Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku pariwisata menyatakan kondisi masa pandemi Covid-19 mengakibatkan tekanan sangat luar biasa terhadap bisnisnya. Oleh karena itu pihaknya berusaha memutar otak agar tetap bertahan dan mendapatkan penghasilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi begitu masuk pandemi, bagaimana caranya kita bisa memberdayakan untuk bisa tetap wisata walau di rumah maka ketemu tur virtual," kata Pendiri Outing.id, Irwan Thamrin dalam Ngobrol @Tempo bertajuk Saatnya Kembali Berwisata, Kamis petang, 15 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan mengadakan tur virtual, kata Irwan, dapat memberdayakan masyarakat sekutar destinasi dan komunitas pemandu wisata. Menurutnya, hal itu sangat membantu memberikan penghidupan pada masa pandemi Covid-19. "Malah jadi viral dan banyak diikuti pihak lain untuk membuat virtual tur," ucapnya.
Tren tur virtual saat pandemi, kata Irwan, masih sangat menjanjikan. Dia mengungkapkan, dalam sekali mengadakan tur virtual rerata dapat menggaet hingga 50 orang wisatawan. Tapi ia mengaku, sempat dapat mengajak 140 orang dalam sekali tur virtual.
Irwan mengatakan, saat ini pihaknya sedang fokus dengan memfasilitasi tur virtual bagi siswa sekolah, walau pihaknya tak menolak permintaan dari perusahaan. Dengan menyasar anak sekolah, dia mengungkapkan telah mendapatkan permintaan yang cukup banyak dari berbagai instansi pendidikan, hingga ada daftar tunggu dalam menjalankan tur virtual.
"Animonya (tur virtual) sudah banyak setiap hari, tinggal kita sedang mencocokan jadwalnya sama destinasi," ucap Irwan.
Dalam menjalankan tur virtual yang diminati masyarakat, menurut Irwan tantangannya adalah menyajikan konten yang menarik. Karena dalam berwisata ada tiga aspek penting yang harus ada, yakni apa yang terlihat, apa yang dibeli, dan apa yang dilakukan.
Irwan menceritakan, dalam aspek pertama wisatawan dapat melihat destinasi wisata melalui siaran virtual. Lalu aspek kedua, kata Irwan, pihaknya bekerja sama dengan sentra UMKM, sehingga wisatawan bisa juga membawa pulang cendere mata. Kemudian aspek ketiga, dapat mengirimkan alat peraga ke rumah wisatawan masing-masing, dan dapat dipraktikkan pada saat tur virtual.
"Jadi kegiatan itu yang kita lakukan bersama-sama tapi secara virtual," ujar Irwan.
Pakar epidemiologi yang juga Direktur Ahlina Institute, Tifauzia Tyassuma mengatakan, selama tujuh bulan masa pandemi Covid-19 membuat banyak masyarakat yang alami depresi. Menurutnya, guna membuat mental bugar kembali yakni salah satunya dengan berwisata.
Namun dalam keadaan pandemi, kata Tifauzia, hal itu terbatas. Dengan adanya tur virtual menurutnya bisa menjadi salah satu solusinya. "Jadi oleh otak seakan-seakan kita sedang lakukan betulan," ucapnya.
Berdasarkan ilmu kedokteran utamanya Neourosains, menurut Tifauzia, ada bagian otak yang belum teroptimalisasi. Dia menjelaskan, dengan tur virtual ini, dapat memanfaatkan otak untuk menciptakan fakta imajinatif. Sehingga otak pun memprosesnya seolah-olah kita sedang melakukan suatu kegiatan dengan realistis. #Cucitangan, #Jagajarak, #Pakaimasker