Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semenjak diumumkan bahwa akan berhenti berproduksi per 1 Maret 2025, pihak Sritex mengadakan pertemuan terakhir dengan seluruh karyawannya. Pada tanggal 18 Februari 2025 mereka memutuskan untuk tetap datang ke pabrik dan/atau kantornya, tetapi bukan untuk bekerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka bertemu untuk terakhir kalinya dan memenuhi lapangan di depan pabrik tekstil itu. Sambil mengenakan seragam kerja, mereka berkumpul dan menyanyikan lagu bersama, Kenangan Terindah oleh Samson Band seperti terekam dalam akun Instagram @anggiiwae yang diberi judul "last days nyanyi bareng bapalk" kemudian ditambahkabn emoticon menangis dan @dewiranaa "last day nyanyi barennngg" kemudian ditambahkan tag #sritexgroup #sritexindonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua putra Lukminto, mendiang pendiri Sritex Group yaitu Iwan Setiawan Lukminto yang merupakan Komisaris Utama Sritex dan Iwan Kurniawan Lukminto Direktur Utama Sritex, berbaur dengan para karyawan mereka yang kini terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"58 tahu kita sudah ada di sini. Maaf jika di era saya belum banyak merasakan perubahan. Tetapi, setiap masalah harus kita hadapi," kata Iwan.
Para karyawan ini juga membagikan banyak momen-momen terakhir bersama yang mereka punya di sosial media pribadi. Isak tangis membarengi mereka semua dalam pertemuan terakhir ini. Mereka juga melakukan banyak kegiatan bersama, mulai dari makan bareng terakhir sampai mengobrol bersama sambil melingkar di dalam pabrik.
Salah satu yang menarik adalah para buruh ini saling menandatangani seragam satu sama lain. Mereka menjadikan itu sebagai sebuah cenderamata untuk disimpan di kemudian hari. Momen ini diabadikan oleh salah satu buruh Sritex yang sedang berada di sebuah warung makan sederhana yang biasanya mereka kumpul untuk beristirahat makan siang.
Dalam video yang beredar di sosial media, seorang perempuan paruh baya membagikan harunya harus berhenti bekerja dari Sritex. Sambil duduk melingkar bersama karyawan-karyawan lainnya, ia membagikan kisahnya selama bekerja di pabrik tekstil besar ini sembari menahan air matanya. “Orang pengin nangis, tapi keadaannya gini,” kata perempuan itu dengan nada sendu.
Sambil membawa sisa-sisa barang pribadi yang mereka taruh di dalam pabrik, para karyawan saling membagikan pelukan satu sama lain. Kedekatan para karyawan ini juga bukan hanya buruh yang bekerja di dalam pabrik, tetapi terlihat juga dengan satpam yang tidak di dalam pabrik sama sekali.
Kesedihan ini juga menyebar kepada para pedagang yang membuka lapak atau usahanya di sekitar pabrik Sritex. Satu per satu karyawan menghampiri para pedagang yang sering mereka kunjungi dan mereka beli dagangannya. Perpisahan ini dibarengi isak tangis satu sama lain.
Maklum saja, mereka sudah kenal hampir bertahun-tahun. Belum lagi menyebutkan bahwa para buruh dan karyawan ini adalah sumber mata pencaharian para pedagang.
Lebih dari 10 ribu karyawan Sritex sekarang sudah tidak memiliki pekerjaan. Sebagian dari karyawan ini masih menunggu untuk mendapatkan pekerjaan baru menjelang Lebaran tiba.
Septia Ryanthie turut berkontribusi dalam artikel ini.