JIKA PT Pelayaran Arafat dirundung kesedihan menghadapi lebaran,
tidak demikian halnya dengan penerbangan. Karena tahun ini hanya
ada pengangkutan haji dengan pesawat udara. Sedang calon jemaah
haji sekali ini berjumlah 71.066 orang, dibanding dengan tahun
lalu 34.082, atau naik 108,5%. Maka yang akan mengangkut pun,
jika tadinya cuma Garuda, Merpati dan Mandala Airlines, tahun
ini ditambah lagi dengan Bouraq.
Operasi penerbangan dimulai minggu pertama Oktober depan. Para
jemaah haji itu akan diangkut dari pelabuhan udara H. Juanda
Surabaya, Halim Perdanakusumah Jakarta dan Polonia Medan. DC-8
dan DC-10 Garuda, Boeing 707 Merpati, DC-8 Bouraq dan Mandala
serta pesawat carteran dari Martinair akan silih berganti
membongkar isi perut di Jeddah untuk kemudian kembali lagi
mengisi penumpang baru. Semuanya harus selesai 25 hari. Tapi
yang tak kurang menariknya adalah kenapa jumlah calon haji
begitu besar?
Dirjen Urusan Haji, Brigjen H. Burhani Tjokrohandoko, mengatakan
kepada TEMPO pekan lalu bahwa ini "disebabkan kesadaran beragama
semakin tinggi, hasil panen yang baik dan karena turunnya ONH".
Sementara itu, Menteri Agama H. Alamsyah menambahkan bahwa itu
juga karena "dengan pesawat lebih cepat, lebih murah".
Burhani mengakui biasanya orang dari Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara Barat dan Kalimantan sebagian besar biasanya memilih
pergi haji dengan kapal laut. Tapi karena tahun ini tidak ada
haji laut, tentu mereka semuanya naik pesawat udara.
Hampir semua daerah mengalami kenaikan jemaah haji dua kali
lipat tahun ini. Di Lombok, misalnya, karena baiknya panen
kacang-kacangan mereka yang mendaftar hampir 3000 orang,
sebelumnya sekitar 1200 - 1400. Di Sumatera Barat terjadi panen
cengkeh yang lumayan. Jemaah hajinya 1600, meningkat 100% lebih.
Dua-tiga tahun lalu dari Irian Jaya di bawah 40 orang, kini 145.
Bali dengan 76 orang, biasanya cuma belasan.
Tapi sampai seberapa jauh pengaruh penurunan ONH udara terhadap
minat masyarakat pergi haji belum diketahui dengan pasti. Yang
jelas memang sejak 3 tahun belakangan ini pemerintah telah
menurunkannya. Tahun 1976 ONH udara adalah Rp 890.000. Tahun
1977: Rp 816.000 dan tahun ini Rp 766.000. Tapi ONH udara 1974
masih lebih rendah: Rp 560.000.
ONH sekarang ini dianggap orang masih mahal. "Kemungkinan
menurunkannya sampai Rp 100.000 masih bisa," kata Sjafruddin
Prawiranegara, Ketua Yayasan Dana Tabungan Haji Indonesia
(YDTHI) dan Ketua Himpunan Usahawan Muslimin Indonesia (Husami).
Berdasar pengalamannya, Sjafruddin mengetahui bahwa orang dapat
potongan hingga 50% bila mencarter pesawat. Sekarang, katanya,
jika tiket haji pulang-pergi itu US$1000, maka potongannya akan
sebesar US$500 "Mari kita ambil saja potongannya bukan US$500
tapi cukup umpamanya US$200 saja, ini berarti dapat diberikan
korting pada harga tiket sebesar Rp 103.750. Tentunya kita tidak
harus selalu mencarter pesawat Martinair."
"Kami tak membantah hal itu. Tapi kasihlah kami data berikut
komponen-komponennya," jawab H. Burhani. Dewasa ini harga tiket
udara Indonesia-Jeddah pulang-pergi US$840 per jemaah, sama
dengan tahun lalu. Menurut Burhani, bagi Merpati, misalnya,
"hasil penerbangan satu musim haji sama dengan pendapatan
operasi penerbangan domestik selama 10 bulan". Jadi, memang
untung besar rupanya dari jemaah ini.
INI tentunya juga berlaku buat Garuda, Mandala dan Bouraq karena
harga tiketnya sama. Keuntungan tentu dimungkinkan pula karena
dibatasinya para jemaah haji membawa barang tentangan sebanyak
30 kg. Untuk sahara seragam 15 kg dan koper pakaian 15 kg.
Dengan demikian pesawat bisa membawa lebih banyak penumpang.
Syofyan Ali dari Merpati mengakui penerbangan jemaah haji
menghasilkan pendapatan yang baik bagi perusahaan. Tapi ia
menyangkal bahwa harga tiket yang US$840 itu semuanya masuk ke
kocek maskapai penerbangan. "Kami harus membayar royalties
kepada pemerintah Arab Saudi," ujar Hardjanto, sekretaris
Mandala. Menurut dia, pajak itu langsung dipotong oleh Ditjen
Haji yang kemudian menyerahkannya kepada pemerintah Arab Saudi.
Meskipun harga tiket tetap sama dengan tahun-tahun lalu tapi
kewajiban membayar royalties ini terus meningkat: Tahun 1975
sebesar US$90, 1976 US$100 dan 1977 naik lagi menjadi US$105.
Diperkirakan angkanya tahun ini akan bertambah lagi.
Maskapai penerbangan mengaitkan pula musim haji tahun ini
dengan musim panas di Eropa atau masa libur bagi para pekerja.
Pesawat udara di Eropa maupun di Amerika dewasa ini banyak
dipakai melayani penerbangan domestik. "Akibatnya, ongkos
carter pesawat naik sekitar 8% dibanding tahun lalu," ungkap
Prayitno, direktur operasi Merpati. Selain itu, katanya,
maskapai penerbangan menyediakan "uang duka Rp 100.000 bagi
jemaah yang meninggal di Tanah Suci, asuransi kecelakaan dan
urusan imigrasi.
Tapi yang sulit, tambah Prayitno, "adalah karena jemaah haji
datangnya dari bermacam daerah, berbagai tingkat kecerdasan dan
bahasa." Biasanya ketua kelompok terbang menjadi jembatan untuk
menyelenggarakan komunikasi jemaah dengan cabincrew. Untuk
melayani para jemaah di Jeddah, Merpati misalnya, harus pula
menempatkan karyawannya untuk mengemas bagasi dan seorang
dokter untuk mengawasi kesehatan mereka.
Mengangkut jemaah sebanyak 71.000 sungguh bukan soal sepele.
Apalagi untuk mengangkut mereka dari daerah ke pelabuhan udara
internasional, tempat pemberangkatan ke Jeddah. Biasanya urusan
di dalam negeri lebih sulit dibandingkan pelayanan ke luar
negeri. Misalnya, untuk terbang dari Jakarta ke Surabaya saja,
atau dari Padang ke Medan para penumpang harus antri. "Jangan
kawatir, kita mempergunakan pesawat Hercules AURI, kalau perlu.
Juga akomodasi di Medan, Surabaya dan Jakarta sudah disiapkan,"
kata Dirjen Haji.
Jakarta dengan jatah 34.000 jemaah mendapat penginapan di asrama
PHI, asrama Ciliwung, Pondok Pesantren Assyafiyah dan, kalau
masih kurang, akan ditampung di asrama KKO. Surabaya akan
menampung 29.000 jemaah, antara lain di asrama Lanudal dekat
Lapangan Udara H. Juanda. Untuk Medan yang akan memberangkatkan
7500 jemaah, asramanya pun sudah siap.
Jumlah jemaah haji tahun ini di luar perkiraan semula. Ditjen
Haji tadinya menaksir jumlahnya sekitar 40.000 saja. Nyatanya
jauh lebih besar. Meskipun begitu, pemerintah optimis semua
dapat diberangkatkan pada waktunya. Bahkan 4 maskapai
penerbangan itu sudah menyediakan 10 pesawat dengan tempat duduk
kurang lebih 3100. Garuda dengan dukungan armadanya yang kuat
akan mendapat porsi 45%, Mandala dan Merpati masing-masing:
22,5% dan pendatang baru Bouraq: 10%.
Biasanya yang agak merepotkan maskapai penerbangan ialah ketika
para jemaah hendak kembali pulang setelah menunaikan haji.
"Kebanyakan para awak haji ingin cepat-cepat kembali meskipun
yang bersangkutan sebetulnya belum termasuk dalam jadwal
pemberangkatan," kata Hardjanto dari Mandala. "Apa oleh buat,
bercampur-baur jemaah yang diangkut Garuda atau Merpati. Kami
tidak memilih-milih lagi. Yang ada saja diangkut. Perhitungan
dilakukan di Jakarta."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini