Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Budi Santoso menargetkan harga MinyaKita akan turun pekan ini. Harga rata-rata nasional minyak goreng rakyat itu kini tembus Rp 17.100 per liter, lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 15.700 per liter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ya 2-3 hari sudah turun, sudah normal kembali,” kata pejabat karier yang diangkat jadi Menteri Perdagangan ini kepada wartawan di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Kamis, 28 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi Santoso menjelaskan, tren harga MinyaKita di wilayah Indonesia Timur saat ini sudah mulai menurun. Penurunan itu terjadi setelah timnya berkomunikasi dengan dinas, produsen, dan distributor di wilayah terkait. Ia juga mengklaim kenaikan yang terjadi tidak terlalu tinggi.
Untuk menjaga harga MinyaKita, mantan Sekretaris Jenderal Kemendag ini mengatakan, akan menambah pasokan di daerah-daerah yang kekurangan. Daerah-daerah yang dimaksud terutama di wilayah Indonesia Timur yang banyak merayakan Natal pada Desember 2024 mendatang.
Selain itu, Budi Santoso mengatakan instansinya telah memerintahkan Satgas Pangan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk terus mengawasi ketersediaan pasokan. Pengawasan itu terutama dilakukan di daerah-daerah yang pasokannya berkurang.
“Setiap hari akan melakukan pemantauan. Tim ini melaporkan melalui SP2KP, tiap hari, tiap saat, real time, itu selalu melaporkan,” kata eks Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag ini.
Lewat pemantauan ini, Budi mengaku bisa segera mengetahui kondisi harga MinyaKita yang masih tinggi di tiap daerah. Hal itu membuatnya bisa segera menghubungi dan berkoordinasi dengan penanggung jawab dan distributor di daerah terkait.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu, 20 November 2024, Budi Santoso mengungkap hingga Selasa, 19 November 2024 lalu, rata-rata harga nasional MinyaKita mencapai Rp 17 ribu per kilogram. Ia berujar ada wilayah dengan harga yang lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET). Ada pula yang sama dengan HET. “Tetapi secara nasional memang naik,” katanya.
Kenaikan harga MinyaKita terutama terasa di wilayah Indonesia Timur. Di sana, harga minyak goreng lebih tinggi dari rata-rata harga nasional. Menurut Budi Santoso, kenaikan harga terjadi sebesar 8,8 persen di atas HET atau sebesar Rp 15.700.
Budi Santoso mengaku telah menemukan indikasi penyebab melambungnya harga minyak goreng ini. Menurut dia, kenaikan ini disebabkan terbentuknya rantai distribusi yang lebih panjang dibanding ketentuan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2024. "Yang seharusnya distribusinya itu kan dari produsen, D1, D2, dan pengecer, namun di lapangan ini terjadi beberapa transaksi dari pengecer ke pengecer,” kata Budi Santoso.