Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

Pembobolan Bank
Bank Mega Tolak Ganti Dana

27 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembobolan Bank
Bank Mega Tolak Ganti Dana

Manajemen Bank Mega berkukuh tak akan mengganti dana dua nasabah yang rekeningnya dibobol, PT Elnusa Tbk dan Pemerintah Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Alasannya, "Kami tak pernah merasa kebobolan. Yang kebobolan adalah Elnusa dan Kabupaten Batu Bara," kata Direktur Utama Bank Mega J.B. Kendarto dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu pekan lalu.

Pada April lalu, dana milik kedua nasabah Bank Mega cabang Jababeka, Cikarang, itu dibobol. Elnusa kehilangan deposito Rp 111 miliar, sedangkan Kabupaten Batu Bara Rp 80 miliar. Polisi telah menetapkan enam tersangka, dan Bank Indonesia sudah melarang Bank Mega menerbitkan deposit on call, membuka kantor cabang baru, serta menerbitkan escrow account Rp 191 miliar.

Kendarto menegaskan, pihaknya telah menerapkan prosedur yang benar pada saat mentransfer dana Elnusa dan Kabupaten Batu Bara, yang berbentuk deposit on call. Penyelewengan terjadi lantaran keterlibatan sindikat kejahatan perbankan.

Elnusa dan pemerintah Batu Bara tetap meminta Bank Mega mengembalikan dana mereka. Mereka juga membantah dana tersebut disimpan dalam bentuk deposit on call. "Kami menempatkan dalam bentuk deposito berjangka," kata Bupati Batu Bara O.K. Arya Zulkarnain.

Daging Impor
Sapi Australia Diduga Berbahaya

Hasil penelitian Kementerian Pertanian menyatakan sapi Australia mengandung hormon sintetis trenbolone acetate, yang berbahaya bagi kesehatan manusia. "Ini dapat dipakai sebagai bukti pelarangan ternak dari Australia," kata Direktur Jenderal Peternakan Prabowo Respatiyo Caturroso kepada Tempo, Selasa pekan lalu.

Hasil ini merujuk pada penelitian yang dilakukan mantan Kepala Pusat Karantina Hewan Kementerian Pertanian Kisman A. Rasyid pada Februari 2009. Temuan itu diperoleh setelah meneliti sampel daging sapi bakalan dan daging impor Australia di laboratorium Pengkajian Mutu Produk Peternakan Bogor. Hormon trenbolone acetate digunakan untuk memacu pertumbuhan sapi tapi dapat menimbulkan kanker rahim dan kanker payudara bagi manusia yang mengkonsumsinya.

Prabowo mengaku baru membuka hasil penelitian itu ke publik lantaran belum lama menerimanya. Hal ini bisa menjadi rujukan Kementerian Pertanian untuk menolak sapi impor dari Australia. "Sudah ada ketentuan larangan pemakaian hormon pemacu pertumbuhan," ujarnya.

Industri
Pusri Bangun Pabrik Urea

PT Pupuk Sriwidjaja akan membangun dua pabrik urea berkapasitas produksi masing-masing 2 juta ton per tahun di Cepu, Jawa Tengah, dan Gresik, Jawa Timur. Instalasi baru itu bakal menggantikan suplai pupuk dari Kalimantan dan Sumatera.

Menurut Direktur Utama Pusri Arifin Tasrif, kedua pabrik itu bisa menghemat biaya distribusi dan pembelian gas tahunan masing-masing US$ 50 juta dan US$ 9 juta. Dengan asumsi harga gas US$ 9 juta per MMBTU, "Biaya energi dan distribusi yang dipangkas mencapai US$ 158 juta," kata Arifin di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Biaya investasi yang diperlukan untuk kedua pabrik itu mencapai Rp 11 triliun. Arifin mengatakan 30 persen kebutuhan itu dipenuhi dari kas internal perusahaan. Selebihnya dipenuhi lewat sumber pendanaan dari luar, antara lain kredit dari bank pelat merah serta penerbitan obligasi.

Listrik
PLN Beli Listrik Malaysia

Perusahaan Listrik Negara membeli listrik ke perusahaan asal Malaysia, Sesco, sebesar 1 megawatt. Menurut General Manager PLN Wilayah Kalimantan Barat Bambang Budiarto, impor listrik itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan kawasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. "Bulan ini sudah bisa terhubung," kata dia di Pontianak pekan lalu.

Saat ini model beli listrik kepada Sesco sudah diterapkan di Sajingan, Kabupaten Sambas, dan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu. Pembelian listrik dilakukan karena jarak jaringan listrik milik Malaysia lebih dekat dibanding milik PLN. Infrastruktur yang dibutuhkan PLN terlalu mahal untuk memenuhi kebutuhan wilayah itu.

Selain itu, PLN Kalimantan Barat masih menggunakan pembangkit tenaga diesel sehingga biaya operasional mencapai Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilowatt jam (kWh). Padahal harga jual hanya Rp 620. Lebih murah jika membeli dari Sesco, yang mematok harga Rp 900 per kWh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus