Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ketua APPBI Ungkap Pola Belanja Warga Kelas Menengah Bergeser karena Daya Beli Menurun

Salah satu indikator pelemahan daya beli masyarakat adalah perubahan pola belanja masyarakat. Warga cenderung belanja barang eceran murah dengan ukuran kecil

14 Maret 2025 | 17.45 WIB

Pengunjung beraktivitas di pusat perbelanjaan Lippo Mall Kemang, Jakarta, Sabtu, 31 Oktober 2020. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyebutkan cuti bersama dan libur panjang berkontribusi meningkatkan kunjungan ke pusat perbelanjaan pada Oktober 2020. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Pengunjung beraktivitas di pusat perbelanjaan Lippo Mall Kemang, Jakarta, Sabtu, 31 Oktober 2020. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyebutkan cuti bersama dan libur panjang berkontribusi meningkatkan kunjungan ke pusat perbelanjaan pada Oktober 2020. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan daya beli masyarakat belum pulih. Salah satu indikator pelemahan daya beli adalah terjadi perubahan dalam tren belanja warga kelas menengah dan menengah ke bawah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masyarakat kini cenderung membeli barang satuan yang lebih murah. “Meskipun daya beli masyarakat kelas menengah turun, tapi mereka tetap belanja. Tetapi pola belanjanya berubah. Sekarang yang diburu itu adalah barang-barang produk yang harga satuan, yang unit price-nya rendah, unit size-nya kecil” ujar Alphonzus seusai acara peluncuran BINA Diskon Lebaran 2025 di Lippo Mal Nusantara, Jakarta, Jumat, 14 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia menambahkan, banyak peritel yang punya barang dengan kategori tersebut, itu terus bertumbuh. Belanja eceran, kata Alphonzuz menjadi salah satu indikator pelemahan daya beli. “Karena uang yang dipegang semakin sedikit, daya belinya menurun,” ujarnya.

Pergeseran tren belanja ini juga menyebabkan impor ilegal makin marak karena warga mencari barang-barang dengan harga jauh lebih murah. Hal ini kata dia bakal menyebabkan pengusaha dalam negeri makin terpuruk.

Pada momen Ramadan kali ini, APPBI memaparkan penjualan di sektor ritel masih akan tumbuh. Namun pelemahan daya beli yang masih terjadi menyebabkan kalangan pengusaha yakin pertumbuhan tak akan signifikan. Alphonzus memprediksi penjualan ritel di momen Idulfitri kali ini hanya mampu tumbuh di bawah 10 persen. “Tumbuh tapi hanya single digit saja,” ucapnya.

Sementara itu, dia masih yakin tingkat kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan masih bisa tumbuh hingga 15 hingga 20 persen. “Dalam kondisi ekonomi seperti ini masyarakat tetap datang di pusat perbelanjaan, tidak berkurang, namun pole belanjanya yang bergeser,” ucapnya.

Menurut dia, kunjungan pusat perbelanjaan di Indonesia 95 persen didominasi oleh kelas menengah bawah. Dan saat ini daya beli kelas menengah bawah sedang terganggu yang berdampak pada perekonomian keseluruhan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus