Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penerbangan
Taipan Minati Saham Garuda
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengungkapkan setidaknya ada empat pengusaha papan atas yang menyatakan minatnya atas tawaran saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Mereka adalah Direktur Utama Saratoga Capital Sandiaga Uno, Chairul Tanjung (CT Corp), Rachmat Gobel (Panasonic Gobel), dan Nirwan Bakrie (Kelompok Bakrie).
Rabu pekan lalu, Sandiaga mengatakan masih menunggu penawaran terperinci dari tiga sekuritas yang menjadi penjamin emisi saham GIAA. "Penawaran detailnya masih kami tunggu," katanya kepada Tempo.
Hal yang sama sedang dilakukan Grup Bakrie. "Nirwan baru saja merespons tawaran itu melalui pesan pendek pagi tadi," ujar Dahlan Iskan, Rabu pekan lalu. Adapun Anthoni Salim, yang juga ditawari, belum memberi tanggapan.
Saat ini 3 miliar lembar saham GIAA yang tak laku dalam IPO masih dipegang oleh Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bahana Securities sebagai penjamin emisi. Nilainya Rp 2,25 triliun, atau setara dengan 8 persen saham yang disetor Garuda. "Tidak bisa menunggu terlalu lama, karena ketiga sekuritas itu bisa kolaps," ujarnya. Dahlan menyebut akhir Maret sebagai tenggat sebelum ia menawarkan saham itu kepada investor asing.
Pariwisata
Devisa Pariwisata US$ 8,5 Miliar
Sepanjang tahun lalu, pemerintah mencatat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia berjumlah 7,6 juta orang. Angka ini sedikit lebih rendah dari target optimistis yang dipatok 7,7 juta wisatawan asing. "Ini menjadi rekor tertinggi," ujar Chrismiastutie, Kepala Sub-Direktorat Wilayah ASEAN Direktorat Promosi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, saat ditemui di Kuala Lumpur, Kamis pekan lalu.
Kementerian Pariwisata menghitung, devisa yang dihimpun dari kunjungan wisatawan mancanegara itu tak kurang dari US$ 8,5 miliar atau setara dengan Rp 76,5 triliun. "Sektor ini menjadi empat besar penyumbang devisa tertinggi dibanding institusi lainnya," kata Chrismiastutie.
Setidaknya ada 16 negara yang menjadi fokus dan pasar utama kementerian ini, yakni Singapura, Malaysia, Australia, Cina, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia. Tiga negara menjadi penyumbang terbesar: 1.248.607 wisatawan asal Singapura, 1.037.310 wisatawan asal Malaysia, dan 886.495 wisatawan asal Australia.
Tarif Listrik
Kenaikan Tarif Listrik Ditunda
Maraknya protes terhadap rencana kenaikan harga bahan bakar minyak membuat pemerintah berpikir ulang untuk menambah beban publik dengan kenaikan tarif listrik. Pembahasan tentang tarif listrik ini akan dilakukan lagi beberapa bulan setelah kenaikan harga BBM dilaksanakan pada April nanti.
"Pasti ada demonstrasi dalam satu sampai dua bulan setelah itu. Nanti, kalau sudah tenang dan ada kestabilan baru, akan kami tentukan lagi," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik saat ditemui sebelum rapat kerja dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu. "Kami ikut merasakan beban masyarakat, sehingga sebaiknya ditunda dulu."
Sebelumnya, pemerintah sempat mengajukan rancangan kenaikan tarif listrik sekitar 10 persen dalam tiga tahap. Pelaksanaannya diharapkan bisa dimulai satu bulan setelah kenaikan harga BBM, dengan menaikkan tarif sekitar 3 persen pada tiap tahapannya.
Penundaan ini punya implikasi terhadap bengkaknya subsidi. Menteri Energi memperkirakan pembengkakan itu mencapai Rp 4,6 triliun dari usul semula. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara tahun ini, subsidi listrik dialokasikan Rp 44,96 triliun. Tapi, dalam APBN perubahan, pemerintah mengusulkan besarannya menjadi Rp 93,05 triliun.
Keuangan
CApital Outflow Rp 10,11 Triliun
Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan sempat terjadi lonjakan capital outflow alias arus modal keluar pada Februari lalu. Jumlahnya hingga Rp 10,11 triliun.
Jumlah itu terlihat dari pergerakan pasar saham dan Surat Utang Negara (SUN). "Ini disebabkan oleh kebijakan fiskal yang diambil pemerintah sempat membuat pasar khawatir," kata Bambang pada saat rapat dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu.
Arus modal keluar ini masih berlanjut hingga awal Maret, yang tercatat mencapai Rp 1,06 triliun. Tapi kemudian diimbangi dengan masuknya kembali modal tersebut ke pasar kita. "Lemahnya yield SUN dalam 10 tahun terakhir membuat hal ini terjadi," Bambang menambahkan.
Penerbangan
Laba Cathay Pacific Anjlok
Maskapai penerbangan terbesar di Hong Kong, Cathay Pacific Airways, membukukan penurunan laba hingga 61 persen sepanjang 2011 lantaran kenaikan harga bahan bakar.
Perolehan laba Cathay pada 2011 mencapai US$ 709 juta. "Selain harga bahan bakar, melemahnya perekonomian dunia menjadi penyebab turunnya laba perusahaan," kata komisaris perusahaan, Christopher Pratt, seperti dikutip Associated Press, Rabu pekan lalu.
Pratt mengatakan harga bahan bakar memakan 40 persen dari biaya rutin perusahaan. Saat ini biaya bahan bakar yang dikucurkan Cathay mencapai HK$ 12,5 miliar atau naik 44 persen dibanding pada 2010. Sebab, harga avtur jet melejit rata-rata 50 persen hingga US$ 130 per barel. "Kami sangat khawatir akan kenaikan harga bahan bakar karena mempengaruhi laba secara langsung," ujar Pratt.
iPad
LG Pasok Panel iPad
Pabrik panel layar datar asal Korea, LG Display Co Ltd, ketiban order memasok layar sentuh untuk iPad varian terbaru yang dirilis Apple Inc tahun ini. Hal ini menjadi kemenangan LG dalam persaingan dengan beberapa perusahaan lain.
Kantor berita Reuters mewartakan, order untuk LG ini terbilang mengejutkan. Pasalnya, Apple sebelumnya menyatakan pabrik ini tak bisa memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Selain itu, Apple menampik perusahaan asal Jepang, Sharp, dengan alasan yang sama.
Apple pun akhirnya meneken kerja sama dengan Samsung, rekan senegara LG, memasok layar datar semua varian iPad. Sebuah sumber menyatakan LG bisa menggaet kepercayaan Apple lantaran peran Samsung. "Samsung akhirnya menggandeng LG untuk memasok komponen iPad," katanya. Namun hingga kini tak ada tanggapan dari perusahaan-perusahaan tersebut.
Krisis utang
Prospek Ekonomi Inggris Turun
Krisis utang masih terus membayangi Eropa. Setelah Yunani, Spanyol, Italia, dan lain-lain, kini giliran Inggris mulai merasakan imbasnya. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menurunkan prospek perekonomian negeri Ratu Elizabeth ini dari AAA menjadi AAA negatif. Peringkat utang Inggris pun terancam diturunkan jika pemerintahnya tak mampu menekan beban utang publik.
Selain itu, ketidakpastian prospek ekonomi dan fiskal karena krisis finansial Eropa memaksa Inggris menyandang outlook negatif. "Ada kemungkinan peringkat ini diturunkan maksimal dua tahun mendatang," demikian pernyataan Fitch, Kamis pekan lalu.
Hingga kuartal III 2011, utang Inggris mencapai US$ 8,981 triliun. Angka ini setara dengan 413,3 persen dari produk domestik bruto mereka. Akibatnya, Inggris menduduki tempat kedua negara dengan tanggungan utang terbesar di dunia setelah Irlandia, yang membukukan tanggungan 1.382 persen dari PDB-nya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo