TAHUKAH Anda, bagaimana membangun bank terpercaya? Jawabannya ada pada Mohammad (Bob) Hasan. Paling tidak, demikianlah ketika Bank Umum Nasional (BUN) pasang iklan di harian Kompas 2 Mei lalu, dengan menampilkan Bob Hasan duduk di belakang meja besar dan di sampingnya berdiri Presiden Direktur BUN Kaharudin Ongko. Harap maklum, Bob Hasan memang sudah masuk ke BUN, memboyong dana 50% dari modal disetor bank tersebut yang kini menjadi Rp 125 milyar dari sebelumnya Rp 25 milyar. Pokoknya, pada 25 April lalu, Bank Indonesia sudah memberikan persetujuan bahwa dalam kepengurusan BUN yang baru, Bob Hasan menjabat sebagai presiden komisaris. Berapa persisnya dana segar yang disuntikkan ke BUN, Bob Hasan enggan menyebutkannya. Ini merupakan proses pengalihan (jual beli) saham biasa. "Mereka jual saham, saya membelinya. Normal saja," kata Bob Hasan kepada harian Bisnis Indonesia. Dan dari pihak BUN sendiri diperoleh keterangan, upayanya merangkul pengusaha kayu yang tersohor itu bukan karena BUN goyah. Tak lebih karena supaya bank yang berdiri September 1952 itu -- dan sekarang memiliki 73 cabang di 21 kota -- bisa berkembang lebih pesat. Dalam persaingan bank swasta nasional, BUN (dengan total aktiva per Desember 1989 sebesar Rp 1,779 trilyun) menempati urutan kelima, setelah BCA (Rp 4,225 trilyun), Bank Duta (Rp 1,999 trilyun), Bank Niaga (Rp 1,936 trilyun), dan Lippobank (Rp 1,859 trilyun). Tentu saja, ini merupakan penurunan dua tingkat ketimbang tahun sebelumnya. "Soalnya, karena bank-bank lainnya berlari lebih cepat," kata seorang staf direksi BUN. Supaya sanggup mengejar para pesaingnya, terutama untuk merebut potensi pasar, BUN memutuskan mencari mitra usaha yang tangguh. "Dan Bob Hasan adalah pilihan tepat," kata staf direksi yang menolak disebutkan namanya itu. Jika tidak segera menentukan langkah ini, ada kemungkinan BUN akan ditinggalkan oleh Bank Bali (aset Rp 1,776 trilyun), Bank Danamon (1,707 trilyun), atau Bank Internasional Indonesia (Rp 1,696 trilyun). Sebagai bukti peningkatan usaha, BUN segera menyatakan diri go public. Hari-hari ini sejumlah penjamin emisi tengah sibuk menyiapkan segala keperluan sebelum menentukan hari dan tanggal baik untuk pasar perdananya. Jumlah saham yang akan dilepas adalah 10% sampai 20%. Bagi orang yang sudah kenal riwayatnya, BUN lebih dikenang sebagai bank yang rajin memberikan kredit kepada para petani dan nelayan pada tahun 1970-an, kemudian lebih berkonsentrasi pada peminjam yang bergerak di industri baja, ban, kaca, kosmetik, tekstil, dan ekspor-impor. Bahkan, pada awal 1980-an, bank devisa yang paling tua ini pernah memberikan kredit kendaraan yang nilainya mencapai Rp 361 juta bagi para guru. Untuk ukuran saat itu, jumlah ini tidaklah kecil. Mohamad Cholid dan Budiono Darsono (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini