Sederetan pria tersenyum lebar, terabadikan dalam sebuah foto. Di situ mejeng bareng Wakil Presiden Hamzah Haz, Direktur Utama PT Qurnia Subur Alam Raya Ramli Araby, dan Wakil Ketua DPR Tosari Wijaya—ketiganya berpeci dan sama-sama menebar senyum. Di latar belakang, tergantung spanduk bertuliskan "Selamat Datang Bapak Wapres Dr. Hamzah Haz di Alam Raya, Sukabumi".
Foto prestisius itu memberi takrif dan makna jelas: bukti "kedekatan" antara Hamzah dan Ramli. Yang mungkin terasa merepotkan bagi Hamzah, Ramli kini menjadi tersangka utama kasus penipuan dan penggelapan dana ratusan miliar rupiah, uang ribuan investor yang telanjur menanam modal ke perusahaan agrobisnis milik Ramli.
Perusahaan yang punya ratusan hektare kebun di kawasan Sukabumi, Jawa Barat, itu pada mulanya mengkilap. Banyak media yang menulis perihal keajaiban bisnis hasil bumi yang dijalankan PT Qurnia sebagai solusi manis di masa krisis. Bayangkan saja, pihak pengelola bisa menawarkan keuntungan—yang didapat dari bagi hasil—hingga 60 persen kepada investor. Tak mengherankan jika perusahaan yang baru berdiri pada 1997 itu sukses menggelembungkan modalnya, dari Rp 30-an juta hingga Rp 750 miliar—hasil setoran sekitar 6.000 investor.
Mulanya biasa saja. Janji untuk para pemodal tak jadi soal. Tapi bencana datang pada awal tahun ini. Para investor mengaku mulai seret menangguk laba. Mereka lalu diminta mendaftarkan kembali dokumen perjanjian bisnis masing-masing ke kantor pusat di Sukabumi. Tapi teknik ulur waktu dari pihak manajemen tidak berhasil. Laba para investor macet, dan nasib investasi mereka pun gelap. Bahkan Ramli dan beberapa manajer ditangkap polisi. Aset perusahaan dibekukan.
Sudah kacau begini, giliran para penggede yang ikut terkena "pulung". Hamzah Haz diminta ikut bertanggung jawab atas kekacauan usaha PT Qurnia. "Karena nama baik dan kredibilitas mereka digunakan oleh perusahaan ini," kata Adnan Buyung Nasution, pengacara para investor PT Qurnia. Buyung juga menyebut nama beberapa petinggi negeri ini sebagai orang yang seharusnya turut memperhatikan penyelesaian kasus Ramli dan perusahaan miliknya.
Mencari cantolan orang penting tampaknya menjadi salah satu jurus pamungkas Ramli untuk mendapat lebih banyak investor. Untuk bisa dekat dengan para penggede, laki-laki berusia 44 tahun itu tidak segan mencari jalan agar bisa bertemu langsung dengan orang penting itu. Ternyata Ramli bisa "dekat" dengan mereka. Bahkan, saat ia kena "bencana", Hamzah malah berkoar-koar membela, seusai salat Jumat belum lama ini. "Jangan asal menghujat, ingat dulu jasa-jasa perusahaan ini," katanya di depan jemaah.
Ada cerita tentang kunjungan Ramli ke rumah seorang pejabat tinggi di masa Orde Baru. Ketika itu, Ramli menawarkan sebuah keris kepada orang itu sembari menyatakan bahwa keris itu sebenarnya sudah ingin diberikan ketika dia masih menjadi pejabat tinggi negara. Tawaran keris itu ditolak. Tapi tujuan sebenarnya Ramli sowan ke rumah di Jalan Purwakarta, kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu adalah untuk menarik hati sang mantan pejabat dan para purnawirawan TNI lainnya. Misinya, agar mereka menanam duitnya di PT Qurnia.
Sang mantan pejabat kebetulan belum tertarik investasi. Tapi Ramli bukannya tidak mendapat apa pun dari kunjungannya ke Jalan Purwakarta. Saat itu ia membawa seorang juru potret. Nah, gambar Ramli dan sang mantan pejabat yang sedang berbincang dengan serius itu sempat diabadikan. Foto itu termasuk yang dipajang untuk menarik kepercayaan investor lainnya. "Habis, siapa yang tak yakin, semua penggede pernah singgah dan memuji bisnis ini," kata seorang pemegang saham.
Ketua DPR Akbar Tandjung termasuk salah seorang yang memuji. Ia mengaku pernah bertemu dengan Ramli. Bahkan Nina Akbar Tandjung, sang istri, bersama sejumlah ibu-ibu istri anggota DPR, sempat berkunjung ke lokasi pertanian. "Karena dulu perusahaan ini kan menjadi kebanggaan orang," kata Akbar. Bos Partai Golkar yang tengah empot-empotan menunggu vonis hakim PN Jakarta Pusat dalam kasus Bulog II ini bilang terus terang bahwa tak ada uangnya yang tertanam di sana.
Cara pendekatan personal seperti itulah yang dipakai Ramli untuk menaklukkan hati para pejabat lainnya. Ketua MPR Amien Rais mengaku pernah berkunjung ke Sukabumi dan disuguhi roti dan kopi. Sedangkan Megawati Sukarnoputri, ketika masih menjabat wakil presiden, menyempatkan diri mampir ke tempat pameran PT Qurnia. Ia asyik mendengarkan penjelasan Ramli tentang usaha agroindustri itu.
Dus, jangan heran jika Ramli jadi buah bibir sampai ke Istana. Jangan pula terkaget-kaget bila Wakil Presiden Hamzah Haz bersedia mengunjungi lokasi pertanian PT Qurnia di Kadudampit, Situgunung, Cisaat, Sukabumi, 30 Januari lalu. Walaupun saat itu hujan besar dan bencana banjir melanda Jakarta, Ketua Umum PPP itu berkendaraan mobil menuju Sukabumi. Wakil Ketua DPR Tosari Wijaya, yang mengaku ikut invest, ikut mendampingi dalam kunjungan itu.
Pejabat lokal apalagi. Wakil Gubernur Jawa Barat, Soedarna T.M., mampir pula di sini mengikuti langkah para bos besar. Tetamu yang terhormat itu menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara PT Qurnia dan beberapa lembaga seperti Bank Syariah Mandiri, Pondok Pesantren Asyafiiyah, petani dan peternak plasma PT Indonesia Agra Prima. Hamzah juga meresmikan peluncuran produk ekspor beberapa komoditi agrobisnis. Tak lupa, saat itu Hamzah memuji PT Qurnia sebagai sektor riil yang harus dikembangkan.
Bekas Menteri Pemuda dan Olahraga Hayono Isman juga kepincut. Menurut Ketua Umum Kosgoro yang juga pernah berkunjung ke kawasan pertanian itu, dia sangat tertarik untuk membuat nota kesepahaman dengan perusahaan Ramli. Intinya, Kosgoro akan menyediakan lahan telantar di daerah-daerah, dan PT QSAR menyiapkan bibit, teknologi, dan pemasaran untuk kerja sama itu. "Meski sekarang PT QSAR kena masalah, saya berharap kerja sama ini bisa berlanjut," kata Hayono. Banyak anggota Kosgoro yang sudah menjadi investor.
Cara Ramli menggaet pejabat bukanlah tindakan salah. Ini sebuah trik bisnis yang biasa dipakai banyak pengusaha untuk pelbagai tujuan. Bisa untuk mendongkrak popularitas, mencari "pengamanan", atau bisa pula sebagai cara pintas untuk meyakinkan calon investor. Cuma, sayangnya, kedekatan ini, yang biasanya ditandai dengan foto mejeng bareng atau sekadar bersalaman, ternyata disalahgunakan.
Bina Bektiati, Tjandra Dewi Harjanti, Faisal, Dede Ariwibowo (Tempo News Room)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini