Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Matari makin bersinar

Kantor baru diresmikan, klien-klien besar banyak dipegang oleh matari. (eb)

1 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KENNETH T. Sudarto, 42, ternyata tidak cuma bisa "merubah batuk menjadi senyuman," seperti slogannya untuk sebuah merk obat batuk. Dimulai dengan sebuah garasi di kawasan Cideng, dengan dua pegawal, usaha periklanan yang dlrmtisnya pada 1971 itu kini telah mempunyai gedung megah, Puri Matari. Jumat pekan lalu, ia meresmikan pemakalan kantornya ltU, yang bisa membuat 150 biro iklan lainnya di sini iri: lengkap dengan studio foto, amphiteather, studio rekaman modern, perpustakaan, dan fasilitas komputer. Pernah mengajar di SD dan SMP, bekerja untuk perusahaan asing, dan perwakilan biro iklan Singapura, Ken memutuskan mendirikan PT Matari Advertising, sekaligus menampung bekas langganan. PT Astra pun lantas digaetnya sebagai langganan pertama. Masuknya Konimex dalam daftar pelanggannya, 1977, menyebabkan Matari bersinar. Kini tercatat 30-an klien dalam daftarnya, dengan billing tertinggi dipegang Konimex, Daihatsu, dan Multi Bintang. Dari setiap kliennya, Ken menarik agency fee 15%-20%. Konon, klien-klien besar yang dimiliki Matari menghabiskan sekurang-kurangnya Rp 200 juta per tahun untuk biaya promosinya. Ken biasa lantang bersuara menghadapi ekspansi biro iklan asing ke Indonesia. Kata Ken, "Memang ada biro iklan di sini yang bekerja sama denan biro iklan asin." Namun, belakangan, Matari ikut mendirikan sebuah biro iklan, United Multi Media, yang bekerja sama dengan biro iklan asing. Bergerak di bidang periklanan, jasa pemasaran, dan komunikasi perusahaan, Matari didukung 150 pegawai yang tersebar di tujuh kota besar Indonesia. Sebagian besar saham perusahaan dimiliki oleh "saya dan keluarga, serta Paul W. Karmadi, sebagai pendiri," ujar Ken. Sisanya dipegang 15 karyawan. Setiap tahun, katanya, diadakan nominasi untuk karyawan yang berhak diberi saham. "Tapi, bila mereka keluar, sahamsaham itu harus dijual kembali kepada perusahaan," kata Ken.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus