Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan program pembangunan 5.000 titik jaringan irigasi akan terus diselesaikan hingga 2019 mendatang. Ia mengatakan program ini bertujuan untuk menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT), namun dalam skema lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mentransfer uang ke daerah tapi orang harus kerja dulu," kata Basuki saat ditemui di acara ground breaking jalan tol Padang-Pekanbaru di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Jumat, 9 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Basuki, satu lokasi jaringan irigasi akan dikerjakan oleh kurang lebih 160 petani, tukang, hingga kenek. Upah yang diberikan mulai dari Rp 80 hingga Rp 110 ribu per orang. Pembangunan ini sepenuhnya dibiaya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Pastinya kalau irigasinya baik, sawah tentu terairi dengan teratur," kata Basuki.
Sebelumnya dalam tiga hari terakhir, Basuki mendampingi Presiden Joko Widodo atau Jokowi, meninjau sejumlah program padat karya di Provinsi Sumatera Barat. Dua lokasi pembangunan jaringan irigasi dikunjungi Jokowi, di Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Tanah Datar.
Pembangunan jaringan irigasi ini sendir merupakan bagian dar program padat karya tunai Kementerian PUPR. Selain jaringan irigrasi dalam program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI), PUPR juga memberdayakan petani untuk membangun jalan usaha tani. Jalan ini dibangun untuk mempermudah penangkutan hasil panen.
Untuk Sumatera Barat sendiri, kata Basuki, terdapat setidaknya 150 lokasi padat karya, 98 diantaranya adalah pembangunan jaringan irigasi. Total anggaran yang digelontorkan untuk Sumatera Barat sendiri mencapai Rp 33 miliar.
Dari pantauan Tempo di lapangan, program pembangunan jaringan irigasi ini memang tengah dikerjakan. Salah seorang Ketua Kelompok Tani setempat, dari Kelopok Sawah Banda Tangah, Nasrizal, mengatakan keberadaan jalan usaha tani ini juga menekan ongkos produksi. "Untuk harga beras memang tidak berubah, tapi untuk biaya pengangkutan pupuk jadi lebih murah." Jika sebelumnya perbaikan jalan biaya angkut pupuk mencapai Rp 7.500 maka dengan jalan ini, biaya turun menjadi hanya Rp 2 ribu.