Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin mendorong Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi daerah penyangga utama bagi ketersediaan pangan di kawasan Indonesia Timur. Salah satunya dengan mempelopori penanaman benih inpari 48 blas dan benih padjajaran agritan sebagai benih genjah yang toleran terhadap cuaca panas El Nino.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami berupaya mengkondisikan kesiapan NTB menjadi salah satu provinsi yang akan menyanggah kawasan Timur, khususnya untuk ketersediaan pangan beras dalam menghadapi kontraksi El Nino," ujar Syahrul di Mataram, dikutip dari keterangannya, Sabtu, 12 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Syahrul, NTB merupakan salah satu wilayah subur yang memiliki tingkat produktivitas tinggi. Karena itu, dia ingin NTB menyuplai kebutuhan beras bagi masyarakat luas di seluruh Indonesia. Ia menilai hal penting yang perlu dilakukan petani saat ini adalah melakukan percepatan tanam ketika air masih tersedia dengan baik.
Dia berujar NTB harus berkontribusi bagi kepentingan nasional. Pasalnya, menurut dia, ancaman El Nino di Tanah Air sudah darurat. Tetapi di NTB masih tersedia air untuk menanam, sehingga harus dilakukan percepatan tanam. Kementerian Pertanian pun menyatakan telah mempersiapkan penanaman 500 ribu hektare di wilayah tersebut.
Kementerian Pertanian, kata dia, siap melakukan intervensi teknologi mekanisasi terhadap suatu daerah yang masuk pada zona kuning atau merah. Kementerian juga telah menyediakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian yang bisa membantu petani dalam mengembangkan usaha tani.
Pemerintah juga menyediakan varietas tahan kering, dengan harapan fenomena El Nino ini tidak terlalu ekstrem. Kendati demikian, Syahrul menegaskan cuaca ekstrem ini harus diantisipasi dengan serius.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan gerakan nasional penanganan El Nino di NTB ini difokuskan pada lahan potensial. Tujuannya untuk meningkatkan indeks pertanaman dengan menggunakan padi genjah dan tahan kekeringan.
Apalagi, tuturnya, selama ini NTB merupakan daerah bumi gora atau bumi gogo rancah dimana penanaman padi mereka dilakukan juga di lahan kering. Pemerintah pun mendorong budidaya tumpangsari dan pertanian terpadu. Suwandi berharap melalui cara itu petani bisa melakukan efisiensi biaya dan menggunakan input dari bahan organik dan alami sehingga ramah lingkungan.
Salah satunya adalah melalui pembuatan biosaka. Menurutnya, biosaka ini adalah hal yang baru, bukan pupuk dan bukan pestisida, tetapi elisitor yang bermanfaat bagi lahan dan pertanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Dia berharap biosaka ini segera menyebar ke seluruh petani dan dipraktekkan untuk menikmati manfaatnya.
Adapun Kementerian Pertanian memberikan berbagai bantuan kepada para kelompok tami NTB berupa 1,25 ton benih genjah tahan kering. Di antaranya benih inpari 48 blas, benih padjajaran, benih agritan dan benih cakra buana. Selain itu ada juga bantuan triokompos seperti pupuk, cairan penyubur dan cairan penanganan hama.