Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Merangkul Bursa Di Hotel Sabang

Kini resmi berdiri cabang pembantu (Capem) Bank Summa di hotel Sabang, Jakarta. Wwalaupun pendiriannya tidak direncanakan Capem ke-28 ini paling strategis dan menangani transaksi surat berharga.

10 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALAH hitung dalam bisnis, ternyata, tidak harus identik dengan kerugian. Coba lihat apa yang terjadi pada bos Grup Summa, Edward Soeryadjaya. November silam, ia bersama dua mitranya, membeli Sabang Metropolitan Hotel. Nah, ketika mulai dilakukan renovasi, Pemda DKI mengisyaratkan bahwa kawasan itu tidak lagi diperuntukkan sebagai area perhotelan. "Kami salah hitung," kata Edward, Presdir Bank Summa. Begitu mendengar berita buruk tersebut, Edward langsung banting setir. Usaha hotel, sementara, terus berlangsung. Tapi, ada usaha lain yang tampaknya lebih pokok, yakni bank. Dan Sabtu pekan lalu, di lantai dasar Hotel Sabang, resmi berdiri Cabang Pembantu (Capem) Bank Summa yang ke-28. Lokasinya yang berdampingan dengan Bursa Efek Jakarta, memunculkan inspirasi pada Edward untuk membuka bank yang khusus melayani transaksi di Pasar Modal. Maklum, dari hotel ini, setiap perkembangan yang terjadi di bursa akan mudah termonitor. Apalagi PT Danareksa telah memberi kepercayaan kepada Bank Summa untuk menjadi pelaksana dalam penawaran saham perdana. "Kami membuka Capem Summa di hotel ini benar-benar suatu kebetulan," kata Edward. Dan ini bukan "kebetulan" yang biasa-biasa saja. Terutama kalau diingat, dinamika pasar modal sudah sedemikian rupa, hingga transaksi yang terjadi di sana bisa mencapai Rp 180 milyar sehari. "Kesempatan seperti ini tidak mungkin kami lepaskan begitu saja," kata Edward. Sebagai langkah pertama, Summa akan menangani penjualan perdana saham Astra International senilai Rp 400 milyar. Dan kelak, capem ke-28 ini akan diarahkan Edward untuk berfungsi sebagai securities house, yakni lembaga yang menangani perdagangan surat berharga. Ini berarti, Summa mengincar pembiayaan dari semua transaksi yang terjadi di bursa. "Kami jamin likuid," kata Edward. Memang, dalam membiayai transaksi-transaksi tersebut, Summa tidak akan mengutip fee. Namun, di balik itu, ada keuntungan lain yang lebih menggiurkan. Summa akan memanfaatkan dana yang mengendap, yang volumenya, kata Edward, tentu saja tidak kecil. Tak heran bila capem ke-28 ini sudah dilengkapi seperangkat komputer yang mampu mengolah 700 ribu transaksi. Dan komputer Summa bisa dihubungkan dengan komputer para pialang -- ada delapan pialang yang sudah menyatakan akan berkantor di capem ke-28 itu. Lho, apa hubungannya dengan pialang? "Ya, kami juga akan membantu para pialang dalam mengelola dana yang dipercayakan para investor," kata Edward. Gerakan Summa sebagai bank -- kini berkekayaan Rp 1,1 trilyun -- memang "agak lain". Soalnya, sejak BEJ bangkit dua tahun lalu, bursa sudah bagaikan saingan berat bagi dunia perbankan. Terutama dalam menghimpun dana masyarakat. Tapi, Edward tidak melihatnya demikian. "Bagi kami, Pasar Modal adalah mitra yang harus dirangkul," kata bos Summa itu, yang tak lama lagi akan membuka cabang barunya di Tim-Tim, dan Munich, Jerman Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus