Kipas mandarin di atas oranye

PERISTIWA bersejarah yang melekat pada Hotel Oranye di kota Surabaya tampaknya tak akan pudar hanya karena manajemen hotel itu akan ditangani oleh Grup Hotel Mandarin. Di atap hotel itu dulu, pada 19 September 1945, seorang pemuda Indonesia merobek kain biru dari bendera Belanda, hingga menjadi dwiwarna. Kini, hampir 50 tahun kemudian, Hotel Oranye sejak tahun 1945 dinamakan Hotel Majapahit akan ''kejatuhan bintang''. Tahun lalu, hotel ini dijual PT Mantrust kepada Sekar Group dengan nilai Rp 130 miliar. Tapi Sekar Group, yang bergerak di industri pengolahan hasil perikanan (udang dan ikan), rupanya mau serius menerjuni bisnis jasa perhotelan. Olehnya, Hotel Majapahit akan dinaikkan pangkat menjadi hotel berbintang lima dengan predikat boutique hotel. ''Syarat hotel butik adalah semua kamar adalah kelas suite,'' kata Harry Sunogo, wakil presdir dari Sekar Group. Untuk itu, kamar-kamar hotel itu akan direnovasi, jumlahnya menjadi sekitar 120 kamar mewah mulai dari kelas deluxe suite sampai dengan presidential suite. ''Kami tidak berpengalaman, maka kami meminta Mandarin Oriental Hotel Group untuk menjadi pengelolanya,'' kata Chris Arsyad, Direktur Hotel Majapahit. Maka disepakati, 25% saham Hotel Majapahit dialihkan ke Mandarin dalam perjanjian yang diteken pekan lalu. Tak lama lagi, logo kipas Mandarin akan berkibar di atas Oranye. Namun arsitektur asli tempo doeloe akan dipertahankan. ''Ini yang akan dimanfaatkan untuk menarik pengusaha dan wisatawan kemari,'' kata Jill Kruge, juru bicara Mandarin Oriental Group.