Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan, kemitraan dengan perguruan tinggi kerap dianggap beban oleh dunia industri. Kerja sama dengan kampus pun belum dipandang industri sebagai investasi strategis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Seringkali, kerja sama antara perguruan tinggi vokasi dengan dengan industri dianggap beban. Terutama beban untuk industri,” ucap Satryo dalam Urun Rembug Ekspor Nasional di Kantor Kementerian Perdagangan, Jumat, 6 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerja sama itu terutama dalam bentuk program mahasiswa. Tahun lalu, program ini memuncaki daftar jenis kemitraan perguruan tinggi-industri yang paling kerap berlangsung. Satryo berharap, lewat program ini industri dapat manfaat dari mahasiswa yang magang di tempat mereka.
“Yang terjadi adalah kebanyakan industri barangkali belum terlalu siap, jadi merasa anak-anak yang magang ini beban mereka,” kata eks Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi itu.
Satryo mengatakan kondisi ini perlu diperbaiki. Kemitrraan perguruan tinggi dan industri, kata dia, harus bermanfaat ke dua belah pihak. Mahasiswa yang magang mendapatkan ilmu dan pengalaman. Sedangkan industri memperoleh tambahan kemampuan untuk meningkatkan produksi.
Angka magang mahasiswa nyaris sama dengan keseluruhan jumlah kemitraan, yakni 1.898 sepanjang 2023. Yang lain, kata Satryo, presentasinya sangat kecil. Dari data yang dilihat Tempo, bentuk-bentuk kegiatan yang tertinggi di bawah magang di antaranya pengabdian masyarakat (409), riset (369), dan dosen tamu (359). Sisanya, semuanya di bawah 300 kegiatan.
Padahal, program-program lain yang tertera dalam daftar itu cukup beragam. Program-program itu di antaranya penggunaan sarana dan prasarana, jasa kepada industri, pendampingan kewirausahaan, kunjungan industri, publikasi ilmiah, penyerapan lulusan, dan kelas industri.
“Pertukaran dosen atau staf antara dunia usaha dan perguruan vokasi itu juga hampir tidak ada, kecil sekali,” kata Satryo, mengomentari program pertukaran dosen yang hanya berlangsung 11 kali.