Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Memutar uang di mobil

Banyak para dealer mobil menjual dengan sistim kredit karena semakin seret penjualan & munculnya tipe-tipe mobil baru. yang diuntungkan pihak bank & perusahaan leasing. sistim kredit semakin gencar.

20 Juni 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENJUALAN mobil, kini, semakin seret. Lihat saja di koran-koran. Sekarang para dealer tidak hanya menawarkan velg racing, AC, tape recorder, atau pelayanan antikarat secara gratis saja, tapi juga penjualan kredit yang "menarik". Disebut demikian, karena jangka waktu pembayarannya bisa sampai 36 bulan, dengan bunga hanya 10%. Begitu pula uang muka yang ditarik hanya 10 %. Salah satu cabang PT Astra International di Jakarta Pusat, misalnya, memberikan kelonggaran pembiayaan untuk memasarkan Charade Turbo yang dijualnya. "Tapi untuk keperluan itu, kami terpaksa mengurangi sebagian keuntungan," kata San Gunawan, yang mengepalai cabang tersebut. Maklum, tingkat bunga untuk kredit mobil pada umumnya berkisar antara 11% dan 16%. "Keberanian" seperti itu diikuti juga oleh merk-merk lainnya. Sebuah dealer Suzuki. misalnya, selain memberikan hadiah langsung, juga memberikan kredit jangka 36 bulan, dengan bunga 11,25%. "Elabis, kalau mau jual tunai, saat sekarang sangat sulit. kecuali mobil jenis sedan," kata Soebronto Laras, Direktur Utama PT Indo Mobil Utama, agen tunggal Suzuki. Menurut Soebronto, banyak hal yang membuat para dealer nekat menjual dengan kredit. Salah satu dari penyebab itu adalah munculnya tipe-tipe baru, seperti Toyota Kijang Baru, dan Mitsubishi Jetstar, sehingga "Menimbulkan over stock di pasaran," ujarnya. Dicontohkan Bronto, taruhlah sebuah dealer, biasanya. rata-rata menjual scratus unit per bulan Nah, kalau dalam waktu sebulan itu tak seorang pun pembeli yang melakukan transaksi tunai, berarti sedikitnya uang yang tidak berputar Rp 1 milyar. "Kalau itu sudah terjadi, bisa dilayangkan, dealer harus menanggung heban biaya bunga yang cukup besar." katanya. Itulah sebabnya penjualan secara kredit semakin gencar. Tahun lalu saja, dari total penjualan semua merk yang mencapai 162 ribu unit, Bronto menduga, sedikitnya 70%, dijual dengan cicilan. Dan untuk tahun ini, diperkirakan penjualan kredit akan mencapai 90%. Siapa yang untung dari situasi ini? "Yang pertama, jelas pihak bank dan perusahaan leasing," jawab Bronto. Sebab, kalau dihitung-hitung, keuntungan yang diperoleh dealer tidak menjadi lebih besar. Sementara itu bank yang menjadi penjamin bisa dengan tenang memutarkan dananya, tanpa risiko yang berarti. Maklum, dengan memegang BPKB sebagai jaminan, pihak bank atau perusahaan leasin tak perlu takut nasabahnya kabur. Sedangkan pihak dealer hanya diuntungkan, karena penjualannya bisa lancar. Merasuknya kalangan perbankan ke dalam bisnis mobil tidak hanya melalui hubungan antara bank dan dealer, tapi juga dengan cara menyelenggarakan sendiri (seperti yang telah dilakukan oleh beberapa bank swasta nasional, dan bank asing). Bahkan BNI 46. sudah sejak tahun lalu mendirikan dua perusahaan pa tungan yang khusus menyelenggarakan penjualan mobil secara kredit. Hasilnya, memang tidak mengecewakan. PT Raharja Sedaya, misalnya, patungan antara BNI 46 dan Astra ini tahun lalu bisa menutup transaksi kredit sekitar Rp 100 milyar - kira-kira seperenam dari total penjualan Astra yang mencapai Rp 600 milyar. Begitu pula PT Swadarma Indotama (berpatungan dengan Suuki Group), meskipun belum diperoleh angka yang pasti, "Prospeknya sangat bagus," kata Soebronto. Apa pun yang terjadi, yang pasti, persaingan antarmerk ini telah mengarah pada persaingan harga. Yang tidak kuat tentu harus mundur. Merk-merk yang mati itu, biasanya. mereka yang tidak efisien sehingga menghasilkan produk yang mahal," kata seorang pejabat di Departemen Perindustrian. Benarkah ? Secara tidak langsung, Soebronto, sebagai Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengakui adanya kemungkinan itu. "Dalam jangka pendek saja, misalnya tahun ini, pasar mobil tidak akan secerah tahun lalu," ujarnya. Itulah sebabnya, ia menduga penjualan yang terjadi untuk 1987 akan merosot sampai 15%.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus