Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kini, Air Nugini

Penerbangan perdana angkutan udara "Air Nugini" di resmikan oleh Ny. V. Somare dengan penerbangannya dari Port Moresby-Jakarta-Singapura. PNG ingin memperkenalkan daerah wisatanya. (eb)

21 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NYONYA V. Somare, isteri Perdana Menteri Papua Nugini (PNG), mendadak mampir Jakarta dua kali dalam seminggu. Bahkan ia juga tinggal di Singapura selama 1 minggu. Tidak ada pejabat Indonesia yang menjemput. Demikian pula di Singpura, meski ikut serta Menteri Pendidikannya Oscar Tamur. "Beliau tidak mengadakan kunjungan resmi. Sekedar belanja dan melihat-lihat di Singapura," kata sekretaris Ny. V. Somare yang mendampinginya. Di Jakarta, isteri Perdana Menteri itu hanya singgah di ruang VIP pelabuhan udara Halim Perdanakusuma. Ia meresmikan penerbangan perdana "Air Niugini" 8 Juli lalu, mengawali penerbangannya dari Port Moresby-Jakarta-Singaura. Dengan pesawat Boeing 707, peruahaan penerbangan berbendera PNG itu mengarungi jalur penerbangan barunya seminggu sekali, berangkat Minggu petang dan balik Senin siang. Mengapa memilih jalur itu? "Maksudnya untuk menunjukkan bahwa PNG dan Indonesia tidak tertutup satu sama lainnya," kata Dubes PNG untuk Indonesia, D. Pakuma Diya pada A. Margana dari TEMPO. Selama ini, kedua negara bertetangga itu belum mempunyai jalur penerbangan Sejak kunjungan PM Michael Somare pada 1976, usaha membuka hubungan udara sudah dijajagi. Perundingan dan penandatanganan baru dirampungkan Maret 1979. PNG dapat menerbangkan "Burung Firdaus"nya -- lambang Air Niugini -- ke Jakarta dengan Boeing 707 dan Jayapura dengan F-28 dari Port Moresby. AN bisa mengangkut dan menurunkan penumpang di Jakarta dari Port Moresby. Tapi ia tidak boleh mengangkut dan menurunkan penumpang jurusan Singapura. Sedang Garuda diberi kesempatan membuka jalurnya ke Port Moresby. "Cuma sekarang kelihatannya belum ada rencana Garuda ke sana," tutur Dubes Diya. Kabarnya Indonesia akan menerbangkan Garuda dari Jayapura dan Merpati dari Biak ke Port Moresby dalam waktu dekat ini. Kebudayaan Zaman Batu AN dengan mengembangkan sayapnya ke Indonesia dan Singapura, semula bermaksud mengangkut wisatawan ke PNG. Negara itu akan menunjukkan pada dunia "suatu daerah wisata baru". "Karena itu, semula kita mengusulkan penerbangan ke Denpasar. Tapi Pemerintah Indonesia tidak setuju," kata Diya. Mengapa berniat mengangkut wisatawan? "Itu yang sudah siap," ujar Dubes Diya. Namun diakui, PNG tidak terlalu banyak memiliki tempat pelancongan yang menarik. PNG baru dalam tarap "memperkenalkan". Kecuali alam yang masih asli, negara itu mempunyai masyarakat yang "berkebudayaan seperti zaman batu," kebudayaan Kompiam dari propinsi Enga, 90 menit terbang dari Port Moresby ke arah selatan, di bawah gunung Hagen. Untuk tahap permulaan, kelihatannya AN masih sepi. Penerbangan yang pertama 16 Juli dari Singapura hanya membawa penumpang 23 orang ditambah 27 orang lagi dari Jakarta ke Port Moresby. "Secara ekonomi, jalur penerbangan ini layak," kata Manajer Perwakilan AN Prayitno, bekas Direktur Operasi Merpati pada TEMPO. Ongkos penerbangan Jakarta-Port Moresby US$626 untuk kelas utama dan US$432 kelas ekonomi sekali jalan. Sedang Port Moresby-Singapura, kelas utama sekitar Rp 370.000 dan ekonomi Rp 260.000. "Kalau sudah dikenal, saya yakin akan menarik," kata Prayitno. Paling tidak arapkan separoh kursi pesawat berkapasitas 18 itu bisa terisi. Tampaknyaa bersungguh-sungguh untuk mempromosikan jalur baru ini. Di badan pesawat AN tertulis huruf besar: "Sekarang ke Singapura-Honolulu-Jakarta." Selama ini, AN hanya terbang di kawasan Pasifik. 2 Boeing 707-nya melayani jalur penerbangan ke Sydney, Brisbane, Honolulu, Manila dan Hongkong. Penerbangan dalam negeri dan jarak pendek dilayani dengan 2 buah F-28 dan 8 F-27, Perusahaan penerbangan bekas gabungan perusahaan Australia-Anzett, TAA dan Qantas -- itu, 88,5% sahamnya dimiliki pemerintah. TAA dan Qantas telah melepaskan saham mereka pada 1977, sejak dinamai Air Niugini. AN masih dikelola tenaga "luar". Mulai Direktur Utama Gerald Sidney Fallscheer sampai pilot dan juru mesinnya berkebangsaan Australia. Baru awak kabin yang sebagian telah ditangani tenaga asal PNG sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus