Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah negara menggelar program makan siang gratis.
Vietnam bekerja sama dengan Ajinomoto untuk menyediakan makan siang gratis.
Di India, terjadi kasus keracunan siswa penerima makan siang gratis.
PERINGATAN itu datang dari Bank Dunia. Di tengah riuh rendah perbincangan seputar program makan siang gratis, Bank Dunia mengingatkan pemerintah agar tak terburu-buru menjalankan program yang digagas kandidat presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tersebut. Lembaga donor internasional itu mengatakan Indonesia harus berhati-hati terhadap ambang batas defisit anggaran jika akan merealisasi program makan siang gratis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen mengatakan program makan siang gratis seharusnya disiapkan dengan matang, khususnya dalam aspek anggaran. Menurut dia, pemerintah harus lebih dulu menetapkan bentuk dan tujuan program tersebut dan kemudian membandingkannya dengan sumber daya yang tersedia. "Rencananya harus benar-benar dipersiapkan, termasuk biayanya," katanya di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian pada 27 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kahkonen, Bank Dunia masih menunggu rincian program makan siang gratis dari pemerintah. Adapun rincian program tersebut telah masuk pembahasan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2025. "Untuk Indonesia, pada dasarnya berpegang pada pagu defisit fiskal yang telah ditetapkan sebesar 3 persen dari produk domestik bruto, sesuai dengan peraturan," ujarnya.
Toh, pernyataan Bank Dunia ini tak menghalangi niat Presiden Joko Widodo dan para menterinya menyiapkan anggaran hingga tata cara teknis program populis tersebut. Kajian yang sudah mengemuka di antaranya datang dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dalam paparan yang disusun Kedeputian Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, tercatat tahapan hingga pembagian peran sejumlah kementerian untuk program ini.
Bappenas pun mengambil acuan program serupa di beberapa negara. Yang menjadi contoh antara lain AVN School Meal Project di Vietnam, National School Lunch Program di Amerika Serikat, dan program pemberian makanan tambahan anak sekolah yang berjalan sejak 1996 di Indonesia. "Kita juga pernah melakukan itu sebelum tahun 2000, ketika anggaran cukup besar dari pusat ke daerah," tutur Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas Maliki pada 6 Maret 2024.
Jika mengacu pada Amerika Serikat, National School Lunch Program berjalan sejak 1800-an, yang kemudian diakomodasi pemerintah melalui regulasi National School Lunch Act pada 1946. Dalam program ini, sekolah-sekolah di Amerika Serikat menyediakan makanan gratis bagi para siswa demi memenuhi standar kecukupan gizi.
Contoh standar kecukupan gizi dalam program ini antara lain porsi buah-buahan dan sayur yang lebih banyak serta sepertiga kebutuhan kalori harian, protein, kalsium, dan vitamin. Makanan juga wajib terbebas dari lemak trans dan lemak jenuh kurang dari 10 persen. Standar ini memastikan anak sekolah terhindar dari paparan junk food.
Di Vietnam, AVN School Meal Project menetapkan 120 set menu dengan 360 variasi makanan bergizi seimbang. Berbeda dengan Amerika Serikat, yang program makan siang gratisnya didanai pemerintah, Vietnam melibatkan produsen bumbu masakan Ajinomoto sebagai penyelenggara program ini. Orang tua murid juga memberi kontribusi pendanaan agar program ini tak terlalu membebani anggaran negara.
Negara lain yang menggelar program semacam ini adalah India, Brasil, Inggris, dan Finlandia. India disebut sebagai penyelenggara program makan siang gratis terbesar di dunia dengan anggaran US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 43,8 triliun untuk 125 juta anak-anak berusia 6-14 tahun. Program yang berjalan sejak 1995 ini bertujuan mengurangi angka kasus kelaparan anak, meningkatkan partisipasi anak di sekolah, serta menjaga keseimbangan gizi. India pun mengklaim telah meningkatkan kesehatan gizi dan hasil pendidikan serta menurunkan angka stunting.
Meski begitu, program makan siang gratis di India tak lepas dari masalah. Pada Juli 2013, sebanyak 23 anak di Bihar tewas setelah memakan makanan yang terkontaminasi pestisida dari program makan siang gratis Midday. Kasus ini kemungkinan besar terjadi karena lemahnya pengawasan terhadap kegiatan yang sedemikian masif. Sedangkan di Amerika Serikat, program makan siang gratis hanya berlanjut di beberapa negara bagian setelah pemerintah federal mengalami kekurangan anggaran belanja.
Bagaimana nasib program makan siang gratis di Indonesia yang diperkirakan menelan dana ratusan triliun rupiah?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Demi Memenuhi Standar Gizi"