Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel merencanakan berbagai program baru setelah menyuntikkan modal senilai US$ 150 juta atau Rp 2,1 triliun pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek Indonesia. Direktur Utama Telkomsel, Setyanto Hantoro, mengatakan perjanjian investasi yang diteken pada Senin lalu mengawali pengembangan layanan digital, terutama menyangkut promosi dan pemasaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Seperti bundling produk serta pengembangan solusi teknologi periklanan digital yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha di berbagai skala bisnis,” kata dia, kemarin.
Menurut Setyanto, Telkomsel dan Gojek berniat mendongkrak ekosistem digital Tanah Air. Meski belum merinci produk baru yang akan digarap bersama Gojek, dia menargetkan mendorong jumlah pelanggan yang saat ini sudah mencapai 170 juta orang. “Ini adalah penyatuan dua local champion.”
Chief Executive Officer Gojek, Andre Soelistyo, mengatakan perusahaannya akan memperluas jangkauan bisnis, mencakup konsumen, mitra, dan layanan untuk usaha kecil-menengah. Menurut Andre, Gojek sempat menggandeng Telkomsel pada 2018 untuk pengadaan paket data terjangkau bagi mitra pengemudi dan merchant. Hubungan itu diperluas dan Telkomsel akhirnya ikut memegang saham Gojek bersama pemodal lain, seperti Google, Tencent, dan Astra International.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, investasi Telkom pada Gojek dirancang sejak dua tahun lalu. Telkom menjajaki peluang sebagai pemilik saham Gojek karena berkaitan dengan rencana pengembangan bisnis digital. Telkom berupaya mengejar pertumbuhan bisnis digital dengan cara membuat platform sendiri atau bekerja sama dengan pemain yang sudah teruji.
Namun rencana investasi Telkom di Gojek saat itu tak disetujui pemerintah selaku pemegang saham karena valuasi dan skema bisnis perusahaan teknologi yang dinilai spekulatif. Opsi investasi kemudian dilakukan melalui anak usaha Telkom, antara lain MDI Ventures, tapi valuasi Gojek terlalu tinggi. Opsi berikutnya pun ditempuh melalui Telkomsel.
Saat diwawancarai majalah Tempo pada Oktober lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyatakan sudah merestui rencana investasi Telkomsel dengan perhitungan matang. "Kalau perusahaan yang akan dibeli adalah perusahaan yang sehat, yang bisa mendukung core bisnis, mengapa tidak?" katanya.
Sejumlah informasi menyebutkan investasi senilai US$ 150 juta itu untuk membeli 1,5 persen saham Gojek mengucur dalam bentuk surat utang konversi saham yang akan dicairkan bertahap selama setahun setelah transaksi. Telkomsel diperkirakan bisa meraup pendapatan hingga US$ 500 juta dari investasi ini.
Direktur Eksekutif Indonesia Information and Communication Technology Institute, Heru Sutadi, mempertanyakan langkah Telkomsel yang dianggapnya bisa menawar saham lebih banyak. Dia khawatir nilai besar yang dikeluarkan tak setimpal dengan imbal hasil dari Gojek. Apalagi, kata Heru, keuangan Telkom Group sempat terganggu karena kekeliruan berinvestasi hingga US$ 30 juta di Blanja.com, yang layanannya tutup pada awal bulan lalu. “Harus ditelisik, apa urgensi aksi korporasi ini?” kata dia, kemarin.
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | VINDRY FLORENTIN | YOHANES PASKALIS | MAJALAH TEMPO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo