Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAK panggung kehilangan bintang, uji kepatutan dan kelayakan anggota Badan Pemeriksa Keuangan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu pekan lalu, terasa hambar. Kursi di ruang rapat Komisi Keuangan seluas lapangan futsal itu cuma terisi beberapa.
Dari total 55 anggota Komisi, hanya sepuluh yang hadir. Padahal mereka sedang menggelar hajatan serius. Siang itu, anggota Komisi menyeleksi John Reinhard Sihombing, satu dari 33 calon yang memperebutkan dua kursi anggota BPK periode 2012-2017.
Seleksi itu mencari pengganti Wakil Ketua BPK Hermawan Widyananda, yang meninggal pada 20 Juni tahun lalu, dan anggota BPK, Sapto Amal Damandari, yang habis masa jabatannya pada Mei mendatang. Ada 35 pelamar ikut seleksi, tapi dua kandidat mundur. Dua anggota terpilih akan diumumkan Rabu pekan ini.
Sepinya anggota Komisi Keuangan yang hadir memunculkan dugaan seleksi ini hanya basa-basi. Setiap fraksi di Komisi Keuangan sudah punya jago sendiri. Sumber Tempo membisikkan, ada empat kandidat kuat yang sudah ditentukan sedari awal. Mereka adalah Sapto (kembali mencalonkan diri), Farid Prawiranegara (anggota Dewan Pembina Partai Demokrat), Parwito (tenaga ahli BPK bidang pertahanan dan keamanan), dan Agung Firman Sampurna.
Farid, misalnya, mendapat sokongan kuat dari Fraksi Demokrat lantaran ia memang anggota partai berlambang mirip Mercy itu. Wakil Ketua Komisi dari Fraksi Demokrat, Achsanul Qosasi, tak membantah. "Selain anggota Partai, dia (Farid) punya kompetensi," ujarnya. "Kekurangannya hanya umur yang sudah 63 tahun."
Undang-Undang BPK menyebutkan presiden atas usul BPK dapat memberhentikan ketua, wakil ketua, dan anggota BPK karena berusia 67 tahun. Artinya, jika Farid terpilih, Presiden Indo Consult itu hanya mampu mengabdi paling banter sampai 2016.
Sebagian anggota Komisi juga mempersoalkan kedekatan Farid dengan partai penguasa. Kedekatan itu bakal memantik konflik kepentingan. "BPK lembaga independen. Tak boleh ada cawe-cawe partai," kata seorang anggota Komisi. Farid membantah tudingan ini. "Tak ada pesanan," ujarnya.
Sadar Farid bisa saja terganjal, Demokrat menyiapkan "kuda hitam" lain, yakni Syafri Adnan Baharuddin, yang pernah menjadi auditor utama BPK. "Tunggu keputusannya pada 7 Maret (Rabu) ini," ujar Achsanul.
Munculnya Parwito sebagai calon kuat juga cukup mengejutkan. Sumber Tempo lainnya mengatakan, bekas wartawan Bisnis Indonesia yang kerap meliput soal perpajakan ini muncul atas inisiatif Fraksi Partai Amanat Nasional. Tapi Ismet Ahmad, anggota Komisi dari Fraksi PAN, menyangkal kabar itu. "PAN belum menentukan pilihan," katanya. Isu lain berembus: Parwito juga dijagokan Ketua BPK Hadi Purnomo.
Sapto enggan berkomentar banyak mengenai pencalonannya. "Saya hanya ingin mengawal sesuatu yang sudah disusun sebelumnya." Emir Moeis dari Fraksi PDIP mengakui Sapto salah satu jagoan yang dielus Partai Banteng. Bekas tenaga ahli keuangan di Fraksi PDI itu dikenal dekat dengan Emir. "Tapi terlalu dini menyebut nama. Kami tidak berfokus pada satu nama," ujar Emir.
Sumber di PDIP menambahkan, partai tidak memaksakan Sapto sebagai "calon jadi". Ada sebelas kandidat lain yang terpantau radar PDIP, antara lain Emita Wahyu Astami (guru besar akuntansi Universitas Teknologi Yogyakarta), Farid, Syafri, dan Agung.
Indah Kurnia, dari Fraksi PDIP, mengatakan anggota Dewan tetap serius menyeleksi. "Bagi kami, proses uji tuntas ini tetap penting, bukan formalitas," ujarnya.
Adapun Agung adalah anak Kahar Muzakir, anggota DPR dari Golkar. Toh, Wakil Ketua Komisi dari Fraksi Golkar Harry Azhar Azis menyatakan mungkin fraksinya bulat memilih satu nama. Tapi bisa pula setiap anggota memilih kandidat sendiri. Walhasil, dalam satu fraksi kandidat bisa berbeda. "Subyektif memang, karena ini keputusan politik. Biar hati nurani yang menentukan."
Bobby Chandra, Martha Tertina, Subkhan Jusuf, Muhammad Rizki
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo