Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ketidakpastian Pemangkasan Pajak AS Picu Penguatan Kurs Rupiah

Ketidakpastian terkait pemilihan suara mengenai RUU Pemangkasan Pajak di AS disebut-sebut sebagai salah satu faktor pemicu penguatan kurs rupiah.

20 Desember 2017 | 14.04 WIB

Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Majalah The Economist menyebutkan, masalah yang dihadapi Indonesia adalah pemerintahan yang birokratis, korupsi, dan infrastruktur yang tidak memadai menjadi alasan nilai tukar rupiah sangat rendah. Adek Berry/AFP/Getty Images
Perbesar
Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Majalah The Economist menyebutkan, masalah yang dihadapi Indonesia adalah pemerintahan yang birokratis, korupsi, dan infrastruktur yang tidak memadai menjadi alasan nilai tukar rupiah sangat rendah. Adek Berry/AFP/Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, 20 Desember 2017, bergerak menguat sebesar 13 poin menjadi 13.563 dibanding sebelumnya pada posisi 13.576 per dolar Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan ketidakpastian terkait dengan pemilihan suara mengenai Rancangan Undang-Undang Pemangkasan Pajak di Amerika Serikat memicu pelemahan dolar Amerika terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Dolar Amerika berada di bawah tekanan. Sebagian investor sudah memperkirakan dampak dari reformasi pajak. Selain itu, harapan bahwa reformasi akan memicu penguatan dolar Amerika dianggap berlebihan," ucap Ariston, Rabu, 20 Desember 2017.

Ia berujar, eforia reformasi pajak cenderung mereda, sehingga membuat pergerakan dolar Amerika cenderung terbatas. Selain itu, pelaku pasar terlihat berhati-hati terhadap prospek ekonomi Amerika.

Di sisi lain, tutur dia, dolar Amerika yang cenderung tertahan juga seiring dengan antisipasi pelaku pasar terhadap data sektor perumahan dan izin bangunan di Amerika Serikat untuk melihat kekuatan pasar perumahan di sisa tahun ini.

Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, mengatakan pergerakan mata uang rupiah diperkirakan cenderung mendatar setelah dalam beberapa hari terakhir cenderung melemah terhadap dolar Amerika. "Kebutuhan dolar Amerika yang besar menjelang akhir tahun serta minimnya sentimen positif yang beredar di pasar membuat gerak rupiah terbatas," ucapnya.

ANTARA

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus