NYONYA V. Somare, isteri Perdana Menteri Papua Nugini (PNG),
mendadak mampir Jakarta dua kali dalam seminggu. Bahkan ia juga
tinggal di Singapura selama 1 minggu. Tidak ada pejabat
Indonesia yang menjemput. Demikian pula di Singpura, meski
ikut serta Menteri Pendidikannya Oscar Tamur. "Beliau tidak
mengadakan kunjungan resmi. Sekedar belanja dan melihat-lihat
di Singapura," kata sekretaris Ny. V. Somare yang
mendampinginya.
Di Jakarta, isteri Perdana Menteri itu hanya singgah di ruang
VIP pelabuhan udara Halim Perdanakusuma. Ia meresmikan
penerbangan perdana "Air Niugini" 8 Juli lalu, mengawali
penerbangannya dari Port Moresby-Jakarta-Singaura. Dengan
pesawat Boeing 707, peruahaan penerbangan berbendera PNG itu
mengarungi jalur penerbangan barunya seminggu sekali, berangkat
Minggu petang dan balik Senin siang. Mengapa memilih jalur itu?
"Maksudnya untuk menunjukkan bahwa PNG dan Indonesia tidak
tertutup satu sama lainnya," kata Dubes PNG untuk Indonesia, D.
Pakuma Diya pada A. Margana dari TEMPO.
Selama ini, kedua negara bertetangga itu belum mempunyai jalur
penerbangan Sejak kunjungan PM Michael Somare pada 1976, usaha
membuka hubungan udara sudah dijajagi. Perundingan dan
penandatanganan baru dirampungkan Maret 1979. PNG dapat
menerbangkan "Burung Firdaus"nya -- lambang Air Niugini -- ke
Jakarta dengan Boeing 707 dan Jayapura dengan F-28 dari Port
Moresby. AN bisa mengangkut dan menurunkan penumpang di Jakarta
dari Port Moresby. Tapi ia tidak boleh mengangkut dan menurunkan
penumpang jurusan Singapura. Sedang Garuda diberi kesempatan
membuka jalurnya ke Port Moresby. "Cuma sekarang kelihatannya
belum ada rencana Garuda ke sana," tutur Dubes Diya. Kabarnya
Indonesia akan menerbangkan Garuda dari Jayapura dan Merpati
dari Biak ke Port Moresby dalam waktu dekat ini.
Kebudayaan Zaman Batu
AN dengan mengembangkan sayapnya ke Indonesia dan Singapura,
semula bermaksud mengangkut wisatawan ke PNG. Negara itu akan
menunjukkan pada dunia "suatu daerah wisata baru". "Karena itu,
semula kita mengusulkan penerbangan ke Denpasar. Tapi Pemerintah
Indonesia tidak setuju," kata Diya. Mengapa berniat mengangkut
wisatawan? "Itu yang sudah siap," ujar Dubes Diya. Namun diakui,
PNG tidak terlalu banyak memiliki tempat pelancongan yang
menarik. PNG baru dalam tarap "memperkenalkan". Kecuali alam
yang masih asli, negara itu mempunyai masyarakat yang
"berkebudayaan seperti zaman batu," kebudayaan Kompiam dari
propinsi Enga, 90 menit terbang dari Port Moresby ke arah
selatan, di bawah gunung Hagen.
Untuk tahap permulaan, kelihatannya AN masih sepi. Penerbangan
yang pertama 16 Juli dari Singapura hanya membawa penumpang 23
orang ditambah 27 orang lagi dari Jakarta ke Port Moresby.
"Secara ekonomi, jalur penerbangan ini layak," kata Manajer
Perwakilan AN Prayitno, bekas Direktur Operasi Merpati pada
TEMPO. Ongkos penerbangan Jakarta-Port Moresby US$626 untuk
kelas utama dan US$432 kelas ekonomi sekali jalan. Sedang Port
Moresby-Singapura, kelas utama sekitar Rp 370.000 dan ekonomi Rp
260.000. "Kalau sudah dikenal, saya yakin akan menarik," kata
Prayitno. Paling tidak arapkan separoh kursi pesawat
berkapasitas 18 itu bisa terisi. Tampaknyaa bersungguh-sungguh
untuk mempromosikan jalur baru ini. Di badan pesawat AN tertulis
huruf besar: "Sekarang ke Singapura-Honolulu-Jakarta."
Selama ini, AN hanya terbang di kawasan Pasifik. 2 Boeing
707-nya melayani jalur penerbangan ke Sydney, Brisbane,
Honolulu, Manila dan Hongkong. Penerbangan dalam negeri dan
jarak pendek dilayani dengan 2 buah F-28 dan 8 F-27, Perusahaan
penerbangan bekas gabungan perusahaan Australia-Anzett, TAA dan
Qantas -- itu, 88,5% sahamnya dimiliki pemerintah. TAA dan
Qantas telah melepaskan saham mereka pada 1977, sejak dinamai
Air Niugini. AN masih dikelola tenaga "luar". Mulai Direktur
Utama Gerald Sidney Fallscheer sampai pilot dan juru mesinnya
berkebangsaan Australia. Baru awak kabin yang sebagian telah
ditangani tenaga asal PNG sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini