Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Microsoft Panaskan Persaingan E-commerce

Bukalapak dan Microsoft menyepakati perjanjian investasi.

9 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana Kantor Bukalapak, Jakarta, Oktober 2019. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Pandemi Covid-19 tidak menghentikan langkah Microsoft untuk melakukan investasi. Pekan lalu, perusahaan teknologi informasi itu menyepakati perjanjian investasi dengan Bukalapak. "Bukalapak menjadi e-commerce pertama di Indonesia yang menerima investasi dari Microsoft," ujar CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin kepada Tempo, akhir pekan lalu.

Menolak menyebutkan nilainya, ia menyatakan, Microsoft memfokuskan investasi pada pembangunan infrastruktur teknologi untuk mendukung layanan Bukalapak. Salah satunya dengan menggunakan Microsoft Azure sebagai platform cloud. Saat ini Bukalapak menaungi 12 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta 100 juta pelanggan. Sebanyak 6 juta pelaku usaha sudah berdagang di dalam jaringan.

Menurut Rachmat, berbekal kerja sama ini, Bukalapak dapat memberikan pelatihan keterampilan digital untuk karyawan perusahaan serta para pelapak. "Perusahaan juga akan mencari peluang guna membantu menjadikan dunia digital relevan bagi setiap individu," ujarnya.

Selain itu, kata dia, Bukalapak mempersiapkan diri menghadapi dampak Covid-19 yang diperkirakan masih mempengaruhi daya beli masyarakat hingga tahun depan. Rachmat menyatakan perusahaan berupaya memperluas pasar serta memperkuat lini bisnis online to offline. Tak hanya itu, lini business to business (B2B) Bukalapak yang memungkinkan UMKM untuk ikut dalam pengadaan barang dalam skala besar pun akan terus dikembangkan.

“Bukalapak juga akan melengkapi stock keeping unit (sistem identifikasi produk), khususnya barang kebutuhan pokok,” ucapnya.

Rachmat menyatakan kesepakatan dengan Microsoft dapat terjadi lantaran adanya kesamaan visi di antara kedua perusahaan untuk memberdayakan ekonomi dan menciptakan dampak berkelanjutan melalui infrastruktur teknologi. Dia menambahkan, keahlian dan rekam jejak Microsoft di bidang teknologi akan menguntungkan Bukalapak.

Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee, menyatakan Bukalapak dan layanannya memiliki dampak jangka panjang bagi masyarakat. "Inovasi mereka di pasar yang berubah cepat akan menciptakan peluang baru bagi pelapak, bisnis, dan konsumen,” katanya. Dia optimistis teknologi Microsoft akan membantu Bukalapak memberikan layanan jual-beli yang lebih efisien.

Kerja sama dengan Microsoft menambah panjang deretan investor Bukalapak. Salah satu investor besar perusahaan yang didirikan pada 2010 ini adalah PT Kreatif Media Karya (KMK). Anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk ini berinvestasi pada 2015. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada 2019, PT KMK tercatat menguasai 35,17 persen saham Bukalapak. Bukalapak juga mendapat dukungan dari anak usaha Alibaba, yaitu Ant Financial, dan perusahaan pembiayaan Singapura, GIC Pte Ltd.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai masuknya Microsoft akan membuat persaingan e-commerce semakin ketat. "Sejak dua tahun terakhir, Bukalapak terus mengejar pemain lainnya," kata dia. Dia mengungkapkan, pesaing Bukalapak, seperti Tokopedia dan Shopee, terus menggunakan strategi bakar uang sehingga nilai transaksinya semakin tinggi. Sebagai perbandingan, pada 2018, Tokopedia mencatatkan nilai transaksi US$ 5,9 miliar; Shopee US$ 3,9 miliar; dan Bukalapak US$ 1,9 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepanjang tahun lalu, Bukalapak menargetkan nilai transaksi sebesar US$ 5 miliar. Target itu dibuat setelah pada September 2019 perusahaan ini mencatat jumlah transaksi sebesar 2 juta kali per hari. Pada masa pandemi, Bukalapak tetap mencatatkan kenaikan jumlah transaksi, tapi nilainya diklaim stagnan lantaran barang yang dibeli konsumen berharga lebih murah.

Ketua I Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia, William Gozali, menyatakan potensi perusahaan rintisan e-commerce untuk bertumbuh masih sangat besar, terutama bagi platform yang mewadahi UMKM. "Sektor seperti B2B commerce, social commerce, dan foodtech masih memiliki ruang pertumbuhan," ujarnya. Saat ini, kata dia, Indonesia memiliki 50-60 juta UMKM.

CAESAR AKBAR | VINDRY FLORENTIN


11

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus