Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Koran Malaysia Yang Terbesar

Persaingan antara sesama koran berbahasa Inggris di Malaysia terasa ketat. Koran New Straits Times tampak masih lebih unggul. Tapi koran berbahasa Malaysia diduga akan menang.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PILIH koran berbahasa Inggris, Enchik? New Straits Times dan The Star, dua korari utama yang terbit di Kualalumpur, hari-hari ini semakin keta bersaing. Keduanya antara lain berlomba menyajikan berita maupun karangan feature tambahan yang dianggap menarik. Dengan semangat bersaing itu, Noordin Sopiee, editor kelompok New Straits Times Press (Malaysia) Berhad berupaya menampilkan New Strait Times (NST) lebih "cemerlang dan ceria". Disingkirkannya segala artikel yang dianggap menemukan dan membosankan pembaca. Dan mulai disajikannya tulisan investigasi mengenai praktek sejumlah dokter serta tempat rehabilitasi para pecandu narkotika secara terperinci. Di halaman koran tersebut juga bisa dijumpai feature baru tentang orang-orang yang melawan korupsi, serta para eksekutif penting yang pensiun. Hampir tak kelihatan tulisannya yang bersifat sanjungan untuk kaum pengusaha maupun pejabat resmi. Angka penjualannya menanjak sejak April. Pihak manajemen menginginkan oplah harian koran itu bertambah lagi 48 ribu dari kini 192 ribu. Mungkin bisa dikejarnya oplah edisi Minggunya yang kini mencapai 240 ribu. Sukses serupa diharapkannya juga akan terjadi pada Malay Mail, koran sore terbitan kelompok itu, yang kini beroplah 56 ribu. Corong Pemerintah Tapi mengubah politik redaksi NST tanpa menggusarkan pemerintah Malaysia tidaklah mudah. Kenapa? Kualalumpur selama ini tidak dikenal toleran terhadap kritik. Lagipula United Malas National Organization (UMNO), partai yang kini berkuasa di Malaysia, mengontrol penerbitan tadi secara tak langsung. Fleet Holding Sendirian Berhad, perusahaan swasta yang dibentuk 1972 oleh Tan Sri Kamarul Arifin, penasihat hukum UMNO, menguasai separuh saham NST. Arifin kini memimpin Bank Bumiputra yang dikendalikan pemerintah. Sekitar 95% dari kekayaan Fleet tadi dipegang oleh akuntan Junus Sudin, yang kini menjabat managing director kelompok penerbitan itu. Sedang akuntan Datuk Azman Hashim, pimpinan Bank Kwong Yik, menguasai sisa saham (5%). Kedua akuntan itulah, menurut sumber keuangan, yang sesungguhnya berperanan sebagai wakil UMNO. Karena menguasai separuh saham, Fleet Holding, yang juga berusaha di bidang perbankan, sangat berpengaruh di kelompok penerbitan tersebut. Pengaruh Straits Times Group (Singapura), yang menguasai 30% saham NST, tentu saja, dianggap hampir tidak ada. Namun "kami tidak pernah berpikir sekali pun untuk jadi corong pemerintah belaka," ujar Editor Sopiee seperti dikutip koran Asian Wall Street Journal (Hongkong). Bagaimana The Star? Koran ini menyediakan ruangan bagi berita pemborosan dan ketidak efisienan aparat pemerintah, sambil ia menerapkan pendekatan yang pro-konsumen. "Nada kami gaya kami, maupun perusahaan kami sangatlah berbeda," ungkap H'ng Hung Yong, managing director surat kabar itu. Sementara iru, Gobind Rudra, group executive editor, berjanji koran itu "akan menyajikan yang terbaik ketimbang yang pernah dikerjakan selama empat tahun terakhir." Belum lama ini, misalnya, The Star mengkritik pemerintah yang mengubah secara kontroversial Societies Act. Ia juga mengecam pemerintah yang memboros membangun suatu tempat upacara (menelan M$ 4,4 juta, Rp 1,1 milyar), di perbatasan Kualalumpur dan negara bagian Selangor. Untuk meningkatkan daya saing, ia juga menyajikan kolom yang ditulis bekas PM Tunku Abdul Rachman dan bekas tokoh oposisi dr. Tan Chee Koon sekali seminggu. Perang antara NST dan The Star dimulai empat tahun lalu. Ketika itu Huaren Holding Sendirian serhad, perusahaan milik Malaysian Chinese Association (MCA) -- partai politik Cina terkemuka -- membeli 67,4% saham The Star. Oplah koran yang cenderung merosot itu berhasil didongkrak menjadi 56 ribu (untuk harian) dan 71 ribu (edisi Minggu). Tahun lalu, koran tabloid yang menyebut dirinya "koran rakyat" itu memperoleh keuntungan M$ 1 juta (Rp 270 juta). Sedang The New Straits Times Group, untung bersih M$ 26 juta (Rp 7,02 milyar) -- termasuk laba yang diperoleh dari usaha pergudangan dan distribusi. Selain di Kualalumpur, kelompok NST juga punya percetakan di Penang dan Johor. Keuntungan besar tadi bisa ditangguk kedua koran itu berkat kompetisi sehat tanpa ada pembatasan halaman dan iklan. Tampaknya NST yang sudah berusia 138 tahun, jelas akan tetap unggul. Iklan dari berbagai instansi pemerintah, secara tetap terpasang di media tadi. Dan dalam persaingan sengit itu, National Ecbo, yang makin merosot oplahnya, akan semakin tercecer. Dalam jangka panjang, pertarungan ini justru akan dimenangkan oleh Utusan Malaysia dan Berita Harian, dua koran utama berbahasa Malaysia. Maklum bahasa Malaysia jadi bahasa pengantar (utama) di lembaga pendidikan dan pemerintahan, menggantikan bahasa Inggris. Wartawan TEMPO Ilham Ahmad di Kualalumpur melaporkan bahwa golongan non-bumiputra (Cina dan India) kini cenderung pula menyukai koran berbahasa Malaysia. "Saya yakin, dalam beberapa tahun mendatang, Utusan Malaysia akan menjadi koran terbesar di negeri ini," kata Mazlan Noordin, pemimpin redaksinya. Oplah edisi harian Utusan Malaysia kini mendekati 200 ribu, sedang edisi Minggunya lebih 300 ribu. Sementara 13erita Harian, yang diterbitkan kelompok NST, edisi hariannya beroplah 125 ribu dan edisi Minggunya 200 ribu. Kelompok Utusan Malaysia juga menerbitkan Utusan Melayu, bertulisan Jawi (Arab), yang beroplah 42 ribu. Di kelompok ini, Fleet Holding juga pemegang saham terbesar. Dibanding dengan koran berbahasa Inggris maupun Cina (ada delapan buah), demikian para eksekutif penerbitan, koran berbahasa Malaysia punya potensi bertumbuh pesat. Tahun 1990, menurut ramalan Sopiee, Berita Harian akan menjadi pembawa bendera New Straits Times Press Berhad. Jika demikian halnya, tak akan hilang Melayu di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus