Sebuah botol plastik tiba-tiba melayang. Muhammad Ubed bermaksud ingin menimpuk pria gemuk berkopiah yang dikawal ketat oleh polisi itu. Sayang, sasarannya ngawur. Botol plastik itu malah mendarat di punggung polisi. Merasa tak puas, ia meneriaki si gendut dengan kata-kata makian. Ubed memang jengkel, duitnya Rp 130 juta yang diinvestasikannya di Qurnia Subur Alam Raya (QSAR), perusahaan milik orang yang ditimpuknya itu, tak ketahuan lagi nasibnya.
Ubed tidaklah sendirian. Ribuan orang berduit kini tengah antre untuk menimpukinya. Sasaran kemarahan mereka awalnya tertuju pada lahan QSAR di Situgunung, Sukabumi, Jawa Barat. Tapi, begitu Ramli Araby, Direktur Utama PT QSAR, digaruk polisi Kamis pekan silam, mereka langsung memindahkan sasarannya. Begitu dipindahkan ke Sukabumi, serta-merta mereka memburu. Kesempatan ini tak disia-siakan. Duit memang tak didapat, tapi paling tidak mereka bisa melampiaskan kemarahannya kepada lelaki gendut itu.
Nasib Ramli Araby memang tengah jungkir balik. Semula dia dianggap sebagai pahlawan yang bisa menyulap sedikit uang menjadi berlipat-lipat. Namun kini tak ubahnya seperti pesakitan. Ia harus bertanggung jawab atas raibnya ratusan miliar rupiah duit milik investor yang diputarnya di perusahaan agrobisnisnya itu. Ancamannya tak main-main, dia dibidik pasal penipuan dan penggelapan duit.
Tapi bukan Ramli namanya kalau tak bisa bersilat lidah. Saat digiring polisi Jumat lalu, sembari memohon maaf kepada para investor, ia berjanji akan mengembalikan fulusnya. Sungguhkah? Mohon maaf, kali ini para investor tak lagi percaya dengan kata-kata peraih doktor honoris causa dari Universitas Johor, Malaysia, dalam bidang agrobisnis itu. Pasalnya, Mei silam, di depan ribuan investor, Ramli sempat bersumpah akan pasang badan jika perusahaannya gulung tikar. Eh, ternyata dia ngibul. Saat para investor panik dan menjarah kebunnya, ia pun langsung kabur.
Lidah Ramli memang sudah kelu. Padahal sebelumnya ia terkenal akan kelihaiannya dalam berkungfu lidah. Keahliannya ini pula yang dilakukannya dalam menyakinkan para investor untuk menanamkan modal di perusahaannya. Bermodal cerita tentang idenya membangun perusahaan ini berdasarkan mimpi yang dialaminya, ia pun membangun perusahaannya. Berbekal sedikit modal, lumayan sukses. Bahkan dia berhasil mengekspor. Tentu saja ini mengejutkan. Apalagi saat itu perekonomian masih digencet krisis yang gawat. Nah, siapa yang tak ngiler?
Sontak popularitas Ramli langsung meroket. Apalagi setelah berhasil membawa beberapa petinggi negara ke kebunnya, para pemodal yang kebanyakan merupakan korban PHK langsung setor duit. Tapi siapa sebenarnya Ramli? Bagaimana dia bisa menjalin lobi dengan para petinggi itu? Nah, ini yang sulit ditelusuri, bahkan dari orang dekatnya sendiri. Hayono Isman, misalnya, petinggi Partai Keadilan dan Persatuan ini, meski mengaku mengenal baik Ramli, soal asal usulnya ia kehabisan kata-kata.
Ramli punya seribu kisah tentang dirinya. Kepada TEMPO yang sempat menemuinya April lalu, ia mengaku dilahirkan dari seorang pemuka masyarakat di Sukabumi yang bernama H. Iyap A. Rosyid. Ayahnya ini memang hebat. Pada 1935, sang ayah memimpin perlawanan terhadap Belanda yang ingin merampas perkebunan rakyat di Sukabumi. "Kebetulan bapak saya memiliki padepokan silat," tuturnya. Sial, Iyap dan pengikutnya ditangkap dan diasingkan ke Aceh. Sedangkan bininya dibuang ke Madura. Baru pada 1958 sejoli ini berkumpul kembali.
Namun di tabloid Alam Raya, media internal perusahaan ini, Ramli mengaku dilahirkan dari seorang wanita Aceh yang dikawin bapaknya yang tengah merantau. Bukan dibuang Belanda seperti yang dikisahkan kepada TEMPO. Jangan gusar dulu. Cerita Ramli tidak cuma itu. Ia juga mengaku dibesarkan di Aceh. Semasa mudanya pernah menjadi pemain kelompok musik Aceh Rock Band yang kesohor di sana. Namun Khairuddin, salah satu anak band tahun 1970-an, mengaku tidak pernah mendengar nama Aceh Rock Band. Apalagi Ramli Araby sebagai pemainnya.
Ramli memang lihai mengarang cerita. Keahliannya ini pula yang membawanya ke puncak kemasyhuran. Dalam sekejap popularitasnya mengalahkan tokoh besar atau pe-jabat di Kecamatan Kadudampit maupun Cisaat, Sukabumi. Para pemilik tanah dan pekerja di sana dengan senang hati bekerja untuknya. Dia pun menjelma menjadi selebriti. Ke mana pun dia pergi, ia selalu dikawal petugas dari kelurahan. Para kepala desa di sana pun ditaklukkan dengan memberikan bonus rutin tiap bulannya, fulus senilai Rp 250 ribu.
Kelebihan lainnya dalam soal agama. Dalam menjangkau calon investornya, ia kerap mengutip ayat-ayat Tuhan. Yohannes Riptohadi, seorang investor, mengaku tergiur oleh bisnis Alam Raya karena penampilan Ramli yang sangat religius. Tak pernah lepas dari pembicaraan tentang Quran dan hadis. "Jadi kita begitu percayanya, karena dia orangnya religius sekali," tutur bekas petinggi di perusahaan farmasi ini.
Namun kini keahliannya hampir tumpas. Orang yang mengajaknya bicara bukan lagi calon investor yang bisa saja dikibuli, melainkan polisi.
Irfan Budiman, Eduardus Karel Dewanto (Tempo News Room)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini