TAHUN 1977, dinas intelijen AS -- CIA --mengumumkan laporannya
tentang situasi energi di Uni Soviet. Diramalkannya bahwa Uni
Soviet akan mengimpor minyak pada tahun 1980-an. Apa ya? Karena
negeri itu dikenal sebagai produsen minyak terbesar di dunia,
tadinya terdapat kontroversi dari laporan CIA itu. Kini ternyata
itu ada benarnya.
Hampir bersamaan waktunya para pemimpin negara industri
kapitalis bertemu di Tokyo akhir Juni untuk mengupas masalah
energi, para pemimpin 10 negara komunis menyinggung hal sama di
Moskow. Sidang Comecon, suatu dewan untuk saling membantu bidang
ekonomi dalam blok Timur, diberitahu bahwa produksi minyak Uni
Soviet dalam dua tahun terakhir ini tidak mencapai target.
Ada kenaikan produksinya, tapi tingkat kenaikannya makin kecil.
Tahun 1978, misalnya, Uni Soviet mengumumkan produksinya
mencapai 11,43 juta barrel/hari, atau sekitar 510.000
barrel/hari di atas tahun 1977. Kenaikannya tahun ini ditaksir
hanya 430.000 barrel/hari.
Apakah produksinya mendekati puncak, dan akan segera menurun?
Para ahli dari luar blok Soviet tidak kurang tertarik untuk
mencari jawabannya.
Dalam konperensi energi di Bali 2-4 Juli lalu, misalnya, Walter
McDonald dari Amerika mengemukakan banyak petunjuk dalam
penerbitan Soviet tentang ladang minyak Samatlor di Siberia
Barat akan mencapai puncak produksinya dalam tahun 1980 yang
kemudian diduga menurun. Samatlor yang menyumbang 25% dari
seluruh produksi Uni Soviet sedang sulit mencapai target. Usaha
menemukan ladang lainnya di Siberia Barat belum berhasil,
demikian McDonald.
Uni Soviet, di samping mengekspor minyak terutama ke sesama
negara anggota Comecon, juga pernah mengimpor dari Iran di zaman
Shah. Impornya terhenti di zaman Khomeini sekarang.
Dengan proyeksi produksinya sekarang, ekspornya diduga akan
menurun. Tapi PM Alexei Kosygin berjanji pada para delegasi
Comecon bahwa Uni Soviet akan tetap mensuplai negeri mereka
dengan minyak. Ada ramalan bahwa sumbangan Soviet ke Eropa Timur
akan turun ke 60% pada tahun depan, dibanding 80% sekarang ini.
Sementara itu Bulgaria sudah mulai mencatu bahan bakar minyak
(BBM) untuk perusahaan negara. Hungaria pun sudah membuat
rencana supaya menghemat BBM bagi industrinya. Polandia sudah
menghimbau supaya mengurangi pemakaian BBM. Cekoslovakia malah
mulai memikirkan kemungkinan sampah dijadikan BBM guna mengatasi
kekurangan suplainya.
Harga BBM untuk industri di Jerman Timur sudah dinaikkan 30%.
Rumania yang memproduksi minyak berusaha mencari suplai baru
dari negeri lain. Mungkinkah sebagian suplai OPEC mengalir ke
Comecon?
Negara-negara Comecon tampaknya terpaksa membeli dari OPEC.
Soalnya ialah harga OPEC jauh lebih tinggi daripada harga
Soviet. Dan ini menerbitkan bayang-bayang menakutkan untuk tahun
1980 bila negara-negara Barat akan bentrok dengan blok Komunis
dalam suatu perang rebutan minyak di Timur Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini