Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada triwulan pertama 2024 perekonomian Indonesia tumbuh 5,11 persen, angka ini dianggap tertinggi sejak 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan dua pada bulan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memprediksi pertumbuhan ekonomi kali ini akan lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky memaparkan ekonomi RI akan tumbuh 4,97-5,01 persen pada kuartal kedua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Secara keseluruhan tahun 2024, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0-5,1 persen,” ujarnya dalam pernyataan resmi dikutip Jumat, 3 Agustus 2024.
Hal ini, menurut Riefky, didorong oleh minimnya faktor pendorong musiman dan tingginya ketidakpastian domestik dan global. Pada triwulan pertama tahun ini Indonesia masih penuh dengan berbagai peristiwa. Seperti momentum Pemilihan Umum (Pemilu), periode Ramadan, percepatan penyelesaian proyek infrastruktur menjelang akhir masa pemerintahan dan beberapa libur panjang. Sehingga mendorong peningkatan aktivitas ekonomi domestik.
Perekonomian Indonesia, menurut dia, menunjukkan adanya indikasi permasalahan struktural. Musababnya pertumbuhannya sebagian besar didorong oleh faktor musiman.
Sekitar 45 persen dari aktivitas ekonomi Indonesia ditopang oleh hanya tiga sektor, yaitu pertanian, pengolahan, dan perdagangan. Ketiga sektor ini melanjutkan tren pertumbuhan di bawah rata-rata nasional. “Stagnansi yang persisten terjadi di sektor pengolahan menguatkan indikasi terjadinya deindustrialisasi prematur,” ujarnya.
Walaupun Indonesia memasuki tahun 2024 dengan catatan positif di aspek pertumbuhan ekonomi, ini menurut dia bukanlah pertanda perbaikan fundamental ekonomi. Tingginya pertumbuhan sektor pemerintahan ke 18,16 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari 1,61 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya didorong oleh pencairan bantuan sosial, percepatan penyelesaian proyek infrasruktur yang mendorong naiknya belanja modal, dan pemberian THR serta gaji ke-13.
Berlangsungnya Pemilu mendorong pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi, jasa usaha, akomodasi dan makanan minuman selama periode tersebut. Namun, penurunan produktivitas tetap menjadi isu mendasar. Untuk sisa tahun ini, ia berujar, ekonomi RI belum tentu selalu bisa mengandalkan faktor musiman untuk mendukung pertumbuhannya.
Pilihan Editor: Utang Pemerintah Era Jokowi Meroket