Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mendiamkan Pasar

Usul pemotongan kuota dari Menteri Subroto untuk menaikkan harga pada sidang di Jenewa ditolak. Harga minyak yang terus merosot akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi anggota OPEC. (eb)

5 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARGA minyak kian terombang-ambing, sepekan sesudah sidang OPEC paling panjang dalam sejarahnya berakhir di Jenewa. Sidang selama sembilan hari (16-24 Maret) itu memang tidak menghasilkan keputusan bulat -- kendati usul Menteri Pertambangan dan Energi Subroto cukup menarik. Memasuki kuartal kedua (April-Juni) mendatang, Menteri mengusulkan agar kuota anggota diturunkan dari 16 juta barel jadi 14-14,5 juta barel sehari, untuk mendorong harga minyak bergerak kembali ke angka US$ 28. Tapi, anggota yang terancam kerawanan ekonomi dan politik karena penurunan penerimaan pajak dan devisa minyak dibebaskan dari pemotongan kuota. Sebaliknya, negara seperti Arab Saudi, yang dianggap cukup tahan pukulan, kuota produksinya bakal dipotong dari 4,35 juta barel jadi 3,76 juta barel sehari. Anggota lain, secara tidak merata, juga akan disunat kuotanya. Kuota Venezuela, urltuk musim mendatang itu, bakal diturunkan dari 1,4 juta jadi 1,36 juta barel. Tapi usul yang dianggap rasional itu tidak disetujui pihak Venezuela, yang tak menginginkan pemotongan kuota sebarel pun. Juga Persatuan Emirat Arab (PEA). "Kuota kami diputuskan di Abu Dhabi, bukan di sini," kata Mana Said al Oteiba, Menteri Perminyakan PEA, yang menginginkan kuotanya dinaikkan dari 950 ribu barel jadi 1,5 juta barel sehari. "Kami tidak mencapai persetujuan mengenai kuota, atau produksi tertinggi. Kami berbeda pendapat," tambahnya. Kegagalan OPEC menelurkan kesepakatan itu, tentu, membuat masygul para penin jau dari Angola, Mesir, Malaysia, Meksiko dan Oman. Kelima anggota non-OPEC itu padahal, sudah menyatakan bersedia memotong produksi mereka, kendati tidak diharuskan menyunat sampai 20%. Bagi Saudi sendiri, yang mengusulkan agar OPEC mengambil pasar lebih besar di dalam perdagangan minyak internasional, sidang terakhir di Jenewa itu tak berarti banyak. Maret lalu, negeri ini gagal mengajukan RAPBN 1986-1987, dan menundanya untuk masa paling sedikit lima bulan mendatang -- karena menganggap hingga kini me reka masih sulit menebak harga minyak. Seperti juga Indonesia, anggaran Saudi pada tahun fiskal sekarang dibuat dengan anggapan harga minyak tetap US$ 28 per barel Perkiraan itu ternyata meleset. Penurunan harga diduga menyedot banyak cadangan devisa, hingga kini angkanya berada di bawah US$ 100 milyar. Tentu, 13 anggota OPEC tidak menyukai turunnya harga minyak itu akan berkepanjangan seperti yang kemudian terlihat pada makin jatuhnya harga Brent untuk penyerahan Juni sekitar US$ 11,40. Turunnya harga yang menyebabkan terkurasnya cadangan devisa dan penerimaan APBN, jelas, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi mereka. Tapi tidak bagi sejumlah negara industri pembeli minyak. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi mereka diduga akan naik dari perkiraan 2,5% jadi 3,25%. Turunnya harga minyak juga akan menyebabkan mereka menghemat devisa lebih dari US$ 150 milyar. Sebagai salah satu negara industri, Jepang akan banyak memetik keuntungan dari situ Akhir Maret lalu, mereka bisa memperoleh Minas dengan harga US$ 16,80. Di pasar tunai, jenis minyak andalan utama Indonesia itu ditawarkan US$ 12,80. Minyak berat macam Duri malah hanya berharga di bawah US$ 10 per barel. Pasar minyak di Jepan memang sangat berat untuk dihadapi. Banyak hal memang bisa terjadi menjelan pertemuan kembali 13 anggota OPEC 15 April mendatang di Jenewa. Jadi, bisa dimengerti orang sepenting seperti Menteri Perminyakan Saudi Sheik Zaki Yamani, yang biasanya jadi bintang selama sidang, juga lebih banyak diam. Sikap itu tampaknya diperlukan supaya harga minyak tidak tertekan lagi oleh sejumlah pernyataan -- bukan oleh mekanisme pasar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus