Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Melaju tanpa beban defisit

Meskipun sanggup menyedot laba rp 4,3 milyar, bank duta tidak akan membayar dividen. laba yang ditahan untuk memperbesar modal. para direksi siap be- kerja keras meningkatkan kemampuan.

4 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kendati meraup laba Rp 4,3 milyar, Bank Duta tidak akan membagikan dividen. Direksinya siap bekerja keras. APA kabar Bank Duta? Di tengah pelbagai berita panas tentang harta Dicky Iskandar Di Nata (bekas Wakil Dirut Bank Duta), Bank Duta Senin pekan ini mengadakan Rapat Umum Luar Biasa (RULB) dan Rapat Tahunan Pemegang Saham di Wisma Serba Guna, Senayan, Jakarta. Suasana RULB berbeda dengan RUPS terdahulu, ketika jajaran direksi yang dipimpin Winarto Soemarto (yang disahkan pada RUPS Oktober 1990) lebih banyak menutup diri dan tenggelam dalam semangat kerja tak kenal waktu. "Bahkan sebagian sempat masuk rumah sakit," ujar Winarto. Kini, suasana baru menyelimuti bank yang saham mayoritasnya dimiliki tiga yayasan di bawah Presiden Soeharto (Yayasan Dakab, Yayasan Super Semar, dan Yayasan Darmais). Didampingi oleh Komisaris Utama Moeljoto Djojomartono dan jajaran komisaris sama seperti dulu (Ali Affandi, Hedijanto, Zahid Hussein, dan Mung Parhadimuljo), para direksi tampil penuh percaya diri di hadapan peserta rapat yang dihadiri kurang dari 50 orang itu. Winarto dan empat pendampingnya memang layak bersikap lebih tenang. Dahulu, sebelum mereka masuk, bank ini oleng. Hibah murni tanpa ikatan apa pun dari pemilik modal mayoritas telah menutup kerugian (akibat permainan valuta asing) Rp 778 milyar. Namun, hasil pemeriksaan akuntan publik membuktikan adanya kerugian operasional sebesar Rp 181 milyar. Belum genap satu semester mengendalikan bank yang oleng itu, mereka sudah berhasil menentukan posisi baru yang lebih optimistis -- selama tiga bulan pertama sanggup menyedot untung Rp 4,3 milyar. Namun, RULB mendukung langkah direksi untuk menahan laba dan tidak membayar dividen. Laba yang ditahan ikut memperbesar jumlah modal sendiri, yang menjadi tidak defisit lagi karena ada modal hibah (Rp 778 milyar) dan sisa agio saham Rp 38,5 milyar. Modal sendiri itu menjadi Rp 179 milyar. Maka, Winarto pun bisa bicara tentang Capital Adequacy Ratio (CAR) yang menurut BI harus tidak kurang dari 8%. "Kami siap. Tak ada beban defisit lagi bagi direksi, kecuali kerja keras meningkatkan kemampuan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus