Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sepi Cuan Pengusaha Kecil pada Masa Kampanye

Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor konfeksi tak kecipratan cuan pada masa kampanye pemilu kali ini. Kalah bersaing dengan produk impor.

10 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
UMKM pembuatan kaus pemilu di Srengseng Sawah, Jakarta, 31 Oktober 2023. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Penurunan omzet alat peraga kampanye pada sektor konfeksi bisa mencapai 40-90 persen.

  • Peserta pemilu ditengarai lebih banyak memesan atribut dan alat peraga kampanye impor yang lebih murah.

  • Omzet bisnis percetakan relatif masih stabil.

HIRUK pikuk masa kampanye Pemilihan Umum 2024 tak terasa di lantai 2 Blok B Pasar Tanah Abang. Padahal, di lokasi ini, terdapat puluhan toko konfeksi yang menjajakan kaus polos. Momentum pesta demokrasi biasanya menjadi ajang bagi para pengusaha di pusat grosir terbesar di Asian Tenggara itu untuk meraup keuntungan. Namun pada pemilu kali ini, mereka sepertinya harus gigit jari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat Tempo mengunjungi pasar tersebut, Selasa, 9 Januari 2024, alih-alih kesibukan, para penjaga toko justru terlihat menganggur. Hanya terlihat satu-dua toko yang kedatangan pembeli. Beberapa penjual mengaku jumlah pemesanan atribut kampanye menurun drastis dibanding lima tahun sebelumnya. Salah satunya Fauzan Budiman, penjaga toko kaus Dnilya di Blok B.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pesanan kaus pada pemilu kali ini, menurut Budiman, sangat sepi. Sebagai perbandingan, pada Pemilu 2019, ia bisa menerima orderan hingga seribu potong kaus. "Sekarang kurang dari setengahnya," kata Budiman, kemarin. Selain volume penjualan menurun, jumlah pemesanan anjlok. Lima tahun lalu, dia bisa mendapat tiga kali pesanan kaus dalam sepekan. "Sekarang bisa dalam seminggu tidak ada orderan sama sekali."

UMKM sablon kaus pemilu di Srengseng Sawah, Jakarta, 31 Oktober 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Hal yang sama dirasakan Muhammad Nur Rizki. Pria yang sudah enam tahun menjual kaus di toko D&R Collection di pasar yang sama ini mengaku ada penurunan pendapatan pada pemilu kali ini dibanding sebelumnya. “Turunnya sampai 50 persen,” kata dia.

Penurunan omzet para pengusaha konfeksi ini tak cuma dirasakan para pedagang di Tanah Abang. Ketua Asosiasi Indonesia Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) Nandi Herdiaman mengatakan secara umum pemesanan atribut kampanye dari partai politik dan calon legislator kepada anggota asosiasinya turun hingga 70 persen dibanding periode pemilu sebelumnya.

“Pemesanan baju pada Pemilu 2019 bisa mencapai 10 juta helai, sementara pada periode ini hanya berkisar puluhan ribu,” ujar Nandi, Senin, 8 Januari 2024. Jika sebelumnya pelaku usaha sudah kebanjiran order tiga bulan sebelum masa kampanye, kali ini kebanyakan pesanan baru datang menjelang acara tertentu, seperti deklarasi. Jumlah pesanannya pun sedikit, paling banyak 50 ribu lembar.

Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumandir) Hermawati Setyorinny membenarkan bahwa tak semua pelaku usaha kecil kecipratan cuan kampanye. Menurut dia, pada Pemilu 2024, lebih banyak peserta pemilu yang mengorder atribut kampanye kepada pelaku usaha yang sudah bermitra dengan partai politik. “Dulu anggota kami masih dapat orderan dari beberapa partai politik karena dianggap murah, tapi sekarang tidak lagi. Terlebih setelah ada produk impor yang harganya jauh lebih murah."

Bisnis Percetakan Relatif Stabil

Di sisi lain, para pelaku usaha di sektor percetakan masih bisa bernapas lega. Sebab, penurunan pesanan produksi alat peraga kampanye tak terlalu signifikan. Selain itu, mereka masih mendapat orderan pencetakan surat suara dari Komisi Pemilihan Umum. Salah satu pengusaha percetakan yang mengalami kondisi ini adalah Juliyanto Arry Wibhowo, pemilik Percetakan Soerabadja 45 di Jember, Jawa Timur.

Juliyanto mengatakan, memang pesanan pencetakan alat peraga kampanye, terutama dari kalangan calon anggota legislatif di wilayahnya masih ada. "Meski tak seramai pemilu sebelumnya. Memang menurun, tapi tak terlalu signifikan."

Menurut dia, pada pemilu kali ini, sekitar 60 persen pesanan yang diterima percetakannya merupakan atribut dan perlengkapan pemilu. “Dalam momen ini, pesanan untuk pemilu lumayan mendominasi, khususnya untuk surat suara.” Meski tidak menghitung keuntungan yang didapat pada periode sebelumnya, Juliyanto mengaku saat ini dapat meraih omzet hingga Rp 500 juta dalam sebulan.

Konfeksi kaus pemilu di Srengseng Sawah, Jakarta, 31 Oktober 2023. Tempo/Tony Hartawan

Tak meratanya dampak ekonomi pemilu terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini mendorong Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah mengimbau partai politik dan peserta Pemilu 2024 lebih banyak melakukan pemesanan alat peraga kampanye langsung ke industri kecil dan menengah.

Berdasarkan hasil riset Kementerian Koperasi dan UKM, di sektor konfeksi memang terjadi penurunan omzet secara signifikan. Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi Yulius mengatakan penurunan omzet di sektor ini sebesar 40-90 persen. “Sektor yang paling terkena dampak adalah konfeksi dan industri tekstil,” kata dia saat dihubungi kemarin.

Menurut Yulius, ada beberapa alasan yang membuat permintaan baju untuk kebutuhan kampanye pemilu kepada pelaku usaha konfeksi menurun kali ini. Salah satunya adalah pergeseran tren belanja. “Tren pemesanan saat ini lebih cenderung melalui platform e-commerce. Kebanyakan barangnya pun merupakan produk impor. Hanya sedikit yang dari UMKM lokal,” ujarnya.

Selain itu, pola kampanye para calon presiden dan wakilnya, partai politik, serta calon anggota legislatif bergeser. Menurut Yulius, para peserta pemilu kini banyak yang lebih memilih mengalokasikan dananya untuk memanfaatkan kampanye di dunia maya. “Seperti menyewa buzzer atau pemengaruh di media sosial untuk kampanye," ujarnya. Kalaupun ada pemesanan atribut kampanye, kemungkinan besar dilakukan melalui pelaku usaha yang sudah bermitra dengan partai politik.

Di sisi lain, kata Yulius, Kementerian Koperasi dan UKM juga mendorong pelaku usaha kecil di bidang usaha konfeksi dan sablon yang memproduksi atau menjual produk kampanye untuk masuk ke ekosistem digital. "Mereka juga perlu terhubung dengan katalog elektronik pemerintah,” ujarnya. Dengan begitu, diharapkan ketika ada momentum besar seperti pemilu, mereka bisa ikut menikmati keuntungan.

ILONA ESTERINA PIRI | RIRI RAHAYU

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus