Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Mengenal Bioetanol, Bahan Bakar Nabati Pengganti Bensin yang Sedang Disiapkan Pemerintah

Bioetanol digadang-gadang menjadi pengganti alternatif bensin. Bahan bakar nabati itu diklaim lebih ramah lingkungan.

11 Juli 2024 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana melakukan pembatasan BBM bersubsidi termasuk bensin di masyarakat. Selain mengurangi beban anggaran subsidi, rencana itu diklaim bertujuan untuk mengurangi polusi. Sebagai solusinya, pemerintah sedang menyiapkan bahan bakar nabati yang diklaim lebih ramah lingkungan dari pada bahan bakar minyak berbahan fosil.

Ada banyak jenis bahan bakar nabati. Yang disebut-sebut pemerintah saat ini adalah bioetanol. Pemerintah akan mendorong penggunaan bioetanol sebagai pengganti bensin. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, bioetanol bisa mengurangi polusi karena memiliki kandungan sulfur yang jauh lebih rendah dari BBM. 

"Sulfur (pada bensin) ini sampai 500 ppm. Kita mau sulfur 50 ppm. Ini sedang diproses, dikerjakan Pertamina," ujar Luhut melalui unggahan di akun Instagram @luhut.pandjaitan, pada Selasa, 9 Juli 2024.

Bioetanol adalah jenis bahan bakar yang diperoleh melalui proses fermentasi biologis dari bahan organik, terutama tanaman yang kaya karbohidrat seperti jagung, tebu, sorgum, dan tanaman lainnya. Proses fermentasi ini mengubah gula dalam tanaman menjadi etanol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin kendaraan.

Bioetanol dikenal sebagai bahan kimia yang ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan alam, baik yang dapat dimakan (edible) maupun yang tidak dapat dimakan (non-edible). Pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 yang dapat digunakan kembali oleh tanaman, sehingga bioetanol berpotensi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Bioetanol yang dihasilkan melalui fermentasi dapat memiliki berbagai tingkat kadar. Bioetanol dengan kadar antara 90-94 persen disebut bioetanol tingkat industri. Jika kadar bioetanol mencapai 94-99,5 persen, disebut sebagai bioetanol tingkat netral, yang umumnya digunakan dalam campuran minuman keras. Sedangkan bioetanol dengan kadar minimal 99,5 persen disebut bioetanol tingkat bahan bakar, yang memiliki tingkat kemurnian yang sangat tinggi dan cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Untuk menyiapkan kebutuhan bahan pembuatnya, Presiden Jokowi telah membentuk Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Kepala Negara menunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebagai ketua satgas ini. Salah satu tugas utama satgas adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi permasalahan, serta mengumpulkan data dan dokumen yang diperlukan untuk mempercepat swasembada gula dan bioetanol.

Keunggulan Bioetanol

Penggunaan etanol sebagai bahan bakar memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan bakar minyak (BBM). Berikut adalah beberapa keunggulan utamanya:

1. Kandungan Oksigen yang Tinggi

Etanol memiliki kandungan oksigen sebesar 35 persen, sehingga saat dibakar menghasilkan pembakaran yang sangat bersih.

2. Ramah Lingkungan

Etanol lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas karbon monoksida yang lebih rendah, yaitu sekitar 19-25 persen lebih rendah dibandingkan BBM. Hal ini berarti etanol tidak memberikan kontribusi signifikan pada peningkatan konsentrasi karbondioksida di atmosfer, dan sumbernya dapat diperbarui.

3. Angka Oktan Tinggi

Etanol memiliki angka oktan yang cukup tinggi, yang meningkatkan stabilitas proses pembakaran. Hal ini menghasilkan daya yang lebih stabil dan efisiensi pembakaran yang lebih baik.

4. Pengurangan Emisi Gas Karbon Monoksida

Campuran bioetanol hanya sebesar 3 persen sudah mampu menurunkan emisi gas karbon monoksida menjadi hanya 1,3 persen. Ini menunjukkan bahwa etanol dapat membantu mengurangi polusi udara dengan mengurangi emisi gas beracun selama proses pembakaran.

Penerapan etanol sebagai alternatif bahan bakar dapat berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim dan menjaga kualitas udara yang lebih baik, sambil mendukung kemandirian energi dengan menggunakan sumber daya yang dapat diperbarui.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | YOLANDA AGNE | RIRI RAHAYU

Pilihan Editor: Pemerintah Bakal Gantikan Bensin dengan Bioetanol, Luhut: Hemat Anggaran Kesehatan Rp38 Triliun 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus