Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Laju Indeks Diperkirakan Positif

JAKARTA - Data positif dari perekonomian dalam negeri serta kembalinya investor asing di bursa Jakarta diperkirakan masih menjadi sentimen penggerak indeks. Analis dari PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan laju indeks mungkin masih akan mendapat kabar positif, terutama dari kondisi makroekonomi internal yang membaik. "Rilis positif data pertumbuhan PDB dan cadangan devisa yang mengalami kenaikan akan menjadi sentimen utama pekan ini."

Sebelumnya, berdasarkan data, neraca perdagangan mengalami surplus hingga akhir Desember 2013, meski jika dihitung total sepanjang 2013 masih tercatat defisit. Investor asing pun tampak mulai kembali mendekati pasar saham domestik, di mana sepanjang pekan lalu mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 268,45. "Secara kumulatif, sampai akhir pekan lalu asing tercatat sudah membukukan pembelian bersih Rp 2,6 triliun," kata Reza.

10 Februari 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Data positif dari perekonomian dalam negeri serta kembalinya investor asing di bursa Jakarta diperkirakan masih menjadi sentimen penggerak indeks. Analis dari PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan laju indeks mungkin masih akan mendapat kabar positif, terutama dari kondisi makroekonomi internal yang membaik. "Rilis positif data pertumbuhan PDB dan cadangan devisa yang mengalami kenaikan akan menjadi sentimen utama pekan ini."

Sebelumnya, berdasarkan data, neraca perdagangan mengalami surplus hingga akhir Desember 2013, meski jika dihitung total sepanjang 2013 masih tercatat defisit. Investor asing pun tampak mulai kembali mendekati pasar saham domestik, di mana sepanjang pekan lalu mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 268,45. "Secara kumulatif, sampai akhir pekan lalu asing tercatat sudah membukukan pembelian bersih Rp 2,6 triliun," kata Reza.

Sepanjang pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia menguat 47,91 poin (1,08 persen). Imbas menghijaunya laju bursa saham Amerika selepas dirilisnya penurunan initial jobless claim membuat laju bursa saham Asia berbalik menghijau.

Pelaku pasar masih menyimpan optimisme terhadap peningkatan kinerja emiten dalam beberapa tahun terakhir, meski kondisi ekonomi belum sepenuhnya stabil. Sementara itu, positifnya laju bursa saham Cina pada hari pertama perdagangan setelah libur panjang tahun baru Imlek, yang ditopang saham-saham teknologi, turut menambah sentimen positif.

Pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan akan berada pada level 4.431-4.456 hingga 4.472-4.483. Indikator teknis menunjukkan indeks masih berpeluang melanjutkan kenaikan. Akan tetapi, IHSG bisa berbalik arah apabila tidak diiringi oleh penguatan bursa saham global dan tidak terjadi aksi ambil untung. "Beberapa saham yang dapat diperhatikan antara lain Astra Agro Lestari, Semen Indonesia, Telkom, Kalbe Farma, Bank BCA, Astra Internasional, Holcim, dan London Sumatera," ujar Reza. PDAT | M. AZHAR

Tren Pelemahan Dolar Berlanjut

JAKARTA - Ekspektasi negatif data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menjadi katalis utama yang menekan pergerakan dolar. Melemahnya data tenaga kerja memunculkan kekhawatiran terhadap melambatnya kinerja perekonomian AS. Akibatnya, kepercayaan investor global terhadap mata uang dolar akan berkurang.

Seperti diketahui, setelah data manufaktur Januari diketahui melemah ke level 51,3, data pesanan barang (factory orders) AS juga dilaporkan turun ke level minus 5 persen. Buruknya data tersebut dilengkapi dengan defisit neraca perdagangan Desember yang naik menjadi US$ 38,7 miliar, ditambah rilis data tenaga kerja baru (non-farm payrolls) yang hanya tumbuh sebesar 113 ribu.

Ekonom PT Bank International Indonesia, Juniman, mengatakan, selain didukung oleh surplus neraca perdagangan dalam negeri, laju penguatan rupiah dipengaruhi oleh tren pelemahan dolar. Kinerja perekonomian AS yang dinilai belum menunjukkan perbaikan signifikan membuat investor global tetap mempertahankan investasi di pasar negara berkembang. "Dolar akan kembali tertekan," ujar dia.

Meskipun demikian, akibat spekulasi dilanjutkannya kebijakan pengurangan paket stimulus moneter (tapering off), tren pelemahan dolar diperkirakan tak bertahan lama. Pernyataan petinggi bank sentral AS (The Fed), Richard Fisher, bahwa The Fed masih dalam jalur yang benar untuk mengurangi jumlah pembelian obligasi, berpeluang mengangkat nilai dolar kembali ke level semula.

Tingginya ekspektasi dipertahankannya tingkat suku bunga acuan (BI Rate) pada pekan ini diharapkan dapat menambah sentimen positif yang mendorong laju rupiah. Pada awal pekan, rupiah pun diprediksi kembali bergerak dalam kisaran level 12.150-12.200 per dolar AS. "Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia diperkirakan akan tetap menahan angka BI Rate," ujar Juniman. PDAT | MEGEL JEKSON

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus