Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Krisis Ekonomi Sapu Asia di 1997, Apa yang Terjadi?

Di dalam buku ini dijelaskan krisis ekonomi Asia 1997 adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand.

15 Agustus 2022 | 20.10 WIB

Ilustrasi bursa efek Amerika dan nilai mata uang dollar Amerika. Getty Images
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi bursa efek Amerika dan nilai mata uang dollar Amerika. Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Hari ini 15 Agustus 1997, krisis ekonomi (finansial) Asia menyapu belasan negara du Asia Timur.

Buku The Asian Financial Crisis: Origins, Implications and Solutions, Springer, Karya Kaufman, GG., Krueger, TH., Hunter, WC, membedah krisis ekonomi tersebut.

Di dalam buku ini dijelaskan krisis ekonomi Asia adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand, dan memengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia, sebagai Macan Asia Timur.

Negara yang paling parah terkena dampak krisis ini diantaranya Indonesia, Korea Selatan dan Thailand. Sementara Hong Kong, Malaysia dan Filipina juga terpengaruh.

Pada Oktober 1997, dolar Hong Kong, yang dipatok 7,8 ke dolar Amerika Serikat, memperoleh tekanan spekulatif karena inflasi Hong Kong lebih tinggi dibanding AS selama bertahun-tahun.

Pejabat keuangan menghabiskan lebih dari US$1 miliar sebagai upaya mempertahankan mata uang lokal.

Walaupun telah terjadi serangan spekulasi, Hong Kong masih dapat mengatur mata uangnya dipatok ke dolar AS. Pasar saham menjadi tak stabil, selama 20 sampai 23 Oktober, Index Hang Seng terjun menyelam 23%.

Otoritas Moneter Hong Kong berjanji melindungi mata uang. Pada 15 Agustus 1997, suku bunga Hong Kong naik dari 8 persen ke 23 persen dalam satu malam sajs.

Krisis Asia berpengaruh ke mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa negara yang terpengaruh banyak oleh krisis ini.

Krisis ekonomi ini juga menuju ke kekacauan politik, paling tidak tercatat dengan mundurnya Presiden Soeharto di Indonesia dan PM Chavalit Yongchaiyudh di Thailand.

Memang benar ada peningkatan anti-Barat, dengan George Soros dan IMF khususnya, dicap sebagai kambing hitam.

Krisis finansial Asia menyebabkan kemunduran terhadap ide beberapa "Asian value", adalah Asia Timur memiliki struktur ekonomi dan politik yang superior dibanding Barat. Di sisi lain krisis ekonomi Asia juga meningkatkan prestise ekonomi RRC.

Krisis ekonomi Asia menyumbang ke krisis Rusia dan Brasil pada 1998.

Dikutip dri jurnal The Lasting Impact of the Asian Financial Crisis. Center for Economic and Policy Research, krisis ini telah dianalisa oleh para pakar ekonomi karena perkembangannya, kecepatan, dan dinamismenya.

Krisis ekonomi yang mempengaruhi belasan negara ini memiliki efek ke kehidupan berjuta-juta orang dan  terjadi dalam waktu beberapa bulan saja.

Mungkin para pakar ekonomi bertambah tertarik lagi dengan betapa cepatnya krisis ini berakhir.  Meninggalkan ekonomi negara menjadi bertambah sempurna tak berpengaruh. Keingintahuan ini telah menimbulkan ledakan di pelajaran tentang ekonomi finansial dan "litani" penjelasan mengapa krisis ini terjadi. Beberapa kritik menyalahkan tingkah laku yang dibuat IMF dalam krisis, termasuk oleh pakar ekonomi Bank Dunia Joseph Stiglitz.

International Monetary Fund (IMF) adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk membuat dan menjaga sistem moneter internasional.

Ketika terjadi Krisis Moneter Asia 1997, IMF mengeluarkan beberapa paket bailout (dana talangan) untuk negara-negara yang paling parah terkena dampaknya.

Misalnya dana talangan sekitar 20 miliar dollar AS ke Thailand, 40 miliar dollar AS ke Indonesia, dan 59 miliar dollar AS ke Korea Selatan, agar negara tidak bangkrut.

Negara-negara yang menerima paket juga diminta untuk mengurangi pengeluaran pemerintahan, membiarkan lembaga keuangan yang bangkrut tutup, dan menaikkan suku bunga.

Antara 1998-1999, terjadi pemulihan dari krisis ekonomi yang berlangsung sangat cepat dan kekhawatiran dunia pun mereda.

IDRIS BOUFAKAR

Baca juga: Bahlil: Yang Menyelamatkan Ekonomi saat Krisis Bukan Pengusaha Besar, tapi UMKM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus