KENNETH T. Sudarto, 42, ternyata tidak cuma bisa "merubah batuk menjadi senyuman," seperti slogannya untuk sebuah merk obat batuk. Dimulai dengan sebuah garasi di kawasan Cideng, dengan dua pegawal, usaha periklanan yang dlrmtisnya pada 1971 itu kini telah mempunyai gedung megah, Puri Matari. Jumat pekan lalu, ia meresmikan pemakalan kantornya ltU, yang bisa membuat 150 biro iklan lainnya di sini iri: lengkap dengan studio foto, amphiteather, studio rekaman modern, perpustakaan, dan fasilitas komputer. Pernah mengajar di SD dan SMP, bekerja untuk perusahaan asing, dan perwakilan biro iklan Singapura, Ken memutuskan mendirikan PT Matari Advertising, sekaligus menampung bekas langganan. PT Astra pun lantas digaetnya sebagai langganan pertama. Masuknya Konimex dalam daftar pelanggannya, 1977, menyebabkan Matari bersinar. Kini tercatat 30-an klien dalam daftarnya, dengan billing tertinggi dipegang Konimex, Daihatsu, dan Multi Bintang. Dari setiap kliennya, Ken menarik agency fee 15%-20%. Konon, klien-klien besar yang dimiliki Matari menghabiskan sekurang-kurangnya Rp 200 juta per tahun untuk biaya promosinya. Ken biasa lantang bersuara menghadapi ekspansi biro iklan asing ke Indonesia. Kata Ken, "Memang ada biro iklan di sini yang bekerja sama denan biro iklan asin." Namun, belakangan, Matari ikut mendirikan sebuah biro iklan, United Multi Media, yang bekerja sama dengan biro iklan asing. Bergerak di bidang periklanan, jasa pemasaran, dan komunikasi perusahaan, Matari didukung 150 pegawai yang tersebar di tujuh kota besar Indonesia. Sebagian besar saham perusahaan dimiliki oleh "saya dan keluarga, serta Paul W. Karmadi, sebagai pendiri," ujar Ken. Sisanya dipegang 15 karyawan. Setiap tahun, katanya, diadakan nominasi untuk karyawan yang berhak diberi saham. "Tapi, bila mereka keluar, sahamsaham itu harus dijual kembali kepada perusahaan," kata Ken.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini