Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Mencoba lagi dengan tabloid

Setelah 2 kali terhenti terbit, "monitor" kembali terbit. memuat informasi tentang acara-acara tv, radio, film, informasi kaset video serta latar belakang kehidupan para artis yang membintangi. (md)

22 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH dua kali terhenti terbit, awal November lalu Monitor kembali mengunjungi pembacanya. Media -- dengan istilah lama yang sekarang diganti dengan memantau -- yang memuat informasi tentang acara-acara televisi, radio, dan film ini kini muncul dalam bentuk tabloid setebal 16 halaman. Sebagai pemimpin redaksi muncul Arswendo Atmowiloto, yang selama ini terkenal sering mengkritik acara TVRI. Isi Monitor yang sekarang tampak ingin lebih mendekatkan diri dengan konsumen. Tidak hanya acara tv, radio, film, dan informasi tentang kaset video saja yang disajikan, tapi juga latar belakang kehidupan para artis yang membintanginya. Selain itu, berita gosip, yang menurut pengelolanya merupakan berita yang sangat digemari, turut mewarnai pemunculannya yang perdana. "Tapi kalau ceritanya tidak muncul dari orang yang bersangkutan, tidak akan kami muat," kata Arswendo, sang pemimpin redaksi. Seperti kabar tentang Rhoma Irama punya tuyul, "Kalau Pak Haji tidak bilang sendiri, itu tidak termasuk konsumsi Monitor," tambahnya. Ada kesan enteng, memang. Ini diakui oleh Arswendo, tabloid bukan pers priyayi yang berpihak pada topik permasalahan, tapi bukan juga pers kampungan yang menjual isu, "Posisi kami ada di antara keduanya," katanya. Itulah sebabnya, Arswendo yakin, Monitor perdana, yang dicetak 200 ribu eksemplar, kelak akan menjadi mingguan yang besar. Apalagi tarif Rp 300 per eksemplar yang dipasangnya sudah diperhitungkan bakal terjangkau kocek para konsumennya dari masyarakat kelas menengah ke bawah. Banyak yang heran mengapa Arswendo, yang juga pemred majalah remaja Hai, begitu bersemangat membangun Monitor. Padahal, sebelumnya Arswendo dikenal sebagai kritikus TVRI yang galak. "Oh, kalau soal mengkritik televisi, tetap akan saya lakukan," jawabnya. Arswendo, yang membawahkan 14 personel, termasuk wartawan, tampaknya ingin mengelola Monitor secara profesional. Ini terlihat, misalnya, dari cara memperoleh bahan tulisan. Untuk memperoleh jadwal acara TVRI dari stasiun-stasiun pemancar di seluruh Indonesia, Monitor membayar informasi itu, seperti halnya membayar honor untuk sebuah karya tulis. "Minimal kami bayar Rp 75 ribu untuk setiap stasiun pemancar," ujarnya. Arswendo menganggap pengelolaan majalah yang bersifat khas ini sebagai tantangan. Itu sebabnya ia sangat bersemangat. Modal Rp 400 juta yang disediakan investor, menurut dia, cukup untuk hidup Monitor selama tiga bulan. Masih belum ketahuan, memang, apakah dengan menyebarkan 50% produknya di Jakarta, dan sisanya di luar Jakarta dan Jawa, Monitor bisa meraih banyak pembaca. Beberapa agen di Jakarta menggambarkan, Monitor memang belum dikenal masyarakat secara merata. Seperti yang dikemukakan Sukarjo, "Masih banyak pengecer, yang enggan menjual Monitor." Lain lagi pendapat Sarka, pemilik SAS Agency, yang telah berhasil menjual edisi pertama lebih dari tiga ribu eksemplar. Sebagai media baru, Monitor dinilai Sarka termasuk laris. "Tapi itu belum berarti Monitor digemari, karena saya yakin banyak orang membeli hanya karena ingin tahu saja," komentarnya. Memang, pada dasarnya, rasa ingin tahulah yang mendorong orang untuk membeli. Seperti yang dikatakan Harvey Malaiholo, yang juga menyimak Monitor edisi pertama, "Dengan dimunculkannya sisi lain dari tokoh-tokoh yang muncul di teve, ini menarik, sebab televisi sendiri dengan waktu yang terbatas tidak mungkin merinci secara mendetail." Apalagi untuk penonton teve daerah, yang kebanyakan masih memandang televisi sebagai sarana hiburan ketimbang sarana komumkasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus