Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan salah satu situasi yang perlu diwaspadai pada tahun ini adalah kondisi geopolitik di Eropa. Pasalnya, saat ini konflik Ukraina dan Rusia masih memanas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena yang terjadi seperti Rusia dengan Eropa, Nato, dan Amerika di Ukraina mempengaruhi dampaknya langsung ke komoditas energi, gas maupun minyak," ujar dia dalam rapat bersama Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 27 Januari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belum lagi dengan hubungan antara Amerika Serikat dan Cina yang berpotensi menimbulkan berbagai tensi. "Ini akan menjadi lingkungan yang akan kita kelola di tahun 2022."
Sri Mulyani melihat dampak dari persoalan geopolitik itu bisa menimbulkan komplikasi bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan.
"KSSK yang harus mengawal stabilitas sistem keuangan harus memiliki kewaspadaan tinggi," kata Sri Mulyani. "Karena dinamika global spill over-nya selalu melalui sektor keuangan."
Imbas yang ia maksud misalnya volatilitas di suku bunga, nilai tukar, hingga volatilitas indeks dan arus modal yang berimbas langsung ke sektor keuangan.
Di samping perkara geopolitik, Sri Mulyani mengatakan tantangan yang lain adalah masih terkait pandemi Covid-19. Ia menyebut transisi dari pandemi ke endemi masih belum pasti dan perlu direkalibrasi.
Di samping itu, ia juga mengantisipasi kebijakan tappering di Amerika Serikat. Terlebih setelah Gubernur The Fed Jerome Powell yang mengatakan bakal menaikkan suku bunga pada Maret dan akan terus menahan likuiditas.
Begitu pula dengan situasi di Eropa. Ia mengatakan inflasi negara-negara Eropa sudah mencapai sekitar 5 persen.
"Tapi secara implisit meyakini inflasi ini sementara karena Eropa sebenarnya dari sisi output gap belum mengalami kenaikan di mana terjadi shortage of supply," tuturnya.
Sri Mulyani juga melihat langkah Cina yang akan mengombinasikan antara kebijakan hijau dan kemampuan mengantisipasi isu struktural di sana yang berpotensi memiliki dampak ke seluruh dunia.
"Secara umum, kita harus waspadai disrupsi dari sisi suplai. Kalau kita melihat berita kemarin AS suplai dari chipnya hanya tinggal 5 hari, biasanya mereka stok satu bulan. Jadi disrupsi pasokan terus akan meningkat," tutur dia.
CAESAR AKBAR
BACA: Cara Sri Mulyani Agar Dampak Omicron Tak Bebani Ekonomi Kuartal I 2022
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.