Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kerugian Gempa Palu Diperkirakan Lebih Besar dari Bencana Lombok

Pemerintah menyusun perencanaan rekonstruksi.

15 Oktober 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kerugian Gempa Palu Diperkirakan Lebih Besar dari Bencana Lombok

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - ­ Badan Pe­­ren­ca­na­an Pembangunan Na­­sio­nal (Bappenas) memperkirakan kerugian akibat gempa dan tsunami di kawasan Su­lawesi Tengah lebih besar daripada kerugian akibat bencana di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Perencana Madya Kedeputian Pe­­ngembangan Regional Bappenas, Suprayoga Hadi, menilai kerusakan terbesar ada pada sektor permukim­an. “Tsunami itu dorongan­nya jauh, sampai ­setengah ki­­­lometer ke daratan. Efek­nya parah karena ke­­tinggian air sampai tiga me­­ter,” ujarnya kepada Tempo, akhir pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hadi mengatakan dampak pencairan tanah alias li­­kuefaksi saat gempa di Su­­lawesi Tengah juga cu­­kup parah hingga membe­namkan perumahan di tiga kelurahan, yakni Petobo, Ba­­laroa, dan Sigi. Palu dianggap menderita kerugian lebih besar, meski wi­­layah yang terkena dampak gempa di Lombok le­­bih banyak, yakni tujuh ka­­bupaten dan kota. “Ke­­butuhan dana untuk relokasi tempat tinggal akan be­­sar, belum lagi ada reroad atau pengaturan ulang jalan,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah memperpanjang masa tanggap ­darurat bencana di Sulawesi Te­­ngah hingga 26 Oktober men­datang. Evakuasi kor­ban masih ­dilanjutkan da­­lam skala kecil. Hingga Jumat lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 67.310 unit rumah rusak. Gempa terbesar pada 28 September lalu juga meluluhlantakkan puluhan bangunan pub­lik, seperti mal dan ho­­tel, termasuk prasarana transportasi.

Menurut Hadi, pemerin­tah saat ini baru ­berfokus menghitung potensi kerugi­­an seusai masa tanggap da­­rurat. Selanjutnya, re­­gu­­­lator pun akan menak­sir besaran kebutuhan un­­tuk rehabilitasi dan re­­konstruksi.

Nilai kebutuhan, kata dia, cenderung lebih kecil daripada nilai kerusak­an yang telah dihitung. Hadi mencontohkan angka ke­­rusakan gempa Lombok yang mencapai Rp 15,4 triliun. “Pe­­nilaian ­ke­­­butuhannya se­­­­kitar Rp 12 triliun. Si­­fat­nya subsidi, ja­di kami ha­­nya ganti yang terpenting sa­­ja,” tuturnya.

Bappenas pun memfasi­li­tasi regulator daerah untuk menyusun kembali rencana tata ruang dan rekonstruksi kawasan yang rusak. “Ka­­mi masih mendata in­­frastruktur yang rusak. Per­kiraan kerugian sementara sudah ada, tapi belum dikonversi ke dalam nilai rupiah,” kata Hadi.

Direktur Jenderal Cip­ta Karya Kementerian Pe­­kerjaan Umum dan Pe­­ru­mahan Rakyat, Danis Su­­madilaga, mengatakan Ke­­menterian masih melaku­kan tanggap darurat, se­­perti penyediaan kebutuh­an pengungsi dan pember­sihan lokasi dari puing. “Ta­­pi kami sedang mengerja­kan hunian sementara, dan mencari titik relokasi. Pada Desember 2018 harus sudah beres,” ucapnya.

Danis memastikan rencana rehabilitasi dan re­­konstruksi di Sulawesi Te­­ngah menganut kebijakan bangunan tahan bencana. Salah satu aturan yang akan diimplementasikan ada­lah Peraturan Menteri PUPR 05/PRT/M/2015 ten­­tang Ledoman Umum Im­­plementasi Konstruksi Ber­kelanjutan.

“Pembinaan bangunan gedung menjadi domain ka­­mi. Urusan zonasi, kami bekerja sama dengan Ba­­dan Geologi. Serta (de­­ngan) Kementerian Agraria dan Tata Ruang ihwal pengada­an lahan,” kata Danis.

Adapun Kepala Badan Geologi Kementerian Ener­gi dan Sumber Daya Mi­­neral (ESDM), Rudy Su­­hendar, mengatakan masih memetakan lokasi yang aman untuk pembangunan hunian baru. Pemerintah Sulawesi Tengah memberi masukan soal lahan potensi­al. “Tim geologi mengiden­tifikasi dari sisi keaman­an, jadi belum langsung di­­tetapkan,” kata Rudy. “Pro­­ses selanjutnya diurus Kementerian ATR.”

Menteri Energi dan Sum­ber Daya Mineral Ignasius Jonan mengharap pembentukan tim khusus penginformasian bencana. “Untuk jadi corong resmi, supaya kita bisa menjelaskan dan ada pencegahan sebelumnya,” ujarnya, akhir pekan lalu. YOHANES PASKALIS PAE DALE | HENDARTYO HANGGI


Proses Rehabilitasi
Pemerintah menginventarisasi kerugian materiil akibat gempa dan tsunami di kawasan Sulawesi Tengah. Data kerusakan masih dalam proses evaluasi.

Kerusakan infrastruktur
1. Rumah: 67.310 unit (Kota Palu 65.733 unit, Kab. Sigi 897 unit, Kab. Donggala 680 unit)
2. Fasilitas peribadatan : 99 unit
3. Fasilitas kesehatan : 22 unit (3 rumah sakit, 19 pusat kesehatan)
4. Sekolah : 662 unit

Skema pemulihan

1. Penilaian kerusakan dan kerugian.
Durasi: dua pekan hingga sebulan

2. Penyusunan master plan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Durasi: 12 pekan

3. Formulasi rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi (transisi).
Durasi: 12 bulan

4. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Durasi: (pengerjaan dilakukan bertahap)

SUMBER: BNPB (DATA PER 11 OKTOBER 2018), WAWANCARA | YOHANES PASKALIS PAE DALE

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus