BISA dimengerti bila setiap acara iklan di tivi ditutup dengan
kalimat: "teliti sebelum membeli" atau "pilih yang baik". Tidak
jarang iklan yang kini kian merangsang mata para pirsawan itu -
terutama kaum ibu dan anak-anak - lama-lama jadi seperti terbius
dibuatnya. Hingga pemeo lama "pembeli adalah raja" sudah
terbalik. Sebab sesungguhnya pembeli itu sudah seperti didikte
oleh si produsen atau pengusaha liwat aneka reklame yang
menggiurkan. Begitulah, seorang bocah yang beherapa kali melihat
iklan minuman Ovaltine di tivi pada suatu malam berkata: "Bu,
beli dong yang itu, biar goyang-goyang di perut....". Iklan itu
menunjukkan bahwa siapa saja yang meminumnya, akan merasakan
adanya silinder bubuk ovaltine yang bergerak-gerak naik turun
di dalam perut.
Siasat merangsang para pembeli macam itu antara lain dikemukakan
dalam seminar tentang perlindungan konsumen di hotel Sahid Jaya
Jakarta, dua pekan silam. Namun yang agaknya belum disinggung
dalam seminar yang disponsori oleh Lembaga Konsumen itu adalah
cara-cara menjual barang liwat para pemuda ganteng dan wanita
cantik. Para penjual yang tentunya berpakaian necis menarik itu
tidak segan menetuk pintu rumah pada jam-jam kerja. Tentu yang
dituju adalah sang ibu rumah-tangga yang baru saja menerima
gaji suami. "Dan yang paling jadi sasaran adalah nyonya-nyonya
"kelas Mentenlg", kata Permadi SH. Menurut Sekretaris Lembaga
Konsumen itu, tidak jarang para nyonya itu tergiur dengan
obrolan manis para penjual. Tapi kemudian baru sadar bahwa yang
dibeli itu jatuhnya keliwat mahal.
Gadis Bandung
Maka tak heran bila seorang nyonya di Kebayoran dan 2 orang
nyonya lain yang tinggal di bilangan Tanah Abang pada suatu hari
telah datang mengadu ke Lembaga Konsumem Kabarnya tiga nyonya
itu merasa tertipu karena membeli satu set panci - dengan janji
akan diberi sendok, garpu dan pisau - seharga Rp 300.000. Angka
sebanyak itu baru diketahui setelah sang suami menghitung-hitung
harga panci yang boleh dibayar cicil selama 12 bulan. Maka
setelah membandingkan dengan harga kontan untuk satu set panci
dari merek yang sama (Rena Ware), mata sang suami jadi
terbelalak. Ternyata harganya tidak lebih dari Rp 38.000 satu
set, sekalipun tanpa janji diberi sendok garpu plus pisau.
Apa sebabnya sampai para nyonya - yang mungkin kebanyakan duit
itu-jadi sampai demikian terkecoh? Sekalipun yang datang itu tak
memiliki ilmu sulap atau sihir. Tapi "tersihirnya" kaum ibu itu
konon karena para penjaja itu sebelumnya sudah diajari ilmu
jiwa.
Seminar Lembaga Konsumen ini juga dilengkapi dengan pameran dari
barang-barang yang karena beberapa hal dinyatakan sebagai tidak.
memenuhi syarat untuk dipakai oleh manusia. Seperti di sebuah
pojok terlihat beberapa bungkus susu Ultra (itu susu dalam
bungkus kartun yang katanya "tahan lama"). "Masyarakat agak ragu
dengan susu ini" kata Permadi. "Pembeli tak dapat membaca dengan
jelas sampai kapan susu itu masih bisa diminum secara sehat.
Namun akhir-akhir ini oleh pabriknya sudah dicantumkan
angka-angka kode, sekalipun tak disebut dengan jelas masa
berlakunya atau bisa diminum hingga tanggal berapa". Begitu pula
dengan rokok, daya tahan lamanya pun berbeda-beda. Yang
dibungkus dengan karton bisa tahan hingga 6 bulan tapi yang
dibungkus dengan kertas yang lebih tipis dari karton cuma 3
bulan. Yang diharapkan adalah: kejujuran produsen untuk
mencantumkan dengan jelas batas waktu tahannya (expired-date)
dari barang yang dibuatnya. Selain itu ada juga terjadi
penyalahgunaan obat akibat adanya petunjuk yang ada di bungkus.
Sebagai contoh, itu kapsul Super-Heporin, obat khusus untuk
wanita yang terlambat datang bulan. Karena di bungkusnya
tertulis 'orang hamil dilarang minum', konon ada kaum remaja
puteri Bandung menggunakannya untuk obat menggugurkan kandungan.
Ringsek
Lebih jauh Seminar juga membicarakan obat-obat kosmetik yang
katanya dibuat khusus untuk daerah tropis. Menurut dr. Ko King
Toen, anggota Panitia Hygiene Kosmetika dan Alat Kesehatan R.I:
"pengertian tropicalized ini lebih condong kepada nilai promosi
daripada mutu sebenarnya". Lebih jauh dokter ini dengan tegas
menyebutkan, "tidak ada satu bahanpun yang diciptakan untuk satu
iklim tertentu. Dan hingga saat ini dokter ini belum pernah
menemukan adanya literatur yang menyinggung soal pembuatan
kosmetik yang khusus untuk daerah tropis.
Masih menyangkut soal mutu barang, Permadi menambahkan: "dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Konsumen dapat
diketahui bahwa hampir semua mobil hasil assembling Indonesia
mutunya jauh di bawah mutu yang dibuat di negeri asalnya.
"Toyota Corolla body-nya cepat menjadi kropos dan truk Colt
praktis ringsek setelah mengalami tubrukan sekali saja",
katanya. Konon itulah yang disebut mutu yang khas Indonesia.
Tapi sayangnya pula, konsumen Indonesia harus membayar lk Rp 4
juta untuk mobil yang kurang mutunya itu, pada hal dengan jumlah
uang yang sama (Ik. US $ 10.000), seorang pembeli di luar negeri
bisa membeli mobil yang jauh lebih baik. Ada pula penyakit lain
pada diri produsen. Barang contoh yang disampaikan kepada
pemerintah ataupun yang di pamerkan di ruang pameran selalu
dengan mutu standar. Tapi yang dijual di pasar justru jauh lebih
buruk dari yang dites oleh pemerintah. Sebagai contoh adalah itu
asbes gelombang buatan Pulogadung yang ternyata cepat pecah
setelah diinjak orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini