Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah hingga 20 Agustus 2024 tercatat menguat menjadi Rp 15.430 per dolar AS atau menguat 5,34 persen dibandingkan posisi akhir Juli 2024. Saat penutupan perdagangan Jumat kemarin, rupiah menguat 108 poin atau 0,69 persen menjadi Rp 15.492 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juli Budi Winantya menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh bauran kebijakan moneter bank sentral, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan masih akan cenderung menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen kebijakan Bank Indonesia,” kata Juli dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 26 Agustus 2024.
Juli mengatakan, penguatan ini lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti baht Thailand, yen Jepang, peso Filipina, dan won Korea, yang hanya sebesar 4,22 persen, 3,25 persen, 3,20 persen, dan 3,04 persen. Dengan perkembangan itu, Juli mengatakan apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, tingkat depresiasi rupiah lebih kecil dari depresiasi rupee India, peso Filipina, dan won Korea.
“Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter propasar melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI,” kata Juli.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyebutkan penguatan rupiah saat ini lebih didorong dan dipengaruhi oleh fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat daripada faktor politik.
"Yang pertama bahwa in relatif faktor-faktor fundamental ekonominya menjadi lebih kuat. Yang kedua, kita belajar banyak di dalam dua dekade ini bagaimana perkembangan politik itu pada akhirnya lebih sedikit pengaruhnya ketimbang faktor ekonomi dan itu yang dibaca market," ujarnya di Bali, Sabtu, 24 Agustus 2024, seperti dikutip dari Antara.
Erwin menjelaskan, investor asing di sektor riil yakin dan kembali lagi masuk ke pasar keuangan domestik setelah faktor-faktor ketidakstabilan global mereda. Selain ke sektor riil, penanam modal juga investasi di portofolio karena optimisime akan pertumbuhan ekonomi Indonesia.