Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Makin Berutunglah Maskapai ...

Th ini hanya ada pengangkutan haji dengan pesawat udara. Calon jemaah haji naik 2 kali lipat karena kesadaran beragama yang makin tinggi, hasil panen yang baik, turunnya onh & ongkos pesawat yang lebih murah. (eb)

26 Agustus 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA PT Pelayaran Arafat dirundung kesedihan menghadapi lebaran, tidak demikian halnya dengan penerbangan. Karena tahun ini hanya ada pengangkutan haji dengan pesawat udara. Sedang calon jemaah haji sekali ini berjumlah 71.066 orang, dibanding dengan tahun lalu 34.082, atau naik 108,5%. Maka yang akan mengangkut pun, jika tadinya cuma Garuda, Merpati dan Mandala Airlines, tahun ini ditambah lagi dengan Bouraq. Operasi penerbangan dimulai minggu pertama Oktober depan. Para jemaah haji itu akan diangkut dari pelabuhan udara H. Juanda Surabaya, Halim Perdanakusumah Jakarta dan Polonia Medan. DC-8 dan DC-10 Garuda, Boeing 707 Merpati, DC-8 Bouraq dan Mandala serta pesawat carteran dari Martinair akan silih berganti membongkar isi perut di Jeddah untuk kemudian kembali lagi mengisi penumpang baru. Semuanya harus selesai 25 hari. Tapi yang tak kurang menariknya adalah kenapa jumlah calon haji begitu besar? Dirjen Urusan Haji, Brigjen H. Burhani Tjokrohandoko, mengatakan kepada TEMPO pekan lalu bahwa ini "disebabkan kesadaran beragama semakin tinggi, hasil panen yang baik dan karena turunnya ONH". Sementara itu, Menteri Agama H. Alamsyah menambahkan bahwa itu juga karena "dengan pesawat lebih cepat, lebih murah". Burhani mengakui biasanya orang dari Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan sebagian besar biasanya memilih pergi haji dengan kapal laut. Tapi karena tahun ini tidak ada haji laut, tentu mereka semuanya naik pesawat udara. Hampir semua daerah mengalami kenaikan jemaah haji dua kali lipat tahun ini. Di Lombok, misalnya, karena baiknya panen kacang-kacangan mereka yang mendaftar hampir 3000 orang, sebelumnya sekitar 1200 - 1400. Di Sumatera Barat terjadi panen cengkeh yang lumayan. Jemaah hajinya 1600, meningkat 100% lebih. Dua-tiga tahun lalu dari Irian Jaya di bawah 40 orang, kini 145. Bali dengan 76 orang, biasanya cuma belasan. Tapi sampai seberapa jauh pengaruh penurunan ONH udara terhadap minat masyarakat pergi haji belum diketahui dengan pasti. Yang jelas memang sejak 3 tahun belakangan ini pemerintah telah menurunkannya. Tahun 1976 ONH udara adalah Rp 890.000. Tahun 1977: Rp 816.000 dan tahun ini Rp 766.000. Tapi ONH udara 1974 masih lebih rendah: Rp 560.000. ONH sekarang ini dianggap orang masih mahal. "Kemungkinan menurunkannya sampai Rp 100.000 masih bisa," kata Sjafruddin Prawiranegara, Ketua Yayasan Dana Tabungan Haji Indonesia (YDTHI) dan Ketua Himpunan Usahawan Muslimin Indonesia (Husami). Berdasar pengalamannya, Sjafruddin mengetahui bahwa orang dapat potongan hingga 50% bila mencarter pesawat. Sekarang, katanya, jika tiket haji pulang-pergi itu US$1000, maka potongannya akan sebesar US$500 "Mari kita ambil saja potongannya bukan US$500 tapi cukup umpamanya US$200 saja, ini berarti dapat diberikan korting pada harga tiket sebesar Rp 103.750. Tentunya kita tidak harus selalu mencarter pesawat Martinair." "Kami tak membantah hal itu. Tapi kasihlah kami data berikut komponen-komponennya," jawab H. Burhani. Dewasa ini harga tiket udara Indonesia-Jeddah pulang-pergi US$840 per jemaah, sama dengan tahun lalu. Menurut Burhani, bagi Merpati, misalnya, "hasil penerbangan satu musim haji sama dengan pendapatan operasi penerbangan domestik selama 10 bulan". Jadi, memang untung besar rupanya dari jemaah ini. INI tentunya juga berlaku buat Garuda, Mandala dan Bouraq karena harga tiketnya sama. Keuntungan tentu dimungkinkan pula karena dibatasinya para jemaah haji membawa barang tentangan sebanyak 30 kg. Untuk sahara seragam 15 kg dan koper pakaian 15 kg. Dengan demikian pesawat bisa membawa lebih banyak penumpang. Syofyan Ali dari Merpati mengakui penerbangan jemaah haji menghasilkan pendapatan yang baik bagi perusahaan. Tapi ia menyangkal bahwa harga tiket yang US$840 itu semuanya masuk ke kocek maskapai penerbangan. "Kami harus membayar royalties kepada pemerintah Arab Saudi," ujar Hardjanto, sekretaris Mandala. Menurut dia, pajak itu langsung dipotong oleh Ditjen Haji yang kemudian menyerahkannya kepada pemerintah Arab Saudi. Meskipun harga tiket tetap sama dengan tahun-tahun lalu tapi kewajiban membayar royalties ini terus meningkat: Tahun 1975 sebesar US$90, 1976 US$100 dan 1977 naik lagi menjadi US$105. Diperkirakan angkanya tahun ini akan bertambah lagi. Maskapai penerbangan mengaitkan pula musim haji tahun ini dengan musim panas di Eropa atau masa libur bagi para pekerja. Pesawat udara di Eropa maupun di Amerika dewasa ini banyak dipakai melayani penerbangan domestik. "Akibatnya, ongkos carter pesawat naik sekitar 8% dibanding tahun lalu," ungkap Prayitno, direktur operasi Merpati. Selain itu, katanya, maskapai penerbangan menyediakan "uang duka Rp 100.000 bagi jemaah yang meninggal di Tanah Suci, asuransi kecelakaan dan urusan imigrasi. Tapi yang sulit, tambah Prayitno, "adalah karena jemaah haji datangnya dari bermacam daerah, berbagai tingkat kecerdasan dan bahasa." Biasanya ketua kelompok terbang menjadi jembatan untuk menyelenggarakan komunikasi jemaah dengan cabincrew. Untuk melayani para jemaah di Jeddah, Merpati misalnya, harus pula menempatkan karyawannya untuk mengemas bagasi dan seorang dokter untuk mengawasi kesehatan mereka. Mengangkut jemaah sebanyak 71.000 sungguh bukan soal sepele. Apalagi untuk mengangkut mereka dari daerah ke pelabuhan udara internasional, tempat pemberangkatan ke Jeddah. Biasanya urusan di dalam negeri lebih sulit dibandingkan pelayanan ke luar negeri. Misalnya, untuk terbang dari Jakarta ke Surabaya saja, atau dari Padang ke Medan para penumpang harus antri. "Jangan kawatir, kita mempergunakan pesawat Hercules AURI, kalau perlu. Juga akomodasi di Medan, Surabaya dan Jakarta sudah disiapkan," kata Dirjen Haji. Jakarta dengan jatah 34.000 jemaah mendapat penginapan di asrama PHI, asrama Ciliwung, Pondok Pesantren Assyafiyah dan, kalau masih kurang, akan ditampung di asrama KKO. Surabaya akan menampung 29.000 jemaah, antara lain di asrama Lanudal dekat Lapangan Udara H. Juanda. Untuk Medan yang akan memberangkatkan 7500 jemaah, asramanya pun sudah siap. Jumlah jemaah haji tahun ini di luar perkiraan semula. Ditjen Haji tadinya menaksir jumlahnya sekitar 40.000 saja. Nyatanya jauh lebih besar. Meskipun begitu, pemerintah optimis semua dapat diberangkatkan pada waktunya. Bahkan 4 maskapai penerbangan itu sudah menyediakan 10 pesawat dengan tempat duduk kurang lebih 3100. Garuda dengan dukungan armadanya yang kuat akan mendapat porsi 45%, Mandala dan Merpati masing-masing: 22,5% dan pendatang baru Bouraq: 10%. Biasanya yang agak merepotkan maskapai penerbangan ialah ketika para jemaah hendak kembali pulang setelah menunaikan haji. "Kebanyakan para awak haji ingin cepat-cepat kembali meskipun yang bersangkutan sebetulnya belum termasuk dalam jadwal pemberangkatan," kata Hardjanto dari Mandala. "Apa oleh buat, bercampur-baur jemaah yang diangkut Garuda atau Merpati. Kami tidak memilih-milih lagi. Yang ada saja diangkut. Perhitungan dilakukan di Jakarta."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus