Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kini saatnya merayu jepang

Banyak kapal tanker minyak dihantam peluru. perusahaan asuransi menaikkan tarifnya. jepang akan menunda impor minyak dari teluk. (eb)

26 Mei 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAKU hantam antara Irak dan Iran makin menjadi-jadi tampaknya. Sampai pekan lalu, perusahaan asuransi terkenal Lloyd of London mencatat lima kapal pengangkut minyak mentah (tanker), dan tiga kapal lainnya, dihantam peluru kendali yang dltembakkan dan pesawat pancar gas kedua pihak. Salah satu korbannya adalah tanker raksasa Yanb Pride milik Arab Saudi. Ulah Iran dan Irak itu, demikian menurut pihak Lloyd, telah mengakibatkan kerugian USS 100 juta. Para pengusaha tanker pun mengendurkan lalu lintas tanker di Teluk Persia. Sedangkan para pengusaha asuransi, Lloyd misalnya, menaikkan tarif asuransinya, dua sampai tiga kali lipat (Lihat: Luar Negeri). Jepang, konsumen minyak Iran yang paling besar, kabarnya sedang mempelajari untuk menunda impor minyak dari Teluk. Mereka juga menuntut harga yang lebih murah untuk mengimbangi naiknya biaya asuransi tanker. Meningkatnya tarif asuransi dari 2% -5% dari harga tanker, dan 0,5%-3% dari nilai angkut kapal-kapal yang berlayar di dekat setiap pelabuhan Iran dan Irak di Teluk Persia, mulai berlaku sejak Senin 21 Mei. Akibatnya, harga minyak Iran naik dengan hampir satu dolar untuk setiap barel. Harga resmi minyak Iran ke Jepang, untuk jenis kualitas nomor wahid, biasanya tercatat US$ 28, satu dolar lebih murah dari Arabian Light Crude (ALC), harga patokan minyak OPEC. Negara yang memproduksikan di atas kuota OPEC, seperti Iran dan Arab Saudi, memang berhasil merasuki pasaran Jepang untuk menawarkan kelebihan minyaknya dengan potongan harga yang menarik. Kalau sampai Jepang menoleh ke tempat lain untuk mengisi persediaan minyaknya, bisa jadi Indonesia akan kebagian rezeki - tergantung pada kelincahan Pertamina merayu Jepang. Sampai sekarang kemungkinan Indonesia meraih pasaran yang lebih besar di Jepang memang baru sampai taraf spekulasi. Tapi meningkatnya harga minyak di pasaran spot (tunai) di Rotterdam - beberapa jenis dikabarkan telah naik keras - telah memukul nilai mata uang yen dengan cukup keras: Suatu pertanda betapa tergantungnya ekonomi Jepang terhadap minyak dari Timur Tengah. "Keadaannya mencekam, cukup parah", kata Perdana Menteri Yasuhiro Nakasone, pekan silam, dalam suatu keterangan pers di Tokyo. Nilai mata uang yen telah melemah, menjadi 232,30 untuk 1 dolar AS, tertinggi selama 11 pekan lalu. Itu terjadi setelah dua tanker milik Kuwait diserang di Teluk Persia, konon oleh pesawat Iran. Dan perusahaan tanker milik pemerintah Kuwait mengancam untuk menghentikan angkutan minyaknya. Apakah nilai yen akan semakin merosot, itu tergantung dari gerakan harga di pasaran spot, yang biasanya merupakan indikasi penting untuk menetapkan harga minyak resmi Sejak harga resmi minyak OPEC jatuh dengan US$ 5 per barel rata-rata, Februari tahun lalu, harga minyak di pasaran spot selalu bergerak di bawah harga resmi. Tapi perang di Teluk Persia telah mendorong harga jenis Brent, minyak mentah Inggris yang berkualitas paling tinggi, naik sekitar 60 sen dolar di pasaran spot Rotterdam, di atas harga resmi US$ 30 per barel. Harga bahan bakar minyak, seperti minyak diesel dan untuk pemanas, ikut naik empat sampai lima dolar per ton, menendang harga di pasaran spot menjadi di atas US$ 245 per ton dua pekan lalu. Sampai awal pekan ini yang paling tinggi kenaikannya adalah jenis Brent itu. Sedangkan jenis Forties, saudaranya, yang semula dibeli orang US$ 30,30 per barel, pekan lalu turun sebanyak 15 sen dolar sebarel. Adapun harga minyak Arab, seperti jenis ALC, memang menunjukkan gerakan naik, dan terakhir, pekan lalu, mencapai US$ 28,55 per barel. Tapi para pengamat menilai, kenaikan di pasaran spot itu masih wajar. Yang paling dikhawatirkan adalah jika Iran sampai menutup Selat Hormuz, yang setiap hari dilalui sekitar tujuh juta barel minyak. Suatu tindakan yang sulit dibayangkan, karena akan menusuk ekonomi Iran sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus