TIM bulu tangkis Indonesia kali ini perlu berjuang ekstrakeras. Sebab, perebutan mahkota juara dunia, yang diselenggarakan di Beijing, mulai 18 Mei, memberikan banyak keuntungan pada tuan rumah, yang sudah terkenal jago. "Soal makanan, udara, dan pengenal lapangan tak lagi jadi persoalan buat mereka. Maka, kelebihan lawan itu perlu kita imbangi dengan suporter dari Indonesia," tutur Ketua Harian PBSI Soemarsono. Untuk menggaet minat penggemar bulu tangkis nasional menjadi suporter dilakukan PBSI bersama Vayatour. Paket perjalanan yang memungut biaya US$ 1.750 ini, selain menyediakan tiket menonton pertandingan, juga memberi kesempatan berwisata. Sampai awal Mei, tur selama 12 hari ini telah menarik 36 peserta, yang datang dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Mereka ini berangkat ke Beijing, 20 Mei. "Yang penting, hadir di semifinal dan final," tutur Hendra, manajer tur Vayatour. Vayatour, kata Hendra, mengorganisasikan perjalanan ke Beijing ini tidak sematamata untuk tujuan komersial. Sebagian dari penjualan paket wisata ke Beijing (angkanya tak disebutkan) akan disumbangkan kepada PBSI. Ini bukan kali pertama Vavatour membantu PBSI. Sebelumnya, biro perjalanan ini sudah mengorganisasikan suporter untuk perebutan Piala Thomas maupun kejuaraan internasional lainnya. Sejauh ini, kata Soemarsono, pemberangkatan suporter ke Beijing tak ada masalah. "Semuanya berjalan lancar. Sebelum iklan dipasang kami sudah melapor ke Bakin," katanya. Tentang sebagian keuntungan yang diserahkan kepada PBSI, kata Soemarsono, bukan hal terlarang. "Selama itu tidak menyimpang dari peraturan PBSI," katanya. Tak selamanya bantuan itu tidak berbentuk uang. Adakalanya berupa fasilitas, seperti kredit tiket ke negara tempat berlangsung kejuaraan, atau tiket gratis sama sekali. Mengapa Vayatour? Soalnya, manajer Vayatour, Haditono, dulunya dokter PBSI. "Dia bukan orang lain buat PBSI," kata Soemarsono. Tcrnyata, tak semua pihak, terutama Taiwan, menyokong rencana PBSI dan Vayatour. "Setelah membaca iklan paket perjalanan Vayatour ke Beijing, Taiwan tidak akan memberikan visa lagi pada biro perjalanan itu jika mereka mengurusnya," kata sumber TF.MPO. Hendra darj Vayatour membenarkan adanya sanksi yang dikeluarkan perwakilan Taiwan di Indonesia untuk mereka. "Kami tidak boleh meminta visa untuk klien kami selama enam bulan," katanya. Menurut sumber TEMPO, kebijaksanaan menjatuhkan sanksi merupakan peraturan dari negara bersangkutan. "Kalau sudah ke Beijing, tidak lagi ke Taiwan," kata sumber itu. Ia menambahkan bahwa pemcrintah Taiwan keras dalam soal ini. "Karena Beijing komunis," tambahnya. Selama ini, perwakilan Taiwan cukup mengenal Vayatour, karena sudah banyak visa yang diurusnya. "Memang setiap tahun kami punya program ke Taiwan, dengan jumlah yang tidak tentu," kata Hendra. Di Taiwan, orang yang datang tak cuma untuk urusan bisnis, tapi juga urusan kesehatan. Menurut catatan perwakilan dagang Taiwan di Jakarta, jumlah mereka yang berangkat dari Jakarta sekitar 30 orang per tahun. "Banyak WNI yang berangkat ke Taiwan lewat jalur Singapura dan Hong Kong, karena biayanya lebih murah," tutur Yusni, staf bagian pers. Rumah sakit yang suka dikunjungi orang Indonesla untuk pengecekan kesehatan menyeluruh adalah Veteran General Hospital. Kecemasan Taiwan mengenai lakunya paket ke Beijing, selain soal politis, juga menyebabkan devisa Taiwan berkurang. Dan Vavatour tak takut menghadapi sanksi yang dijatuhkan Taiwan kepada mereka itu. "Tujuan kami 'kan baik. Membantu PBSI," ujar Hendra. Bagaimana kalau peserta tur ingin melanjutkan perjalanan ke Taiwan ? "Kami persilakan mereka mengurus visanya perorangan," tambah Hendra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini