Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

22 Maret 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERBANKAN
BTN Pangkas Bunga

BANK Tabungan Negara kembali mengoreksi suku bunga kredit sebesar 50 basis point. Per 1 April 2010, bank pelat merah ini menurunkan tingkat bunga pinjaman, khusus kredit outstanding untuk produk KPR nonsubsidi, kredit pemilikan apartemen, dan beberapa kredit komersial lain. Kebijakan memangkas bunga kali ini adalah yang kedua, setelah penurunan 1 Maret lalu rata-rata 0,5-1 persen

Direktur Utama BTN Iqbal Latanro, dalam siaran pers Kamis pekan lalu, mengatakan komitmen untuk terus menyesuaikan bunga pinjaman ini sesuai dengan kemampuan bank, kondisi pasar, dan membaiknya perekonomian nasional. Dengan ini, diharapkan BTN dapat bersaing dengan bank lain serta mendorong pasar perumahan lebih kondusif.

HUBUNGAN DAGANG
Nestle Putuskan Sinar Mas

PT Nestle Indonesia memutus kontrak pembelian minyak kelapa sawit dari PT Sinar Mas Agro Resources and Technology alias SMART. Kebijakan ini merupakan respons atas laporan Greenpeace berjudul Caught Red-Handed yang menunjukkan Sinar Mas Group terus melakukan ekspansi di lahan gambut dan hutan alam, termasuk habitat orang utan.

Juru bicara Nestle Indonesia, Brata T. Hardjosubroto, melalui surat elektronik kepada Tempo, Kamis pekan lalu, mengatakan perusahaannya telah mengganti penyuplai minyak sawit di Indonesia, Kelompok Usaha Sinar Mas, dengan pemasok lain untuk pembelian selanjutnya. Mulai 2015, Nestle berkomitmen hanya menggunakan minyak sawit bersertifikat.

Rabu pekan lalu, menurut Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara Bustar Maitar, seratus aktivis Greenpeace unjuk rasa ke kantor pusat Nestle di Inggris, Jerman, dan Belanda. Mengenakan kostum orang utan, mereka meminta produsen makanan dan minuman dunia itu menyetop konsumsi minyak sawit dari perusahaan yang merusak hutan.

Bagi PT SMART, pemutusan kontrak kali ini merupakan yang kedua. Sebelumnya, Unilever Global melakukan hal yang sama. Menurut Manajer Hubungan Eksternal PT Unilever Indonesia Tbk. Rachmat Hidayat, pemutusan kontrak efektif mulai 1 April 2010.

Presiden Direktur PT SMART Daud Dharsono mengatakan pemutusan kontrak Nestle tidak akan merugikan SMART kendati penjualan akan berkurang. Saat ini, pembelian Nestle seribu ton per triwulan, atau 4.000 ton setahun. Daud menambahkan, SMART akan menunjuk lembaga independen berkompeten untuk memverifikasi laporan Greenpeace.

PERBANKAN
Bank Eksekutif Pilih Rights Issue

PT Bank Eksekutif Internasional Tbk. akhirnya memilih penawaran saham terbatas (rights issue) untuk memperbaiki struktur permodalan yang ditargetkan Rp 300-500 miliar. Recapital Group, yang semula akan mengambil alih saham keluarga Lunardi Widjaja, kini bertindak sebagai pembeli siaga. Dengan demikian, keluarga Widjaja tidak akan kehilangan bank kendati sahamnya terdilusi.

Keputusan itu diambil dalam rapat umum pemegang saham luar biasa, Jumat pekan lalu. Rapat juga menyetujui perombakan jajaran komisaris dan direksi serta rencana bisnis untuk membenahi kinerja tahun ini. Direktur Utama Bank Eksekutif yang baru terpilih, Gandhi Ganda Putra, mengatakan rights issue akan dilaksanakan Juni.

Recapital Advisor juga akan menempatkan dana Rp 120 miliar, plus Rp 60 miliar dari Recapital Group. Menurut Gandhi, penempatan pada deposito itu untuk membantu kelancaran operasional bank. Ada pula pemasukan Rp 8,5 miliar dari penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu sebesar 10 persen yang dibeli Lusiana Widjaja.

Menurut Gandhi, suntikan dana segar tersebut akan meningkatkan rasio kecukupan modal dari 11 persen menjadi 18-20 persen. Posisi dana pihak ketiga pun akan mencapai Rp 1,1 triliun. Sedangkan proses penambahan modal inti akan dilakukan sesuai dengan ketentuan pasar modal, sehingga tidak otomatis mengkonversi setoran dana Recapital menjadi saham. Namun, ”Recapital bisa dikatakan sebagai pembeli siaga.”

MIGAS
Pertamina dan Mitsui Cerai

PT Pertamina mengakhiri kerja sama dengan perusahaan niaga asal Jepang, Mitsui & Co. Ltd., dalam pembangunan residue fluid catalytic-cracking (RFCC) di kilang Cilacap, Jawa Tengah, karena keduanya tak kunjung sepakat atas skema bisnis proyek tersebut. Berakhirnya kerja sama ini tertuang dalam dokumen kesepakatan (termination, mutual settlement, release and discharge agreement) yang ditandatangani pekan lalu. Juru bicara Pertamina, Basuki Trikora Putra, mengatakan langkah ini sebenarnya telah ditempuh sejak akhir 2009. ”Tapi pemutusan kerja sama ini tak mempengaruhi hubungan Pertamina dan Mitsui yang telah lama terjalin,” katanya di Jakarta.

Dalam waktu dekat, kedua perusahaan akan melikuidasi PT Pertamit Processing, perusahaan patungan yang didirikan pada 26 Maret 2008. Dalam perusahaan itu, Mitsui menguasai 80 persen saham. Pertamit sedianya akan membangun dan mengelola RFCC, yang menghasilkan premium hingga 60 ribu barel per hari. Nantinya, Pertamina akan mencari kontraktor baru pelaksana proyek RFCC. Basuki mengatakan tender untuk para kontraktor tengah disiapkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus