SURAT pembaca yang terlalu berani bisa memojokkan koran. Surat kabar kampus Salemba, UI, pernah mengalaminya, bahkan sempat dituntut lewat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Seorang pejabat di Mataram, Nusa Tenggara Barat, merasa tercemar oleh isi surat pembaca di Salemba (20 Agustus 1979). Oleh seseorang, yang nama dan alamatnya ditahasiakan redaksi, ia dituduh telah berzina dengan pembantu rumahtangganya, hingga wanita tadi melahirkan anak tidak sah. Surat Pembaca itu juga meragukan ijazah sarana hukum yang diraihnya. Tentu saja sang pejabat berang. Tapi untuk membantahnya, ia tidak menggunakan hak jawab seperti yang dijamin Kode Etik Jurnalistik PWI. Ia merasa lebih yakin dengan menempuh prosedur hukum. "Lewat pengadilan ini, ia in8in membantah dan membersihkan nama baiknya," kata Jaksa Hariyadi Widyasa SH. "Berapa pun ongkos yang harus diIcluarkan, dan apa pun keputusan pengadilan kelak, ia bersedia memikul." Hati-hati Hakim tunggal Ruwiyanto SH menyidangkan perkara sumir tersebut sejak pertengahan Mei. Wikrama Iryan's, Abidin, penanggungjawab Salemba, dibela oleh suatu tim dari Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta. Banyak kesulitan tampaknya harus diatasi Wikrama sementara korannya sudah dibreidel (6 Mei). Namun ia bertekad tidak akan mengungkapkan identitas pengirim surat. "Biar pun hantu biru yang meminta, tetap tidak akan saya ungkapkan," katanya. Bukan hanya Wikrama yang akan bersikap demikian bila menghadapi kasus serupa. Penanggungjawab Sinar Harapan, Kompas dan Suara Karya, misalnya, juga akan melindungi keamanan pengirim surat. "Apa pun risikonya, identitas pengirim tetap saya rahasiakan. Hal itu menyangkut sebagian kehormatan pers," kata Sjamsul Bahri, penanggungjawab Suara Karya. "Sekalipun ternyata materi surat pembaca itu tidak benar, saya tetap tidak akan memberikan nama, dan alamat pengirim," sambung Subagyo Pr., penanggungjawab Sinar Harapan. Besarkah jumlah surat pembaca jenis ini? Suara Karya sehari menerima sekitar 40 surat, separuh di antaranya meminta redaksi merahasiakan identitasnya. Sedang di Kompas ada seperempat dari sekitar 60 surat pembaca yang masuk setiap hari minta dirahasiakan. Bila keamanan pengirim dianggap terancam, konon Kompas cenderung merahasiakan identitasnya, sekalipun pengirim berani memberikan nama dan alamatnya. Pemalsuan identitas pengirim mungkin terjadi. Tapi redaktur surat biasanya mengharuskan pengirim melampirkan fotokopi identitasnya. Bila surat pembaca masih diragukan, Suara Karya, Kompas dan Sinar Harapan menyatakan mereka sering mengirimkan wartawan untuk mengecek alamat, dan menguji kebenaran materi surat. Tidak jarang ketiga koran tadi bisa mengembangkan suatu berita eksklusif dari bahan surat pembaca. Tidak semua surat memang bisa dimuat sekalipun isinya diketahui benar adanya. Kompas dan Sinar Harapan, misalnya, lebih mengutamakan pemuatan surat pembaca yang menyangkut kepentingan umum. Terhadap surat pembaca yang menyinggung nama baik pejabat (lembaga negara/swasta), dan menyangkut ketertiban negara, keduanya bersikap hati-hati. "Kami tidak akan memuat surat yang menyangkut nama bdik Presiden Soeharto, sekalipun identitas pengirimnya jelas," kata Subagyo Pr. "Kami ekstra hati-hati terhadap masalah peka, yang antara lain, berkaitan dengan SARA (Suku, Agama, Ras, Antar aliran/golongan)," sebut Jakob Oetama, pemimpin redaksi Kompas. Redaktur surat yang terhormat biasanya akan menolak setiap surat pembaca yang mengemukakan soal skandal seks. Selain sifatnya terlalu pribadi, nilai kepentingan umumnya dianggap kecil sekali. "Juga tidak etis," kata Manai Sophian, anggota Dewan Kehormatan PWI. "Dan bila dimuat, itu akan mengganggu keutuhan rumahtangga yang bersangkutan," tambah Subagyo. Tapi bila skandal seks itu dianggap menyangkut (mengganggu) kepentingan umum, menurut Sophian, layak ia dikemukakan. Diberinya contoh peristiwa seorang bekas kepala Stasiun TVRI Medan. "Kalau peristiwa tersebut dibiarkan, tidak akan baik akibatnya," katanya. Bagaimana dengan kasus pejabat dari Matararm? Adakah licpentingan umum terganggu di situ? Jawabannya masih nunggu dari pengadilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini