SUN Tzu adalah seorang jenderal Tiongkok yang lihai. Ia menulis buku tentang strategi perang, yang menjadi best seller pada zamannya. Bahkan, hingga sekarang buku itu masih dibaca orang. Kaisar sangat terkesan oleh kepiawaian Sun Tzu, lalu memerintahkannya untuk menghadap. "Long Live The Emperor!" seru Sun Tzu takzim ketika tiba di hadapan Kaisar. "Coba buktikan teori-teorimu tentang penyiasatan dengan mengatur para selirku," titah Kaisar. Sun Tzu tahu, Kaisar pusing mengatur ke-150 selirnya yang tak disisiplin. Sun Tzu bersedia melakukan titah Kaisar. Syaratnya: Kaisar harus memberikan wewenang penuh kepada Sun Tzu untuk melakukan apa saja yang dianggapnya perlu. Kaisar, yang sudah tiba pada puncak kepusingannya, tak keberatan dengan syarat yang diminta itu. Sun Tzu herpendapat bahwa disiplin bisa ditanamkan melalui pelajaran barisberbaris. Ia pun tahu bahwa mengajar 150 orang selir sekaligus untuk baris-berbaris adalah sebuah tragedi. Ia lalu memilih tiga orang selir yang paling dikasihi Kaisar. Ketiga orang itulah yang kemudian dididikya secara khusus untuk menjadi pelatih baris-berbaris. Setelah dianggapnya cukup, ketiga selir itu dimintanya melatih pasukan selir yang telah dibagi menjadi tiga kelompok. Dapat diduga, acara itu segera berubah menjadi kekacauan besar. Ketiga pelatih maupun semua peserta hanya cekikikan di lapangan, dan mereka sengaja membuat kesalahan-kesalahan untuk meledakkan tawa yang lebih besar. Sun Tzu lalu membubarkan barisan, dan memanggil ketiga selir tersayang itu. "Begini, Nyonya-nyonya. Saya adalah orang yang percaya bahwa bila saya gagal menurunkan suatu ilmu, artinya saya tak berhasil menjelaskannya dengan baik. Karena itu, prosesnya harus saya ulangi sekali lagi." Lalu proses yang membosankan itu pun diulangi. Sun Tzu menyampaikan pelajarannya lebih lambat, lebih terinci, lebih jelas. Ketiga selir mengikuti pelajaran sambil menguap lebar-lebar dan sesekali berbisik-bisik sesamanya. Pelajaran baris-berbaris untuk semua selir pun diselenggarakan kembali. Persis sama dengan yang pertama, acara itu pun berantakan. Sun Tzu, sekali lagi, membubarkan barisan. "Nyonya-nyonya," kata Sun Tzu dengan sabar, di depan tiga selir utama. "Kalau kekeliruan ternyata telah terjadi lagi, maka saya pikir kesalahannya terletak pada Nyonya-nyonya dalam menyerap dan menyampaikan kembali pelajaran ini. Sekarang saya beri kesempatan sekali lagi kepada Nyonya-nyonya untuk melatih baris-berbaris secara baik dan penuh disiplin. Sementara itu, bila ada hal-hal ang belum jelas, silakan hertanya sekarang. Ternyata, tak ada yang bertanya. Ketiganya menyatakan hahwa baris-berbaris adalah urusan gampang. Mereka juga meremehkan Sun Tzu sambil menyanggupi bahwa esok pasti pelajaran baris-berbaris akan berjalan lancar. Esoknya, kekacauan terjai kembali Sun Tzu pun mengumpulkan ketiga selir utama setelah membuat arakan barisan. "Nyonya-nyonya, berdasarkan teori siasat saya, bila tiga kali berturut-urut suatu hai gagal dilakukan, maka orang yang gagal itu harus dihukum pancung. Karena itu, besok di hadapan seluruh selir Kaisar, saya akan melaksanakan hukuman ini." Ketiga selir itu terperanjat. Mereka lari menghadap Kaisar untuk mengadukan Sun Tzu. Sun Tzu pun scgera dipanggil menghadap. "Benarkah Jenderal hendak memancung ketiga selir terkasih saya?" "Benar, Paduka." "Saya minta Jenderal membatalkan niat itu. Saya sungguh mencintai ketiga selir itu, dan tak ingin kehilangan satu pun dari mereka." "Tetapi, bukankah Kaisar telah memberi wewenang penuh kepada saya untuk mendisiplinkan ke-150 selir Paduka?" Kaisar menyerah. Ia tak ingin mencabut wewenang yang telah didelegasikannya kepada Jenderal Sun Tzu. Esok paginya, kehebohan itu terjadilah. Jenderal Sun Tzu memenggal leher jenjang ketiga selir elok itu di depan semua selir yang hadir lengkap. Lalu, Sun Tzu berkata "Sekarang saya akan memilih tiga orang lagi untuk menjadi pelatih baris-berbaris. Akan saya berikan tiga kali kesempatan kepada mereka untuk melatih baris-berbaris dengan baik. Bila gagal, Nyonya-nyonya tahu apa yang akan saya lakukan." Sun Tzu berhasil. Kaisar kini tak pusing lagi dengan ke-147 selirnya yang hidup teratur serta penuh disiplin - semuanya berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan Kaisar. Kaisar telah kehilangan tiga selir yang paling dikasihinya Tetapi kini ia memiliki 147 selir yang jauh lebih disayanginya. Itulah kiat Sun Tzu tentang personnel management dan pendelegasian wewenang yang diceritakan kepada saya oleh Ir. Yani, seorang penggemar kiat yang bekerja di Bentoel sebagai direktur. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini