Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PESATNYA perkembangan teknologi sistem informasi yang terjadi saat ini berimbas kepada kegiatan usaha. Di sektor keuangan misalnya, sistem informasi bisa membuat bisnis makin efisien dan bisa menjangkau nasabah potensial di daerah pelosok dengan mudah. Rasio inklusi keuangan masyarakat yang baru 36 persen dari jumlah penduduk 250 juta jiwa menjadi pemantik booming teknologi finansial (tekfin). Layanan keuangan berbasis teknologi ini menawarkan berbagai produk pinjaman atau pembayaran dengan mudah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peluang bisnis berbasis tekfin ini ditangkap Dima Djani yang menggagas usaha rintisan syariah Alami. "Kami meyakini teknologi bisa memajukan bisnis keuangan syariah," ujarnya. Alami merupakan perusahaan aggregator atau market place pendanaan syariah. Menurut Dima, Alami berfungsi mempertemukan calon debitor yang dari kalangan usaha kecil dan menengah dengan berbagai lembaga keuangan syariah seperti perbankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui Alami, pengusaha kecil dan menengah bisa mendapat pembiayaan alternatif selain perbankan. Dia mengatakan peluang mendapat pendanaan makin besar lantaran asas, batasan, dan manajemen risiko lembaga keuangan syariah memiliki karakteristik sendiri. Yang pasti, Dima berpromosi, para UKM tak perlu jauh-jauh dan repot-repot mengunjungi kantor cabang lembaga syariah.
Dima mengakui model bisnis tekfin dengan mempertemukan debitor dengan kreditor lembaga keuangan tak mudah. Untuk mempercepat pencairan pinjaman, Alami membantu dengan menjadi pendamping UKM. "Kami tidak bisa memastikan pencairan dana, yang penting kedua pihak bisa tertarik satu sama lain dulu untuk bernegosiasi," ujarnya.
Dima mendirikan Alami bersama Bembi Juniar dan Harza Sandityo pada akhir 2017. Mereka bertiga sebelumnya adalah profesional di bidang perbankan dan bagian legal industri keuangan. Skema bisnis keuangan syariah dipilih lantaran ketiganya sepakat melihat adanya potensi besar di model bisnis keuangan islami tersebut.
Meski baru seumur jagung, kata Dima, Alami telah bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia Syariah dan Bank Mega Syariah. Saat ini, sudah ada sekitar 20 usaha kecil dan menengah potensial yang mencari pendanaan Rp 100 miliar di market place-nya. "Yang benar-benar sudah cair pendanannya sebesar Rp 16 miliar dari enam UKM," kata kata Dima.
Terkait dengan pendapatan usaha, Dima mengatakan Alami memperoleh komisi dari total kredit yang dikucurkan. Ihwal pendanaan, perusahaan ini disokong oleh beberapa angel investor dan dana dari kontes start-up INSEAD Venture Competition.
Sekretaris Masyarakat Ekonomi Syariah, Edy Setiadi, mengatakan organisasinya terbuka terhadap inovasi bisnis syariah. Dia berharap makin banyak entrepreneur keuangan syariah pada masa mendatang. ANDI IBNU
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo