Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SELAIN soal peningkatan luar biasa media digital, konferensi ”Publish Asia” di Bangkok dua pekan lalu mengabarkan dengan sangat jelas: media cetak belum akan mati dalam waktu dekat.
Yang paling optimistis adalah Larry Kilman. Dia orang nomor dua serta direktur eksekutif bidang komunikasi dan hubungan publik World Association of Newspaper, serikat global yang didirikan pada 1948 untuk mendukung perkembangan media.
”Digital menyediakan hanya sepuluh persen dari pendapatan surat kabar, tapi tampaknya kita menghabiskan seluruh waktu untuk memberi perhatian pada digital,” kata Deputi Chief Executive Officer (CEO) World Association of Newspaper ini, yang berbicara di hari pertama konferensi yang diikuti 350 peserta itu.
Suara Kilman senada dengan Eamonn Byrne. Managing director konsultan media The Byrne Partnership ini agaknya ”menyindir” penyokong media digital dengan menyatakan, ”Penting sekali membedakan fashion dengan tren.” Kata dia, fashion itu menyenangkan, tapi tren, yang didukung data keras, menunjukkan media cetak menghasilkan pendapatan terbesar media mendatang ini.
Byrne tentu tak berbicara sembarangan. ”Jika saya menyebutkan media cetak merupakan yang paling prospektif dalam jangka panjang, kita harus memanggil ambulans,” selorohnya. Tapi, untuk saat sekarang, fakta menunjukkan 6,7 miliar orangatau 37 persen populasi duniamembaca surat kabar. Pembaca koran itu 25 persen lebih banyak dibanding pengguna Internet.
Memang banyak kesalahpahaman tentang media digital. Pengguna Twitter di Mesir, Tunisia, dan Yaman hanya 14 ribu. Sedangkan penduduk Mesir saja 82 juta orang. Dari data ini, Byrne ingin mengatakan, terlalu berlebihan mengklaim media sosial itu sepenuhnya ”bertanggung jawab” menggerakkan demonstrasi besar di Timur Tengah.
Toh, semua pembicara yang tampil di Bangkok sepakat dalam satu hal: perkembangan Internet tak boleh diabaikan. Di masa depan, ekspansi multimedia dengan Internet sebagai tulang punggung akan sangat dominan.
Data survei global memang masih menunjukkan dominasi media cetak. Walaupun turun 32 persen sejak 2005, total pendapatan iklan media cetak tahun ini ditaksir sekitar US$ 74 miliar. Pada 2014, diprediksi terjadi arus balik: iklan media cetak naik menjadi US$ 80 miliar. Bahkan pendapatan sirkulasi media cetak justru meningkat tipis sejak 2005, menjadi US$ 70 miliar.
Pendapatan media digital memang meroket: naik hampir 100 persen sejak 2005 sampai tahun ini. Tapi, dalam angka, pendapatan digital itu masih kecil, yakni US$ 6 miliar tahun ini atau 12 kali lebih rendah dibanding media cetak.
Bila pertumbuhan pendapatan media digital seperti enam tahun terakhir ini, dan pertumbuhan pendapatan media cetak negatif, bukan mustahil di sekitar 2020 pendapatan media digital akan menyamai media cetak.
Gregor Waller, konsultan surat kabar dan Vice President Axel Springer’s Welt Group di Jerman, membaca tren bahwa tahun 2020 akan menjadi tonggak penting media digital. Ketika itu, setiap penduduk Jerman mempunyai sebuah peralatan mobile, dan 80 persen mengakses Internet berkecepatan tinggi. ”Tablet dan smart phone akan memimpin pasar,” kata Waller. Pada saat itu, ia memprediksi, iklan media cetak menurun dan sirkulasinya tinggal separuh jumlah saat ini.
Barangkali lantaran menyadari kebutuhan memperpanjang umur di era multimedia, sejumlah media cetak putar otak mencari sumber pendapatan baru. Surat kabar Politiken, yang didirikan pada 1884 di Denmark, ikut menjadi penjual helm sepeda terbesardalam ”kegilaan” bersepeda di negeri itu. Media ini juga mengandalkan pendapatan dari penjualan kertas, yang jumlahnya hanya kalah dibanding pendapatan iklan dan sirkulasi.
Koran Folha de Sao Paulo di Brasil, yang sudah berumur hampir 90 tahun, harus menawarkan berbagai macam bentuk iklan. Bahkan Folha tidak hanya menerima iklan sisipan, tapi sudah membolehkan iklan membungkus seluruh wajahnya.
Koran Jerman Die Zeit, yang berdiri pada 1946, berhasil meningkatkan sirkulasi 19 persen dan pendapatan 80 persen sejak 2003. Apa yang dilakukan? Die Zeit melahirkan sejumlah penerbitancetak dan digitaluntuk target yang spesifik. Ketika semua media cetak seakan ”menyerah” untuk menggarap pembaca muda, koran ini justru menawarkan konten menarik buat kaum muda dan berusaha menarik mereka kembali membaca koran.
Di era multimedia ini, mutlak penting memperkuat konten dan brand seperti saran Ravi Dhariwal, CEO Bennet, Coleman & Co, penerbit harian The Times of India, yang memiliki tiras lebih dari 4 juta sehari dan berusia 173 tahun. ”Kami tidak mempertimbangkan perdana menteri atau bahkan presiden sebagai pemimpin India. Kami memperlakukan pembaca seperti CEO.”
Toriq Hadad (Bangkok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo