Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Libur Panjang

Perusahaan kanada, PT International Nickel Indonesia (Inco) akan meliburkan sebagian besar karyawannya, 2 juni-13 juli. Untuk menekan biaya yang sampai kini merugi akibat harga nikel di bursa merosot.(eb)

8 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MELIBURKAN hampir seluruh karyawan, ternyata, bisa diizinkan Departemen Tenaga Kerja. PT International Nickel Indonesia (Inco), pekan lalu, mengumumkan rencana meliburkan hampir seluruh karyawannya, sejak 2 Juni (seminggu sebelum Lebaran) hingga 13 Juli mendatang. Libur 1 1/2 bulan itu sama sekali bukan maksud Inco menandakan perusahaan Kanada itu sedang cemerlang. Justru sebaliknya. Alasan pemberian libur itu, menurut Direksi Inco, justru untuk menekan biaya perusahaan yang belum pernah mencatat laba itu. Perusahaan, yang menanamkan modal US$ 900 juta di Soroako untuk usaha penambangan nikel sejak 1978 itu, rugi lebih dari US$ 300 juta. Berbagai usaha untuk menekan biaya dilakukan sejak 1982: memutuskan hubungan kerja atau mempercepat pensiun karyawannya. Jumlah karyawannya, yang pernah mencapai 3.900, kini tinggal 2.500-an orang. Perusahaan modal asing itu, tampaknya, sudah sungkan melakukan PHK, dan memilih memberikan libur panjang saja. Dengan meliburkan karyawan itu, sesuai dengan kesepakatan kerja bersama, Inco bisa menekan biaya. Di masa liburan itu, menurut Wakil Dirut Inco, Hitler Singawinata, perusahaan hanya membayarkan gaji 80% untuk karyawan bawah hingga 50% untuk pejabat atas. Tak dijelaskannya berapa besar penghematan dari gaji itu. Lebih dari itu, biaya mesin-mesin dan peralatan bisa ditekan, karena perusahaan hanya menargetkan produksi 55 juta pon (sekitar 25.000 ton) kendati kapasitas produksinya sekitar 35.000 ton. Masalahnya, harga nikel tahun ini masih akan terus memburuk. Kendati Inco berhasil menekan biaya produksi rata-rata dari US$ 2,8 per pon tahun lalu hingga US$ 2,3 pon dewasa ini, toh harga pasar masih jauh di bawah. Harga yang tercatat di bursa logam London (LME), untuk kuartal terakhir 1985, adalah US$ 1,87 per pon. Pekan lalu malah tercatat ? 2.825 (US$ 1.958,7) per ton atau US$ 0,88 per pon. Seluruh nikel produksi perusahaan Kanada di Sulawesi Selatan itu diekspor ke Jepang. Jeleknya, harga nikel Inco itu hanya dihargai 78% dari harga di bursa logam, "Sebab, nikel kami harus diolah lagi," tutur Hitler. Untungnya, nikel dalam bentuk pekatan yang diekspor ke Jepang itu mengandung unsur seperti tembaga dan emas, sehingga pendapatan Inco lebih besar. Volume ekspor tahun lalu sebesar 23.866 ton dan menghasilkan devisa US$ 95 juta. MW Laporan Ahmed Soeriawidjaja dan Indrayati (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus