih saja ditemukan sejumlah kendala, seperti nomor induk kependudukan (NIK) yang tidak terdaftar. Hal itu menyebabkan pasien Covid-19 belum dapat mengakses fasilitas obat gratis karena namanya tidak tercantum dalam sistem.

Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan terdapat beberapa faktor penyebab masalah tersebut. “Kemungkinan human error itu yang biasanya kami temukan. Petugas salah input atau salah catat NIK, sehingga datanya tidak terhubung dengan aplikasi telemedicine,” ujarnya kepada Tempo, kemarin. Penyebab kedua adalah nomor telepon yang diberikan tidak terkoneksi dengan aplikasi pesan singkat WhatsApp. Kementerian Kesehatan menggunakan layanan tersebut untuk mengkonfirmasi pengiriman obat.

Penyebab lain, dia menambahkan, adalah jeda dari pemasukan data oleh laboratorium tempat pasien melakukan tes PCR dengan koneksi aplikasi PeduliLindungi atau sistem New All Record (NAR) milik Kementerian Kesehatan. “Masyarakat yang menghadapi kendala tersebut dapat menghubungi atau datang ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan obat atau memanfaatkan layanan poli Covid-19 dan telemedicine yang dikembangkan oleh rumah sakit,” ucap Nadia.

Pasien Covid-19 mengakses formulir pemesanan obat melalui layanan telemedicine www.isoman.kemkes.go.id saat melakukan isolasi mandiri di rumahnya, di Jakarta, 11 Februari 2022. TEMPO/Nita Dian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Azhar Jaya, mengatakan pemerintah sebisa mungkin meminimalkan berbagai kendala tersebut untuk memudahkan masyarakat mendapatkan obat Covid-19. “Seharusnya soal NIK ini tidak lagi jadi masalah, tapi faktanya kan masih saja ditemukan ada salah input. Satu angka saja salah, maka tidak muncul di NAR, atau yang muncul malah orang lain. Mungkin petugasnya kelelahan,” katanya.

Adapun program telemedicine ISOMAN Kementerian Kesehatan saat ini baru diperuntukkan bagi masyarakat yang berusia 18 tahun ke atas dan dinyatakan positif berdasarkan hasil tes PCR, bukan antigen. Cakupan layanan juga baru tersedia untuk wilayah Jawa dan Bali. Meski demikian, Azhar mengklaim pemanfaatan dan pengiriman obat gratis melalui aplikasi telemedicine terus meningkat dari hari ke hari.

Berdasarkan data laporan layanan telemedicine di Jawa-Bali hingga 9 Februari 2022, dari 30.682 kasus terkonfirmasi positif, sebanyak 30.461 pesan WhatsApp untuk konfirmasi pengiriman obat telah dikirim. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21.321 telah menebus resep, dan paket obat yang telah diterima mencapai 20.373 paket. “Meningkat 30 persen pada pengantaran paket obat kurang dari 20 jam,” ujar Azhar.

Salah satu platform telemedicine yang bekerja sama dalam program ini adalah Halodoc. Vice President Government Relations & Corporate Affairs Halodoc, Adeline Hindarto, berujar mekanisme program ISOMAN Kementerian Kesehatan adalah pasien Covid-19 yang telah menjalani tes PCR di fasilitas kesehatan atau laboratorium yang terafiliasi dengan sistem New All Record (NAR) akan mendapat pesan singkat WhatsApp dari Kementerian Kesehatan.

Paket obat yang disediakan pemerintah terdiri atas dua jenis. Paket pertama untuk orang tanpa gejala (OTG), yang berisi multivitamin C, B, E, dan zinc sebanyak 10 tablet. Paket kedua untuk orang bergejala ringan, yang berisi multivitamin C, B, E, dan zinc sebanyak 10 tablet, Favipiravir 200 mg sebanyak 40 kaplet, Molnupiravir 200 mg sebanyak 40 kaplet, dan parasetamol tablet 500 mg jika dibutuhkan.

“Paket obat dan vitamin diberikan secara gratis oleh Kementerian Kesehatan melalui jaringan Kimia Farma, dan diantar oleh kurir SiCepat ke rumah.”

GHOIDA RAHMAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus