NASIB pabrik semen tak lagi sekelabu warnanya. Selain harga ekspor yang sangat bagus -- rata-rata US$ 50 per ton -- kebutuhan dalam negeri juga tajam melonjak. Dengan harga ekspor setinggi itu, keuntungan yang masuk kocek bisa US$ 30 tiap ton. Sedangkan harga lokal juga sedang ditimbang-timbang untuk disesuaikan. Kenaikan harga pedoman setempat (HPS) sudah lama berembus, meski Dirjen Industri Kimia Dasar Ir. Wardiyasa bilang, "Masih dihitung." Itu sebabnya, Hashim Djojohadikusumo, Presiden Direktur PT Semen Cibinong, tak ragu untuk memenuhi janjinya sebelum go public. Jumat pekan lalu ia meneken kontrak dengan Hyundai dari Korea untuk perluasan pabriknya. "Perluasan ini penting artinya, bukan cuma untuk perusahaan, tapi juga untuk Indonesia," kata Hashim. Jika selesai 1992 nanti, kapasitas Cibinong akan melompat dari 1,5 menjadi 3 juta ton setahun. Ada benarnya bila diperkirakan bahwa kebutuhan semen akan menanjak sepanjang Pelita V ini. Saat ini, kapasitas terpasang di Indonesia masih sekitar 17,5 juta ton. Dan ini tak cukup. Dengan tambahan Semen Gresik 1,5 juta ton, Tonasa 1,5 juta, Semen Padang 0,6 juta, plus Cibinong tadi, maka tambahan pasokan semen sepanjang Pelita V akan mencapai 5,1 juta ton setahun. "Ini baru aman," tutur Wardiyasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini