TIDAK ada tumpukan uang yang dijajakan di pasar modal. Yang ada hanya pedagang perantara atau pialang. Merekalah yang membujuk masyarakat menukarkan uangnya dengan lembaran kertas yang kemudian disebut surat berharga. Surat berharga itu punya kaitan erat dengan perusahaan yang memasyarakatkan kepemilikannya. Perusahaan yang menjual sahamnya, go public, berarti telanjang di muka masyarakat: pemegang saham kan boleh tahu, dan hasil penjualan, biaya yang dikeluarkan, untung, sampai berapa membayar pajaknya. Sehat dan tidak, untung dan rugi, mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan di bursa saham. Selebihnya berlaku hukum pasar biasa: harga tergantung permintaan. Begitu terjun ke pasar modal, saham sebuah perusahaan dipengaruhi tingkah laku penjual dan pembeli, diperbandingkan dengan alat-alat investasi seperti emas dan uang, dihadapkan dengan perhitungan-perhitungan ekonomi dan politik. Menerka-nerka pasang surut harga, menimbulkan spekuiasi, terkadang menjurus ke judi. Pasar modal pun hiruk-pikuk. Bila tangan-tangan terjulur bagai tanduk banteng, memperebutkan sejumlah saham pada tingkat harga tertentu, maka orang Amerika menyebutnya bull market atau "pasar banteng". Suatu ketika, oleh satu dan lain sebab, orang ramai-ramai melepaskan sahamnya. Terjadi hiruk-pikuk jenis lain yang disebut bear marke atau "pasar beruang". New York Stock Exchange (NYSE). Ini pasar modal terbesar di dunia. Tetapi bukan yang pertama di Amerika. Lebih muda setahun dari pasar modal di Philadelphia yang lahir pada 1791. NYSE dilahirkan oleh 7 perusahaan pialang dan 13 pribadi. Mereka berunding di bawah sebatang pohon di Wall Street No. 68 bersepakat untuk berdagang saham, dan sah menerima komisi dari jual-beli itu. Tidak ada surat-surat yang ditandatangani: cukup saling menjabat tangan dan masing-masing menyetorkan 25 dolar. Nama Wall Street untuk pasar modal New York itu dipakai lama kemudian, mulai 1863, dan tetap demikian kendati lokasinya kini di Broad Street No. 20. Securities and Exchange Commision Didirikan oleh swasta, tidak berarti NYSE bebas mutlak dari aturan negara, dan dengan demikian berbeda dengan Pasar Modal London -- yang lebih merupakan sebuah klub dengan aturan mereka sendiri. Dulu-dulunya sebenarnya merupakan pasar bebas. Tapi kesemrawutan, yang mengakibatkan crash 1929 sampai Wall Street dihantam kelesuan total, pemerintah merasa perlu campur tangan. Lalu lahirlah undang-undang yang mengatur jual beli surat-surat berharga, Securities Exchanges Act, 1934. Tahun itu juga dibentuk Securities Exchange Commission (SEC) untuk mengawasi pelaksanaan undang-undangnya. Bursa Konon, pasar modal sudah ada pada awal tarikh Masehi, di sekitar Laut Tengah. VOC, yang di sini lazim disebut Kompeni, sudah menjual saham di Bursa Modal Amsterdam pada awal 1600-an. Istilah bursa, berse, muncul di Belgia pada abad XII. Memungut nama dari keluarga Van der Beurse, di Kota Bruges, yang menyediakan halaman rumahnya untuk pertemuan antara penjual dan pembeli. Dow Jones Nama ini yang paling banyak disebut dalam soal pasar modal di Amerika. Dow Jones & Co., penerbit, setiap jam menghitung dan menerbitkan angka rata-rata harga dari beberapa perusahaan pilihan. Penerbit koran Wall Street Journal ini juga menerbitkan empat jenis indeks saham NYSE. Indeks itu terdiri dari kumpulan harga saham rata-rata 30 perusahaan industri, 20 perusahaan angkutan, 15 perusahaan jasa perumahan (air, listrik, dan gas), dan kumpulan harga saham rata-rata dari 65 perusahaan tadi. Dow Jones menerbitkannya secara lengkap padi setiap edisi Wall Street Jornal. Pasar Modal Jakarta Di situ beredar saham perusahaan bermerk asing. Goodyear, misalnya. Tapi jangan salah sangka, memiliki saham perusahaan itu bukan berarti boleh berharap dividen dari perusahaan induknya di Amerika -- tak ada kaitannya sama sekali. Di sini tidak ada "pasar banteng" atau "pasar beruang". Kurang seru. Juga tidak ada orang asing yang ikut bermain di situ. Tetapi, sebuah undang-undang tentang pasar modal sedang disusun, agar bursa itu hiruk-pikuk. Investor asing nantinya boleh terjun. Juga tidak akan dikendalikan lagi oleh PT Danareksa. "Pokoknya, kita akan menuju ke pasar modal ala Wall Street," kata sebuah sumber TEMPO. Komputer Seorang Yahudi Belanda yang hidup di abad ke-17, konon, mengatakan bahwa ia akan mendapat keuntungan yang besar andai kata lima jam lebih dulu tahu dari orang lain tentang wafatnya Raja Spanyol. Dari dulu sampai sekarang, kegiatan di pasar modal memang mengandung spekulasi, bahkan judi. Harga sangat dipengaruhi keadaan ekonomi, politik, atau informasi, maupun desas-desus tentang itu. Kini komputer mengolah informasi. Yang menarik, dalam jatuhnya harga saham pekan lalu, penggunaan komputer disebut sebagai salah satu sebab. Maksud penggunaan program tertentu yang kini banyak dipakai para pemilik saham di komputer pribadi mereka. Dengan program itu dapat diperoleh informasi secara serentak tentang indeks terakhir harga komoditi dalam fuure trading, nilai option (surat yang memberi hak pemegangnya untuk membeli sahm pada waktu dan harga tertentu), serta surat berharga lainnya. Dengan program itu pula, jual-beli saham bisa dilakukan dengan langsung dan cepat, misalnya bila tampak perbandingan indeks harga-harga membuka kemungkinan untuk untung dalam waktu singkat. Keterampilan itu kini sudah dikuasai siapa yang punya program. Dan, ketika setiap orang mencoba mengadakan transaksi di detik-detik terakhir secara serentak, yang terasa sedang terjadi adalah kekalangkabutan. Max Wangkar, Yopie Hidayat (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini